Selamat pagi anak-anak" sapa bu beti yang sudah masuk kedalam kelas
"selamat pagi bu"
"hari ini kita latihan untuk tugas kelompok pertama kalian e, deng kawan sebangku"
"siap bu"
Kemudian suasana kelas riuh, semua orang tenag memperbincangkan segala persiapan mereka.
"mau lagu apa?" Tanya Elvina pelan
"terserah" jawabnya
Terdengar Elvina menghela napas, rasanya dia memang tidak ingin berdebat hari ini
"latihannya pakai lagu lain boleh ga?"
Farel melirik kemudian mengajukan pertanyaan "lagu apa?"
"Runtuh feby feat fiersa besari"
Tanpa banyak bertanya Farel langsung memainkan gitarnya
Ku terbangun lagi, diantara sepi
Hanya fikiran yang ramai...
Elvina memulai dengan penuh perasaan, suaranya yang merdu mulai mengusik orang-orang disekitarnya...
Merutuki diri, tak bisa kembali
Tuk mengulang alur kisah..
Matanya bertemu dengan mata farel
Ketika mereka meminta tawa..
Ternyata rela tak semudah kata..
Farel menyanyikan bait berikutnya
Tak khawatir ku hanya terluka
Terbiasa tuk pura-pura tertawa
Namun bolehkah sekali saja ku menangis
Sebelum kembali membohongi diri...
Lagu itu berakhir dengan suara 2 orang yang merdu, penuh penghayatan, begitu menyentuh. Seolah-seolah lewat lagu ini mereka menyampaikan perasaan mereka masing-masing, seolah – olah Elvina mengatakan bahwa Farel tidak perlu khawatir, ia hanya sedang terluka oleh sesuatu yang tak tampak goresannya, ia hanya sedang lelah membohongi dirinya sendiri, dia hanya ingin menangis dan mengatakan bahwa ia sudah lelah atas setiap sandiwara diatas panggug kehidupan, ia sudah lelah berpura-pura kuat. Berpura-pura baik-baik saja dihadapan semesta, padahal semesta tau kadang kala ia berada pada titik-titik terendahnya, berpura-pura sanggup melewati setiap rintangan yang semesta berikan dengan menyimpan lelahnya sendirian, padal semesta tau, terkadang dia juga butuh pelukan. Seolah-olah Farel meminta jeda untuk setiap luka yang mereka terima, seolah – olah Farel meminta Elvina untuk tidak terus tersenyum saat hatinya juga sedang terluka, seolah-olah Farel mengingatkan seperti yang gadis itu ajarkan, menerima diri sendiri, dan setiap luka-luka itu, lewat lagu ini, lewat setiap lirik itu, lewat sertiap tatap itu, kini dapat dimengerti mengapa mereka dipertumkan semesta, untuk saling mengajari bagaimana menerima diri sendiri, untuk saling menguatkan, juga untuk saling mengingatkan bahwa mereka tidak pernah sendiri.
Suara tepuk tangan menderu diseluruh ruang kelas. Bahkan Bu Beti sangat menyukai penampilan sederhana mereka
"Kalian berdua boleh istirahat, saya rasa itu sudah lebih dari cukup untuk sekedar latihan" ucapnya dengan bahasa Indonesia dengan baik, berarti ibu beti sedang dalam mode yang serius
Keduanya pun menurut dan segea beranjak dari bangkunya
"Rofftop" ucap Farel singkat
Elvina hanya melirik, kemudian mengikuti farel dalam diam dibelakangnya, hingga mereka sampai dirooftop. Ada bangku panjang disana, farel berjalalan kesana dan membawa Elvina duduk dibangku itu. Untuk beberapa menit mereka terpenjara oleh bisu, hening yang nyaman menikmati langit biru yang ditemani oleh angin sejuk yang menerpa kulit mereka.
"lagi ada masalah?" tiba-tiba Farel bersuara,
Elvina melihat kemudian tersenyum
"bukan masalah besar kok"
Merasa tidak percaya, Farel menggenggam tangan Elvina dengan Erat, seakan-seakan ia mengirimi Elvina kekuatan. Seakan – akan mengatakan bahwa Farel akan selalu ada untuk Elvina, jadi tempat untuk Elvina bersandar untuk segala lelah yang ia rasakan atas permainan yang semesta ciptakan
"Gue emang jarang banget ngomong, bahkan sekalipun lo cerita gue belum tentu bisa ngerti perasaan lo, gapapa kalau lo belum mau untuk cerita, sekalipun gue ga bisa kasih solusi setidaknya lo bisa buang setiap keresahan dihati lo. Gue Cuma mau lo tau, kalau gue ada disini, ga Cuma buat transferin kekuatan lewat genggaman gini, bahu bahkann dada gue siap nerima elo untuk bersandar. Gue siap jadi tuan rumah yang baik buat lo" ujar Farel panjang lebar
Detik itu juga Elvina jatuh kepelukan Farel, ia sudah jatuh sejatuh – jatuhnya pada manusia dingin yang angkuh ini. Manusia baik yang terlihat keras hatinya bagi mereka yang belum mengenal laki-laki ini. Detik itu juga Elvina menangis tanpa ragu dalam rengkuhan nyaman seorang Deon Farel Gibran, tangis yang sudah sekian lama dia simpan rapih dalam ruang kosong dihatinya, tangis pilu yang selalu dia sembunyikan dibalik tawa palsunya. Farel telah membuka pintu yang terlihat kokoh namun sebenarnya teramat rapuh. Ini bukan rasa kasihan, ini lebih dari itu Farel juga merasakan sakitnya hanya mendengar tangisan itu, hatinya juga ikut menangis, teriris mendengar tangisan yang menyesakkan rongga dadanya. Farel telah jatuh hati pada wanita kuat yang baik hati itu.
"Dengan cara apa lo bertahan sampai dititik ini?" ucapnya lirih.
Mereka telah jatuh hati diantara luka yang bersembunyi, diantara teriakan-teriakan perih yang menggema diruang-ruang sanubari, jatuh hati karna saling mengobati, ada untuk saling menguatkan, ada untuk saling mengajari, ada untuk saling melengkapi, begini tujuan semesta menciptakan rasa yang tak kasat mata itu. Rasa yang mungkin pada akhirnya juga mampu melukai perasaan mereka kembali, setelah susah payah mereka obati.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAREL
Teen FictionTakdir semesta yang menuntunmu lewat tatap mata elang yang pekat nan sendu itu ini kisah dua remaja dipertemukan tanpa ada niat, saling mengenal namun tak pernah terbesit untuk saling menyukai, namun siapa sangka? semesta justru memupuk cinta perlah...