Begitu sakitkah luka dihati hingga amarah membara dalam relung? Apakkah takkan ada lagi kata maaf untuk sipembuat luka itu? Meski karnanya kau tetap ada dibumi pertiwi?
Hai kamu yang mengetuk pintu egoku, tanpa komando hatiku berjalan kearah mu, untuk mengobati perihnya luka dihatumu, bersediakah kau menyembuhkan lukamu dengan sebuah kata maaf? Tak perlu risau aku siap mengajarimu...
Sebab langit yang kian menampakkan rembulan, tiga dara itupun masuk kedalam rumah berniat untuk membantu Shinta menyiapkan makan malam. Inilah alasannya mengapa Elvina dan Clarissa teramat senang bermain di rumah Anastashya, karna asa Shinta yang selalu menganggap mereka sama seperti Anastashya, dua gadis ini bahkan tidak segan segan curhat perihal asmara pada Shinta, bukan dia suh lebih tepatnya hanyaa Clarissa saja. Ah andai saja mama tiri El seperti Shinta pasti dia sangat bahagia. Tapi untuk apa berandai andai atas apa yang sudah terjadi? Sudah terjadikan? Lantas apa lagi yg harus diandai andaikan? Sudah serusnya begitu, jadi mau apa lagi selain menerima dengan tulus? Pasti ada hal baik yg terselip, manusia saja yang enggan menyadari karna terlalu sibuk memikirkan duka dan peluh, hingga lupa ada hal baik yang sudah terlewati. Memang pada dasarnya manusia begitukan?
"bun kok ini masaknya banyak banget?" Tanya Elvina
"Iya bun, perasaan kita makannya ga jumbo loh bun, emang Ezra sama Gavin dateng?" Tanya Anastashya lagi. Dijawab gelengan oleh Shinta
"Bunda cuma pengen aja, kan udah lama bunda ga masakin kalian berdua, ini ada makanan kesukaan Clarissa sama Elvina, semenjak ujian kenaikan kelas kalian ga pernah kesini lagi padahal dulu kalau libur sekolah nginepnya disini mulu. Nah sekarang baru hari ini". Terang Shinta yang membuat dua remaja ini terharu.
"Aaa... bunda, makasihloh. Sayang bunda dehh" seru Clarissa sembari memluk Shinta"Maaf ya bunda, kemeren kita sibuk banget jadi ga bisa mampir, besok besok kita pasti sering kesini, makasih ya bunda udah mau jadi bundanya aku sama Clarissa, kita sayang bunda" ucap el sambil memeluk Shinta.
"Kok makasih segala sih, kalian ini kan putri putri cantik bunda jadi gausah pake makasih makasih ya sayang" ucap Shinta sementara Anastashya memutar bola matanya jengah
"Cih pada drama, sebenarnya anak bunda itu gue apa kalian sih?" Kesal Anastashya, sungguh temen temannya ini sangat dramaqueen sekali, jelas jelas mereka tau Anastashya sangat membenci yang namanya drama.
"Kita kan sayang makanya gini lu aja yg gasayang makanya ga ikutan" ejek Clarissa.
"Gue sayang banget, tapi ga gue banget pake peluk pelukan" ucap Anastashya sembari memeluk mereka juga,
"Ye lonya aja yg gengsi, makan tu gengsi" cecar Elvina. Sungguh Anastashya sangat menyayangi mereka meski terkesan cuek, ia katakan saja gadis itu gede gengsi.Tak terasa setengah jam sudah mereka menyiapkan makanan kini saatnya mekan malam Shinta dan ketiga anak gadisnya itu sudah duduk rapi dimeja makan bersama dengan Farel. Saat sedang asik makan, kali ini Farel benar benar sadar bahwa kedua gadis ini tak pernah jaim saat makan, seakan akan ga ada cogan disini apa mereka buta bahwa ada cowo ganteng disini. Lagian kenapa dua orang ini betah sekali dirumahnya sedari tadi enggan untuk pulang, bukannya gimana gimana ketiga gadis ini sudah sepakat untuk menginap dirumah Anastashya karna sudah lama tidak tidur bareng. Kini fokus Farel tepat pada gadis disampingnya ini entah kebeteluan macam apa hingga mereka bisa duduk bersebelahan begini.
"Lo makan ga ada jaimnya yee" ujar farel pada Elvina
"Lah ngapain?" Jawab Elvina
"Ada cowo gans masa makan jelek begono"
"Siapa?"
"Gue" ucap Farel dengan PDnya
"Dih kepedean lo, lagian suka suka gue dong kok jadi lu yg sewot sih? Situ siapa ya btw?"
"Muka lo jelek bambang! Cewe kok ga ada manis manisnya ya?"
"Bodo amat! Diem aja napa! Ganggu gue makan aja lu"
"Dih dasar cewe aneh bin bego! Lonya aja yg bego nape nanggepin gue tolol" celah farel lagi dan kali ini dengan senyum remehnya. Saat Elvina ingin menyela ucapan Farel, dengan secepat kilat cowo itu langsung menyuapkan sesendok nasi kemulut Elvina
"Makan aja elah lu ngejawab mulu ye, capek gue debat ame lu, kalau lu pinter jawabnya mah gpp lah ini bego, cuma lu doang temen debat gue yanga lain kagak berani". Sedetik kemudiab el tertawa terbahak bahak, tawa yang tak pernah terlihat sejak lama, tawa yang selalu disimpan rapt rapat dan hanya mampu diterbitkan oleh seoranf gadis polos seperti Elvina, gadis yang akan merubah kehidupan seorang Deon Farel Gibran, gadis aneh yang akan melunturkan segala keangkuhan pria dihadapannya ini.
"Muka lo anjir, ngakak gua sumpah hahahah..." ucap farel, kalian mau tau bagaimana wajah Farel saat ini? Mata melotot dan mulut menggebung seperti ikan karna nasi didalam mulutnya, awalnya ia terkejut karna sikap farel, tapi dia lebih terkejut dan terpesona oleh tawa farel yang menggelegar, dengan cepat ia mengunyah makanannya namun matanya tak bisa beralih dari sosok yang tak pernah terlihat tawanya ini, ia takjum mendengar tawa itu dan wajah tampan itu, tak hanya el seluruh orang yang ada disitupun terheran heran melihat sosok Farel tertawa, Shinta ibunya pun sangat terkejut sekaligus senang melihat tawa putranya ini setelah sekian lama menutup diri karna kebenciannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAREL
Teen FictionTakdir semesta yang menuntunmu lewat tatap mata elang yang pekat nan sendu itu ini kisah dua remaja dipertemukan tanpa ada niat, saling mengenal namun tak pernah terbesit untuk saling menyukai, namun siapa sangka? semesta justru memupuk cinta perlah...