Siapa, sih, yang gak kenal sosok berwibawa Aksa di kontrakan ini?
Tolong perlu diperhatikan; urusan wibawanya berkaitan dengan sikap kepemimpinannya jadi penghuni paling dewasa ketika ada huru-hara datang, bukan tentang perasaan yang kerap singgah tanpa tujuan yang jelas.
Fajar belum menyingsing, tapi dia gak bisa melanjutkan tidur lagi ketika mendengar suara derap kaki pada dini hari. Aksa yakin pintu kontrakan sudah dikunci, pun juga dengan jendela dan garasi. Namun, hatinya gak tenang sama sekali sampai dia memutuskan untuk turun dari kamarnya dan pergi menuju ruang tengah. Biasanya tirai jendela di dekat pintu utama tertutup sempurna, sebab memang menjadi peraturan gak tertulis untuk memastikan gak ada celah seseorang bisa mengintip apapun keadaan di dalam kontrakan ketika malam. Lain halnya dengan hari ini, di mana ada sisi tirai jendela yang terjepit pintu dan menimbulkan bentuk gak karuan.
"Masa mereka gak liat tirainya kejepit pintu pas ngunci?"
Aksa hanya diam sesaat lalu hendak membetulkan letak tirainya seperti biasa. Namun, baru dia sadari kala itu kunci pintu gak berada di tempat seharusnya. Lubang kuncinya kosong.
Dia langsung mengerti ada hal yang gak beres. Itu pasti, sebab kunci cadangan kontrakan hanya ada satu dan itu pun berada di kaleng bekas bersama tumpukan kunci lainnya di atas kulkas, satunya lagi selalu berada di lubang kunci setiap saat. Kunci cadangan digunakan ketika bangunan benar-benar kosong alias semua penghuninya tengah keluar. Namun, ini jam satu pagi. Gak mungkin penghuni pergi gak jelas dan berkeliaran tanpa tujuan.
Aksa mendengar lagi langkah kaki yang kini berada di dekat teras depan. Suara pintu garasi juga sayup-sayup hadir menusuk gendang telinganya. Aksa mempercepat langkah menuju tirai, sedikit menyibaknya untuk sekiranya melihat siapa atau apa yang membuat kegaduhan di jam tidur anak-anak kontrakan. Kalau kucing mungkin bisa membuatnya sedikit lega, kalau yang lain? Maling? Dedemit?
Tanpa lama menebak pun, Aksa tahu ternyata itu kawan yang kamarnya terletak tepat di depan ruangannya. Dapat dia pastikan itu ketika melihat postur tubuh yang gerak-geriknya kini berusaha untuk tetap gak bersuara.
Joshua.
Jemari Aksa mengetuk kaca jendela supaya seseorang di luar sana yang kini tengah mengeluarkan motor bisa mengalihkan atensi dan berbalik. Dalam sekejap Aksa memahami lintas kejadian yang baru saja terjadi. Salah seorang temannya diam-diam menyelinap, mengunci pintu dari luar dan menempatkannya di bawah kesetㅡtempat rahasia yang hanya penghuni tahuㅡlalu mengendap-endap pergi tanpa izin apalagi pamit.
Lalu keduanya berakhir bicara empat mata di dalam garasi tanpa alas duduk. Ditemani ubin yang dingin dan perasaan yang campur aduk, serta jajaran motor dan sepeda anak-anak yang jadi saksi bisu keretakan yang sudah terjalin di bawah atap Andromeda. Saksi yang akan menjadi bukti bahwasannya Aksa kini gak mampu lagi memertahankan sebuah hubungan untuk yang kedua kaliㅡpertama Adisa lalu kini jalinan pertemanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA
Fanfiction• T E L A H T E R B I T • Andromeda? Andromeda... nama galaksi? Atau nama seorang putri dalam mitologi Yunani? Bukan, Andromeda di sini hanyalah sebuah nama kontrakan yang berisi 13 orang dengan kisah dan latar belakang yang berbeda. Terbagi m...