Pagi-pagi Haruto sudah keluar apartemen, mencari bubur untuk Junghwan. Kata mama orang yang lagi demam biasanya dehidrasi. Nah kandungan air di bubur lebih banyak dari pada di nasi biasa. Maka dari itu Haruto sekarang mencari bubur yang kira-kira Junghwan suka. Supaya tenaga Junghwan bisa cepat pulih.
Setelah melewati beberapa kedai sarapan dipinggir jalan, Haruto memutuskan untuk membeli bubur kacang merah untuk Junghwan.
Ketika dia pulang, Junghwan masih dalam posisinya yang sama meringkuk dibawah selimut. Sekarang bibirnya mulai pecah-pecah. Haruto meletakkan tangannya di pipi Junghwan untuk memeriksa temperaturya.
Hmmm... masih panas.
Haruto duduk disamping Junghwan, memandanginya sebentar sebelum akhirnya membelai pipi Junghwan untuk membangunkannya.
"Junghwan..." Panggil Haruto ketika Junghwan mulai bergerak
"Jeongwoo?" bisik Junghwan lirih, suaranya sedikit serak.
"Bukan, ini Haruto, Jeongwoo udah pulang tadi dianter Doyoung."
Junghwan akhirnya membuka mata, berkedip beberapa kali untuk mengusir kantuknya.
"Makan dulu, aku udah beli bubur kacang merah, abis itu minum obat." Kata Haruto mengambil mangkuk bubur di atas nakas, mengambil satu sendok penuh bubur..
Junghwan melirik curiga sesendok penuh bubur didepannya kemudian menatap Haruto.
"Kamu nggak naruh racun kan?"
Haruto memutar matanya, "Iya aku taruh racun 5 sedok buat bunuh kamu, sekarang makan."
"Nggak mau,"
"Junghwan..."
"Kamu bilang kamu naruh racun disitu!"
"Aku bercanda doang. Buburnya baik-baik aja, enak pasti, okay?"
Junghwan melirik Haruto kemudian buburnya, Haruto kemudian bubur, Haruto kemudian bubur. Tangan Haruto sudah mulai pegal ketika akhirnya Junghwan menerima suapan darinya.
Haruto sujud syukur didalam hati, berterimakasih kepada tuhan setelah Junghwan makan 10 sendok buburnya kemudian minum obat tanpa keributan apapun.
"Haruto..., kok aku makin pusing ya? Kamu beneran naruh racun ya?" kata Junghwan, memegangi kepalanya.
Haruto mengerutkan keningnya, dadanya tiba-tiba terasa sesak melihat Junghwan merintih pusing. Tanpa mengatakan apapun Haruto naik keatas kasur kemudian berbaring disamping Junghwan.
"Tidur lagi sini," Haruto menarik Badan Junghwan, meletakkan kepalanya diatas tangan kirinya. Junghwan menurut, ikut berbaring disamping Haruto.
"Coba buat tidur aja." Kata Haruto lagi, tangan kanannya mengusap lembut rambut Junghwan.
"Nggak bisa pusing." Jawab Junghwan, mendongak menatap Haruto
Haruto menunduk menatap wajah pucat Junghwan, menyibak rambut Junghwan yang menempel didahi, kemudian mendekatkan wajahnya. Junghwan sudah menutup matanya. Tapi kemudian Junghwan merasakan bibir Haruto mendarat didahinya.
"Jangan harap aku mau nyium bibir kamu ya." Haruto tersenyum simpul, meletakkan dahunya diatas kepala Junghwan, "Bakal repot kalo akau ketularan sakit."
Haruto tidak bisa lihat sekarang, tapi pipi Junghwan sekarang makin merah.
"Ihh... ge er."
"Kata mama, kalau pusing cium jidatnya biar cepet sembuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumping In Love
Jugendliteratur[[HaruHwan]] Oh dear... Junghwan dan Haruto??? This is going to be BAD. With capital B and capital A and Capital D. BAD!!!