Bertemu Kembali

7 2 0
                                    

Ada banyak hal yang tersembunyi dalam benak Elvina, terlalu sulit untuk dibaca, terlalu enggan untuk disuarakan, ia terluka tanpa pernah meringis, terlalu tersenyum hingga tak pernah ada yang tau kapan ia bahagia, mengutarakan hal-hal yang begitu berat seakan-akan itu seringan bulu yag gugur, menyakiti hati siapapun yang mendengarnya, meski kadang ia berjalan dengan sangat lesu, meski keceriaannya seakaan menghilang, namun ia masih bisa tersenyum seoalah-olah ia hanya butuh mengisi daya. Difikirannya berkecamuk berbagai ragam pertanyaan juga ketakutan-ketakutan. Seakan-akan seluruh isi semesta berpindah dikepalanya.. canda-candaan teman-temannya seakan tidak terdengar, mulutnya bungkam dengan tatapan kosong, berjalan lemah ditengah kerumunan, dengan kepala sedikit tertuduk, membiarkan kepalanya beragumen, ntah memperdebatkan apa. Ia lelah, rasanya ingin berhenti, namun ia tahu bila ia menyerah segala pertahanannya akan sia-sia.

Brak

Karna asiknya melamun sambil berjalan kini ia menambrak seseorang, hingga tanpa sadar ia sudah jauh tertinggal.

"aduh, maaf gue ga senga.. elo?!" ucapnya kaget, dan kemudian mendapat sentilan dikeningnya oleh seseorang yang menabraknya

"Heh Tetangga! lo kalau jalan jgn sambil ngehalu dong bahaya tau, untung yg lo tabrak gue cowo ganteng" ucap Alidino. Ya seseorang itu adalah teman barunya Aldino

"Sakit tau maen sentil aja lo, mana kepedean lagi jadi orang. Lagian sejak kapan gue jadi tetangga lo?"

"Sejak hari ini, kan gue seberangan duduknya ama lo. Eh lo mau kemana?"

"Kekantin"

"Skuyy" ucapnya sembari menarik tangan Elvina

"Dih mo ngapain lo?

"Ngikut, gue laper"

"napa ga dari tadi dah?"

"gue ga tau jalan" jawabnya polos

"Lah sekarang kenapa sok-sokan mimpin jalan aladin?

"Eh iya maaf. Hehe" ucapnya yang diakhiri dengan cengiran khasnya yang menggemaskan.

Tanpa mereka sadari ada Farel yang mengikuti dan menyaksikan segalanya, dengan ketidak sukaannya dan ketidak relaannya. Oh! Ayolah ini masih permulaan, simpan saja dulu sendiri cemburu itu, Farel saja masih bingung dengan semua ini, kenapa dia marah? Kenapa dia tidak suka Elvina dekat dengan pria lain. Pria kulkas 12 pintu memang tidak akan mudah mengaku secepat itu pemirsa, tidak akan pernah, bisa-bisa sikaku Farel akan kalah dengan siramah Aldino yang hangat, lihat saja beru bertemu saja dia bisa langsung akrab dengan Elvina yang biasanya hanya senyum dan ngganggu didepan

orang-orang baru. Sedangkan dirinya? Bertahun-tahun berada pada ruang lingkup yang sama baru kali ini bisa saling bertukar pendapat dan beradu argument. Jangan salahkan Elvina bila nanti ia meninggalkan Farel, itu bukan salahnya. Salah Farel yang terlalu kaku dan lelet. Terlalu malu untuk mengakui bahwa ia sudah jatuh hati

"hebat ya lo jalan lelet banget pulang-pulang bawa cogan, mana dua lagi" Sembar Clarissa saat melihat Elvina hendak duduk dan diikuti oleh Farel dibelakangnya. Dibalas degan cengiran oleh Elvina

"Mau makan apa el?" Tanya Esra

"Gue minum Jus alpokat aja deh ya, lagi ga pengen makan" jawabnya sekenannya

"Lah kenapa?" Tanya Anastasya

"Gapapa" jawabnya tak lupa dengan senyum manisnya

FARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang