Ternyata urusan hidup dan mati yang dimaksud Junghwan adalah fitting tuxedo untuk pernikahan mereka. Mereka lupa kalau weekend ini memang jadwal mereka untuk fitting baju dan sekarang mereka berdua bersama mama dan mami sudah berjam-jam stay di butik, kalau ditanya sudah berapa kali mereka ganti baju, Haruto lupa saking banyaknya, bahkan Junghwan yang biasanya tidak bisa diam sekarang sudah terkapar tak berdaya diatas sofa kedua kakinya terangkat parkir diatas paha Haruto yang duduk disampingnya.
"Hemm... enggak deh, aku lebih suka yang ke tujuh tadi yang putih tapi dikasih sedikit sentuhan sedikit di pundaknya, terus trimnya juga harus lebih diperlembut. Junghwan lebih cocok pake yang soft! Oh... yesss yang itu bagus kayanya kita ambil yang itu buat Haruto. Haru buruan dicoba yang itu."
Kepala Haruto rasanya mau pecah mendengarkan ocehan mamanya
"Ma, bisa nggak kita ambil salah satu aja dari yang tadi, terserah deh yang mana." Kata Haruto, menolak untuk masuk fitting room lagi. Menurutnya semua tuxedo yang mereka sudah coba semuanya sama, cuma warnanya aja yang beda.
"Haruto, nurut deh biar cepet selese." Perintah mami Junghwan tegas. Haruto menghela napas sebelum akhirnya menghempaskan kaki Junghwan ke lantai. Dia kira Junghwan bakal ngamuk atau setidaknya merengek dengan tindakannya barusan, tapi Junghwan hanya menaikkan lagi kakinya ke atas sofa. Mulut diam terkunci.
Kening haruto bertkerut. Aneh? Secapek apapun itu, Junghwan tidak pernah sediam ini.
"Junghwan siap-siap, habis ini gantian kamu." Kata mami membolak-balik katalog model tuxedo yang disediakan butik.
"Mi, badan Junghwan lemes deh." jawab Junghwan lirih.
Haruto yang sudah didepan fitting room langsung berbalik mendengar jawaban Junghwan. Dia lempar tuxedonya keatas kursi kemudian berjongkok didepan Junghwan.
"Udah makan belum?" tanya Haruto, menatap Junghwan yang masih betah merem
"Belum,"
"Kenapa belum?"
"Nggak sempet, kamu juga ditungguin perginya lama."
Haruto menghela nafas kemudian menyandarkan kepalanya pada lengan sofa dekat kepala Junghwan. "kan tadi udah dibilangin pesen online kalo laper, nggak usah nungguin segala!"
"Nggak enak makan sendiri."
"Terus kamu milih pingsan kelaperan, gitu?"
"Nggak sempet..."
"Nggak sempet gimana, tinggal telepon beres."
Kedua ibu Junghwan dan Haruto bertukar pandang, tersenyum puas mendengarkan percakapan anak-anak mereka. Masih jelas diingatan mereka bagaimana Junghwan dan Haruto menolak mati-matian perjodohan ini, semua penjelasan mental kesana kemari. Tapi sekarang melihat percakapan simple kedua anak-anak ini sudah cukup meyakinkan keduanya kalau rencana mereka akan baik-baik saja.
"Udah-udah, Junghwannya kelaperan kok malah diomelin. Sana makan abis itu kalian bisa pulang istirahat. Tuxedonya biar mama sama mami yang ngurus."
Haruto menatap mamanya kesal, dari tadi kek...
"Eh... Jaehyuk baby?" kata mama Haruto tiba-tiba kemudian menghampiri Jaehyuk yang baru saja melewati mereka. "Long time no see baby... kok baru keliatan sih."
Haruto langsung berdiri membeku melihat kedatangan tiba-tiba Jaehyuk, Junghwan membuka mata kemudian ikut berdiri disamping Haruto.
"Oh... Hai tante," sapa Jaehyuk, memeluk balik mama Haruto
"Kamu gantengan deh sekarang," mama Haruto tersenyum, Jaehyuk manyun
"Tante, saya dari dulu udah ganteng." Jawab Jaehyuk. Mama Haruto tertawa kemudian mencubit pipi Jaehyuk gemas, "Udah selesai fittingnya, tan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumping In Love
Teen Fiction[[HaruHwan]] Oh dear... Junghwan dan Haruto??? This is going to be BAD. With capital B and capital A and Capital D. BAD!!!