"No –Junghwan! Stop! Aduh...ini sakiiit!!"
Haruto berusaha melepaskan diri dari Junghwan yang sedang well... bisa dibilang menghajarnya. Satu tangannya menarik ujung kemeja dan satunya lagi memukul, menampar, dan mencakar Haruto. Dimata mata Haruto Junghwan kelihatan seperti kucing ngamuk sekarang.
"What was that, Idiot!! Buat apa aku tanya!!" Junghwan menjambak rambut Haruto sekarang, "Haruto sialan!!! bego bego bego!!"
"That was –shit, Junghwan stop! Sakittt! Stop! That was a dare!" si kucing ngamuk berhenti. Haruto memasang posisi melindungi diri. Tangan terangkat melindungi badannya dari kucing liar didepannya.
"Maksud kamu?!"
Haruto menghela napas kasar, menurunkan tanggannya untuk merapikan seragam juga rambutnya. "Kita lagi main thruth or dare tadi, aku dapet tantangan buat nyium orang pertama yang masuk lewat pintu depan dan kamu tiba-tiba buka pintunya, jadi kamu yang -."
Junghwan mendesis siap melayangkan serangan lagi, "Aku nggak ada pilihan lain, Sorry." Haruto mundur satu langkah siap dengan pose karatenya. "Junghwan, kamu liat sendiri tadi anak-anak ramenya kaya apa."
"You lucky I didn't kill you today, cause your kiss are not that bad!" kata Junghwan kemudian berjalan masuk kekamar dengan wajah suram dan sayu. Haruto tidak menyadarinya karena kata-kata Junghwan barusan keburu membuatnya senang.
Haruto mengankat alis, senyuman kecil tersungging dibibirnya.
My kiss are not that bad, huh.
-
"Haru, masak sana, aku laper." Kata junghwan pelan, suara sedikit teredam selimut yang menyelimuti dirinya sampai ke hidung.
"Masak sendiri." Jawab Haruto datar. Dia duduk di single sofa dekat jendela membaca buku tebal yang Junghwan tidak tertarik sama sekali judulnya apa. Haruto kelihatan sedang fokus. Junghwan manyun.
"Tapi nanti jari aku kena pisau lagi terus nanti berdarah terus kamu bakal pingsan atau mungkin mati liat jari aku berdarah terus –wait! Kalo kamu mati berarti aku nggak perlu nikah sama kamu dong. Oh my god pinter banget otak aku, such a good plan!" Junghwan menyibak selimutnya kemudian berlari ke dapur dengan semangat hidup yang baru.
Haruto menggelengkan kepalanya, Unbelievable
Junghwan membuka pintu kulkas dan cabinet didapur mereka, mengambil dua mie instan, sosis dan beberapa sayuran hijau, Junghwan lupa nama sayurnya tapi nggak papa yang penting dipotong dulu aja, kata mami semua sayuran itu sehat. jadi nggak papa.
"Haruto~ kamu tau nggak besok aku ada essay bahasa Indonesia bikin puisi, tapi aku males belajar. Jeongwoo bilang aku nggak bakal lulus kelas bindo soalnya aku nggak punya jiwa-jiwa seni. I mean like what the hell? Aku emang nggak sepuitis itu tapi aku ini genius loh. Well I'm kinda the lazy type of genius, tapi males aja aku pinter gimana kalo aku bener-bener usaha coba, mau jadi apa anak-anak yang laen, rumput yang bergoyang? lagian ini cuma bikin essay puisi doang, nggak mungkin aku gaga –ow!" Junghwan merintih lirih
Haruto menghela nafas lega, akhirnya Junghwan berhenti nyerocos juga. Sekarang dia bisa lebih fokus ke bukunya.
"uhh... Haruto...," Panggil Junghwan lirih dari dalam dapur
Haruto diam, tidak menjawab panggilan Junghwan.
"Haruto, bisa nggak kamu kesini sebentar?"
Haruto membuang napas, sebal. "kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumping In Love
Teen Fiction[[HaruHwan]] Oh dear... Junghwan dan Haruto??? This is going to be BAD. With capital B and capital A and Capital D. BAD!!!