[Juna] Kaca Potret - 03

2.5K 637 157
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kamu... Arjuna, ya?"

Andaikata waktu bisa berjalan lambat selayaknya efek slow motion di film, maka Juna akan tampak sangat konyol dengan ekspresinya saat ini. Dia memang tidak berekspektasi berlebihan, tapi tetap saja dia terkejut setengah mati.

"Tata?"

"Halo, Arjuna." Tata mendekat dengan pelan menuju meja Juna dan memberi kode padanya supaya duduk terlebih dahulu sebelum perbincangan lain dilanjutkan. "Kamu apa kabar?"

Dan Juna semakin bungkam ketika anak dalam pelukan Tata bersuara.

"Mama, mau kue yang merah muda."

Sialan. Anjir. Bangsat.

"Iya, sebentar ya, Adek. Ini masih ada tamu."

Juna pingin menguap rasanya menjadi udara lalu lenyap tanpa harus memperlihatkan raut keterkejutannya yang gak bisa ditahan. Memang, siapa sih yang punya pikiran buruk ketika akan bertemu dengan seseorang yang baru dikenal? Terlebih lagi sebelum itu sudah ada banyak percakapan yang menjadi modal dasar akan bagaimana rupa sosok tersebut. Waspada boleh, tapi tetap saja manusia diciptakan lengkap dengan pikiran yang kompleks. Juna sangat gak menduga kalau yang dikatakan Tata di chat akan berdampak sebesar ini padanya sendiri. Ungkapan supaya tidak berekspektasi banyak ternyata ini maksudnya.

"Aku gak tahu kamu ada bocil, hehe," ungkap Juna sambil terkekeh-kekeh aneh. "Kalau repot tinggal aja dulu, aku juga mau pesan sesuatu di counter."

Walaupun begitu, Juna terus saja membatin sambil setengah pening. Bocil kontrakan mah gue demen kayak modelan si Bastian, Delvin sama Chandra meskipun nyebelinnya setengah kurang ajar. Beda lagi kalau bocil yang ternyata mamanya sempat gue taksir karena nyaman sering chatting. Gusti, hidup gini amat.

"Is it okay?"

Juna melirik sekilas ke arah Tata karena sedari tadi dia hanya memerhatikan eksistensi si anak dalam gendongan perempuan di sebelahnya. "Hah? Is it okay buat apa?"

"Kamu kelihatan terkejut karena aku gendong... anak...?"

"Kamu tanya apa kasih tahu?"

"Dua-duanya." Tata terlihat gak terlalu fokus karena anak di gendongannya juga tengah bergerak meminta untuk turun, merengek pula karena meminta sesuatu.

Juna jadi terperangah. Bingung harus mengutarakan apa karena takut salah bicara. "Aku rasa kita perlu kenalan lebih formal dulu. Simpan pertanyaan itu buat nanti."

"Memangnya masih mau tahu setelah lihat keadaannya kayak gini?" tanya Tata setengah meyakinkan, seolah pertemuan berdurasi kurang dari dua menit ini harus disudahi karena keduanya sudah melihat identitas masing-masing.

"Kenapa? Aku gak keberatan. Akupun juga belum tahu nama anak kamu, nama kamu sendiri asli apa gak dan... dan kamu pemilik cafe ini, kan?"

Rengekak kecil mulai terdengar dan mengalihkan atensi dari Juna dan Tata. "Mamaaa, mau main sama Om Roni aja di belakang... mau kue juga. Dua ya, Ma? Ya?"

ANDROMEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang