[Bastian] Sebuah Batas - 02

2.7K 648 268
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bastian kadang bisa saja bersikap seperti pengecutㅡatau dia memang seorang yang pengecut.

Selepas obrolannya dengan Dika di lantai tempat jemuran, kini kepribadian Bastian berubah jadi pendiam. Seolah habis dipukul mundur karena secara gak langsung dia membuka sisi buruknya sendiri. Kalau lagi di kontrakan, Bastian akan berpura-pura banyak tugas dan gak keluar kamar. Kalau lagi di sekolah pun dia jarang langsung pulang, paling mampir dulu ke mana gitu untuk sekadar penyegaran mata.

Salah satu tempat yang Bastian kunjungi yaitu galeri seni. Sebuah tempat yang dibangun secara resmi di pusat kota dengan memanfaatkan lahan kosong sebagai media  apresiasi bagi seniman oleh masyarakat sekitar. Di sana, tiap sehari dalam seminggu akan diadakan acara khusus komunitas. Mario dulu pernah singgung tempat ini, tapi dia gak jadi ikut isi formulir anggota karena sibuk kuliah dan jualan. Di tempat ini tiap harinya dibuka untuk umum, apalagi kalau sudah akhir pekan akan ada acara live music yang mengalunkan lagu-lagu daerah yang sudah diaransemen ulang. Bahasa kerennya mah exhibition versi lokal gitu.

Nah, Bastian sering ke sana tiap sore sampai menjelang magrib. Pengetahuannya tentang seni memang gak seluas Mario, tapi sejak satu tahun lalu Bastian suka ke sini kalau lagi ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Mungkin sudah ratusan kali dia melihat karya-karya pemuda lokal yang dipajang, sampai hafal mana saja yang sudah laku terjual atau mana saja yang merupakan koleksi tambahan.

"Gue lagi bosen banget, Vin. Lo pulang duluan aja," kata Bastian sembari menarik sepedanya dari jajaran sepeda lain di parkiran.

Delvin tentu saja heran. Mengerutkan kening lantas mencegah Bastian berjalan lebih jauh. "Kontrakan mau makan-makan nanti. Lo mau skip?"

"Iya."

"Yakin? Ini acaranya Bang Jo tau yang abis balik. Ibunya udah pulang dari rumah sakit."

Lalu pergolakan batin pun dimulai, membuat Bastian sulit memberikan keputusan dengan bijak. "Emang ada kewajiban buat penuhin gitu?" tanyanya dengan nada yang mulai membuat Delvin lebih heran lagi. "Kalau gue bilang ada urusan gimana? Masa gue harus paksain."

"Lah, lo bilang tadi bosen, mana ada bosen terus tiba-tiba aja bilang ada urusan?"

"Gue gak dateng bukan berarti gak peduli, ya."

Lucu banget sekarang gue copy paste omongan orang lain.

Delvin jadi mulai terpancing emosi, jadi dia memberi kode supaya Bastian meminggirkan sepedanya dan bicara sebentar. "Bicara di pinggir. Banyak yang mau lewat." Tanpa Delvin sadari kalau topik kecil kali ini akan membawa pertengkaran. "Sumpah, ya. Kalau lo skip ini emang gak apa-apa. Bukan kewajiban buat dateng, tapi tolong lah, ini Bang Jo lagi mau syukuran. Masa gak bisa sempetin?"

"Kan orang punya prioritas masing-masing."

"Apa masalah lo, Bas?" Delvin berseru keras. "Jangan kayak bocah yang apa-apa ngambekan. Yang apa-apa dibaperin sampai dongkol terus jadi alasan lo menghindar."

ANDROMEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang