Perlahan Berubah

32 6 2
                                    

Aku tak mengerti caranya semesta bekerja, yang ku mau.. Aku, kamu tetap begini

...

Pagi ini, tepat pada pukul 05.00 wib seorang gadis sudah terbangun dari tidurnya, sesuai rencana gadis itu menginap di rumah sahabatnya dan agenda mereka hari ini, mereka ingin hangout bersama. Otomatis dihari libur sekoah kali ini gadis itu harus bangun sedikit lebih awal untuk mengerjakan segala urusan dirumahnya terlebih dahulu agar ia bisa pergi dengan tenang, tanpa ada keributan atau amarah dari mamanya.

"Eh Elvina kok sudah bangun? Mau ngapain?" Tanya Shinta yang kebetulan sudah didapur bersama Risa
"Eh bunda, ini El mau pulang dulu" jawabnya.
"Loh, kok pulang? Kenapa cepat banget?" Kali ini Risa yang mengajukan pertanyaan
"Hm, anu gini tante, bun hm El mau pergi main ama temen2 nah, kan jdinya El harus bersih2in rumah dulu" terangnya kikuk pada dua wanita paruh baya ini
"Aduh rajinnya sigelis" puji Shinta
"Ya sudah pulang gih, biar cepat kelar" titah Risa yang diangguki oleh Elvina.
"Kalau gitu El pamit pulang dulu ya bunda, tante" pamit Elvina dan beranjak pergi

"Elvina, Elvina" ucap Shinta
"Loh kenapa mba?" Tanya Risa
"Nasibnya malang, terlihat tangguh namun rapuh didalam, selalu tersenyum meski hati bak ditusuk belati" ucapnya, sayangnya Risa malah mengkerutkan kening bingung
"Maksudnya mba?" Tanyanya
"Ia, kehilangan ibu kala ia beranjak remaja, lalu menerima setiap alur kehidupan dengan hati yang lapang, ibu penggantinya tak sebaik perkiraan, gadis yang malang" terang Shanti,
"Astaga, aku baru tau mba, tapi tak heran lukanya membuatnya tumbuh dewasa lebih cepat, bukan dari segi fisik tapi dari pemikiran, ia sudah cukup dewas dan bijaksana" katanya
"Kamu benar" ujar Shinta, lalu keduanya melanjutkan aktifitasnya.

Huh, untung saja Elvina pegang kunci cadangan jadi ia tak mesti menunggu Dimas ayahnya bangun untuk membukakan pintu, segera ia masuk lalu memulai kegiatanya, sangat sigap dan terbiasa, ia lakukan dengan segenap hati tanpa keluh meski peluh menerpa, tak apa jika dihitung hitung nanti malah ga kelar kelar pikirnya. Setelah selesai, segala urusan rumah dan sarapan kini waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB masih ada waktu beberapa jam lagi menuju pukul sepuluh, lebih baik ia menyetrika pakaian ayah dan mamanya sembari menunggu, dari pada nanti ia pergi pulang pulang malah diomeli karna masih ada pekerjaan yang ia belum lakukan lebih baik ia lakukan sekarang.

Selang 3 jam berlalu, tepat pada pukul setengah sepuluh gadis manis itu telah menyelesaikan segala pekerjaan rumahnya, kini saatnya ia bersiap siap untuk menuju rumah Anastashya, cukup dgn 30 menit gadis itu telah terlihat cantik, sederhana namun mempesona.

Setelah merasa cukup dengan penampilannya, ia segera keluar kamar dan ingin berpamitan dengan ayahnya, pucuk dicinta bulanpun tiba begitu kata pepatah, yang sicari sudah duduk manis diruang tengah sembari membaca koran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah merasa cukup dengan penampilannya, ia segera keluar kamar dan ingin berpamitan dengan ayahnya, pucuk dicinta bulanpun tiba begitu kata pepatah, yang sicari sudah duduk manis diruang tengah sembari membaca koran

"Eh, anak ayah kok udh rapih aja, Mau kemana?" Ucap dimas yang sedari tadi sudah mendengar langkah anaknya yang berlari lari menuruni tangga
"Eh ayah udah bangun ya, udah sarapan belum yah? Mama udah bangun belum?" Bukannya menjawab gadis ini malah menyerang ayahnya degan pertannyaan lain.
"Kamu ini, nanya nya satu satu dong nak, kalau ayah blm bangun ga mungkin ayah udh baca koran, kalau mamamu sudah bangun dia pasti sudah ngoceh, dan ayah sudah sarapan kok, kamu bukannya jawab pertanyaan ayah malah ngasih serangan pertanyaan" jawab Dimas
"Hehehe iya maap yah, El seneng aja gitu liat ayah udah disini, soalny El mau ijin ayah" jawabnya cengengesan
"mau kemana?" Tanya Dimas
"Hm, El boleh main ga yah? Semua pekerjaan rumah yang harus El kerjain udah El selesain kok yah, baju ayah sama mama juga udah El setrikain, boleh ya yah, kali ini sampe sore boleh ya yah? Ya ya ya?" Pintanya dengan wajah memelas hampir menangis, terus terang saja ini kali pertamanya secara langsung ia izin pada ayahnya selama ini, Anastashya dan Clarissa yang meminta izin pada Dimas

Jujur saja, Dimas selalu merasa tidak tega dengan putrinya ini, bila ingin bermain ya pergi saja, kenapa harus bangun sepagi itu, sayangnya kisah putrinya itu tidak seperti kisah remaja seusianya, sanyang beribu sayang, Dimas sudah seperti ayah yang brengsek, ya tidak bisa melindungi putrinya. Posisinya serba salah, menurutnya dengan cara bungkam sudah tepat, agar El tidak terlalu jauh sakit hati. Bicara perihal benar dan salah dalam sikap dan menyikapi ini akan sangat panjang ceritinya, biarkan saja waktu yang menjawab segala gundah gelana ini benar atau tidaknya hanya ada pada diakhir sebuah perkara ketika kita sudah selasaumi menjalani perkara tersebut.

"Iya boleh Deolinda, pulangnya jangan kemaleman" sembari mengeluarkan dompetnya "ini biat jajan" katanya. El ambil uangnya lalu memeluk Ayahnya
"Makasih ayah, ayah emang ayah yang terbaik sedunia, El sayang ayah" ucapnya riang
"Ayah lebih sayang kamu, gih sana ingat jangan pulanh kemaleman" peringatnya
"Siap 45 ayah, dadah ayah, jangan rindu aku tau kok aku ngangeni" ucapnya sambil mencium tangan dan juga pipi ayahnya. Sementara Dimas hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan anak gadisnya itu.

Sementara itu dikediaman keluarag gibran, lebih tepatnya dirumah Anastashya mereka sedang menikmati sarapan pagi, ini hari libur ya wajar saja ayah Farel yang bernama Rangga itu sama seperti kedua Anaknya kebo, kalau tidur ya bangunnya bisa sampai jam makan siang. Itu pun bila Shinta sudah gemas sendiri melihat tingkah ayah dan anak itu. Kali ini ruangan itu terasa sangat dingin dan mencekam, seluruhnya bungkam masih mengingat persoalan yang terjadi. Tak ada yang ingin bersua meskipun hanya sekedar menyapa selamat pagi, hingga terdengar suara anak gadis yang berteriak riang menyerukan selamat pagi
"Selamat pagi Bunda, tan-te" suaranya mengecil diakhir kalimat, duh sangking bahagianya ia lupa bahwa jam segini bisa jadi orang orang pada ngumpul, lihatkan berasa seperti rumah sendiri aja teriak teriak dirumah orang asataga Elvina. Lihat orang orang jadi menatapnya aneh
"Eh, hehehe lagi sarapan ya maap bunda, tante, om El ganggu, lanjut aja deh El nunggu diruang tamu" ucapnya sembari menampikkan senyum dan mengarut kepalanya yang tak gatal, sungguh ia malu sekarang. Lalu berbalik badan dan hendak bergegas ke ruang tamu, namun sebelum melangkahkan kaki suara Shinta mengintrupsi.
"Heh! Mau kemna?" Tanya Shinta
"Mau kedepan bunda" jawab El langsur memutar tubuhnya untuk menatap Shinta kalau disuruh jujur Elvina tidak suka suasana seperti ini, ia paham bahwasannya situasinya sedang tidak baik meski tak ricuh tapi tetap saja rasa rasanya hawanya sangat mencekmam dan El tidak suka suasana canggung ia jadi kikuk sendiri.
"Kamu udh sarapan?" Tanya Shinta.
"Em,ud kryuk.. kryuk" yah baru saja mau menolak perutnya tidak bisa diajak kompromi komplite deh rasa malunya Elvina hari ini. Sungguh sungguh sangat memaluka semesta ampes banget deh. Tentu saja setiap tingkah aneh gadis itu menjadi bahagia tersendiri bagi Farel, lihat anak itu sedang tertawa terbahak bahak melihat ekspresi Elvina yang memerah menahan malu, lagi membuat semua orang terpahah melihatnya namun tidak bagi El saat ini rasanya tanduk iblis sudah muncul diatas kepala, sangat ingin menerkam cowo itu. Untung saja Rangga berdehem dan langsung menghentikan tawa yang terdengar menyebalkan ditelinga Elvina.
"El duduk dan makan, lain kali jangan bohong" tegur Rangga ayah Farel
"Iya om" patuhnya lihatkan ayah dan anak sama aja, sama sama kulkas!

"Malu maluin lu anjerr" bisik Farel pada Elvina
"Brisik lu" balas El
"Hehehe makan yang banyak ya bocil gue" ucap Farel sembari tersenyum serta mengacak lembut rambut Elvina. Tentu saja menjadi pemandangan mengejutkan bagi seluruh penghuni disana
"Abg lo kok bisa gitu sih sya?" Tanya clarissa pada tasya dengan berbisik
"Sumpah gue kaget kenapa mereka bisa gitu? Ga pacarankan?" Tanya Anastashya yang dihadiai toyoran oleh Clarissa
"Bego lo, gue nanya elu lu nanya balik, kan lo adeknya dugong gimanasih?" Sebal Clarissa

"Gue ngga bocil ya bambang! Gue udh gede" omel Elvina pada Farel
"Dih gede apanya kecil begini pendek, coconya jadi anak SD dari pada temen sekelas gue"
"Dih lonya aja yg ketinggian kek tiang lisrik"
"Udah deh ga usah brisik makan aja noh makanan lo" titahnya
"Dih lonya aja yang nyebelin kemana tuh kulkas lo? Udh cair tuh es yang lo bawa kemana mana?" Cibir Elvina
"Bisa diam ga? Oh gue tau lo mau disuapin lagikan? Makanya nyiyir mulu, udh deh ga usah kode kode" ucap farel kepedean yang diupahi tatapan permusuhan oleh Elvina
"Bunda..." rengek Elvina manja
"Dih ngadu, itu bunda gue kalau mau ngadu kenyokap loh sana! Jangan nyokap gue" ucap Farel lantang. Yahkan Elvina jadi baper jadi rindu ibu, ia terdiam dengan malas menyentuh makananya. Shinta paham situasinya Farel menyengrit heran kenapa tiba tiba gadis ini jadi mendadak bisu 
"Dia juga anak bunda, kalau ngomong jangan asal jeplak, sekarang diem dan makan, kamu udh kebanyakan ngomong dari tadi". Lalu keadaan kembali hening, sedari tadi Rangga hanya memperhatikan dalam diam dia ia mengerti putranya perlahan berubah.
.
.
.
.









Hola gess!
Salam dari semesta dan biru
Hm gimna ya,
Aku ganti judulnihh
Masih ada ga ya yang pantengin kisah farel dan elvina?
Nnti aku bakalan rajin update dalam minggu2 ini dan kalau seandainya ada yg vomen buat ini lanjut maka akan ku teruskan tapi kalau ngga dimnapun partnya akan ku usaikan tanpa ending
Sekian manteman
Terimakasih!

FARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang