Tanpa kamu sadari, sejujurnya alam bawah sadar setiap manusia selalu suka akan rasa pujian dan enggan mendengar kritikan. Sebanyak apapun menyanggah, nyatanya pasti ada bagian di dalam sudut terkecil dalam benak yang selalu memberikan efek menyenangkan ketika kita mendapat apresiasi lebih atas hal-hal yang kita punyai dan lakukan.
Chandra, di hari selanjutnya ketika sudah berbicara dengan Zidan panjang lebar, kini dia diantar menggunakan motor ketika berangkat sekolah. Anak kontrakan gak ada yang simpan mobil di dalam garasi karena bisa memakan banyak ruang, jadi hari ini Zidan sendiri yang berinisiatif mengajak Chandra ikut berangkat karena kebetulan juga jalan kampusnya searah. Setelah turun dari motor, Chandra mendapat sarapan yang lebih membuat kenyang daripada nasi di kantin; pujian kecil dari Zidan.
"Gantungan tas lo baru, ya? Bagus banget njir, kenapa gak bilang kalau mau beli? Gue mau nitip."
Sejak kapan Mas Zidan perhatiin hal-hal kek gini?
Chandra hanya tertawa. "Peka banget, Mas. Padahal gantungan doang."
"Gue pemerhati yang baik kok tanpa lo sadari."
Entah ini kalimat yang bermakna dalam atau bukan, Chandra hanya mengangguk sebelum masuk ke arah gerbang. "Mas Zidan pas ulang tahun nanti aku beliin selusin."
"Ulang tahun gue udah lewat tahun ini," tukas Zidan, "dan tolong jangan janjiin apa-apa yang belum tentu bisa lo tepati, Chan. Gue trauma sama hal kayak gini."
Setelahnya Chandra sadar kalau hari ulang tahun Zidan memang gak akan pernah terasa sama lagi karena kejadian waktu itu.
"Gak bermaksud ke arah sana, Mas. Maaf, ya."
"Udah, jangan bahas itu." Zidan mulai menutup kaca helm dan menghidupkan mesin motor. "Nanti gue tunggu di sini pas pulang. Kita berdua bakalan pulang. Haikal lagi sibuk banget, dia gak bisa ikut."
"Loh, pulang ke mana?"
"Ke rumah lo."
"Toh di sana gak ada siapa-siapa, nanti pas udah sampai gak bisa langsung tiduran karena banyak debuㅡ"
"Justru karena itu. Gue mau lo pulang dan gak membiarkan rumah itu berdiri tanpa pernah disentuh sama pemiliknya sendiri."
Sejujurnya, Chandra ingin menolak. Terlalu banyak kenangan buruk bersemayam di sana. Gak ada kebahagiaan yang bisa Chandra dekap meskipun itu memang tempat dia tumbuh besar. Pemikiran yang membuat beban sudah dia lepaskan tadi malam sebelum tidur, hingga terlelapnya benar-benar membawa kedamaian di dalam benak. Benar kata Dika, kalau semuanya harus direlakan perlahan supaya kita tetap bisa baik-baik saja. Masalahnya sekarang, apa Chandra sanggup melawan ketakutannya sendiri terhadap hal-hal yang sudah terjadi di masa lalu?
Sebuah kenangan pahit memang gak bisa menyakiti secara fisik, tapi dampaknya pada psikis sulit sekali terobati.
"Mas, kalau... ayah nanti dateng ke situ pas aku juga ke sana gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA
Fanfiction• T E L A H T E R B I T • Andromeda? Andromeda... nama galaksi? Atau nama seorang putri dalam mitologi Yunani? Bukan, Andromeda di sini hanyalah sebuah nama kontrakan yang berisi 13 orang dengan kisah dan latar belakang yang berbeda. Terbagi m...