Junghwan dan Haruto akhirnya makan beef teriyaki yang dibuat Haruto. Junghwan nggak ada bantu-bantunya sama sekali. Dia cuma mondar-mandir di dapur, ngintipin masakan Haruto, tanya ini itu sampai Haruto dongkol sendiri dan berusaha mengusir Junghwan keluar dapur. Junghwan seperti biasa, manyun dan merengek kalau dia pingin bantu. Junghwan bilang dia sering nonton master chef jadi keahliannya bisa dikatakan setara dengan chef Arnold.
Akhirnya Haruto membiarkan Junghwan membantu memotong wortel yang mana hampir berakhir dengan dia memotong jarinya sendiri.
Untung jari Junghwan tidak benar-benar terpotong, hanya sedikit tergores, nggak sampe keluar darah juga, but goddddd.... Junghwan nangis sambil teriak-teriak kaya orang kesrempet truk oleng. Haruto bener-bener pingin lempar Junghwan dari jendela.
"See... I'm a good chef." Kata Junghwan sambil mengunyah makanannya.
"Kamu cuma motong wortel doang, Junghwan. Setengahnya doang."
Segera setelah Haruto selesai dengan ucapannya, sebuah telapak tangan mendarat sempurna di jidatnya dengan bunyi Plakk yang cukup keras
"I even risk my finger for that! tsk, nggak berterimakasih banget!"
Haruto menyumpahi dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa menuruti kemauan orang nggak jelas seperti Junghwan dengan mudah? Dimana Haruto yang dulu? Where is his cold hearted bastard personality that he owned for 17 years of his life?
Jangan-jangan istilah 'suami-suami takut istri' memang benar adanya?
Tapi Junghwan bukan istrinya!! Junghwan cowok! Mereka berdua suami! Masa iya suami-suami takut suami?!
"Haruto?" Panggil Junghwan lirih, membuyarkan pikiran absurd Haruto.
"Kenapa lagi?"
"Kita musti gimana sama pernikahan ini?" Tanya Junghwan terlihat serius dengan mata polosnya.
Haruto hanya menghela napas pelan, dia juga tidak tahu harus bagaimana. Apa dia setuju dengan pernikahan ini? Jelas tidak. Apa dia punya pilihan lain? Tidak juga.
"Saya juga nggak tau."
Mereka berdua akhirnya terdiam. Untuk beberapa menit yang terdengar hanya suara sumpit dan piring.
"Maybe..., let's just..." Haruto berkata, menunduk menatap piringnya, "Let's just give it a... try?"
Junghwan mengangkat kepalanya menatap Haruto, dia mengharapkan suatu respon atau reaksi dari adek kelasnya, tapi sedetik kemudian, tawa Junghwan pecah, dia tertawa sambil memegangi perut, bahkan ada air mata dipinggiran matanya. Haruto mendengus sebal.
Salah dia juga sih, ngomong serius kok sama Junghwan.
"Oh my god!! Pfffhhh lucu banget sumpah. Really, Haruto really??" Junghwan memperbaiki posisi duduknya, tangan menepuk-nepuk perut yang sakit karena tertawa terlalu keras.
"Tadi lucu banget , tapi kamu mesti sering-sering latihan bercanda sih." Kata Junghwan menepuk pundak Haruto, "Terus kenapa juga kamu masih 'saya-saya-an' aja sama aku. If you really wanna give it a try, ayo mulai aku-kamu-an."
Haruto mengalihkan perhatiannya dari piring dan menaikan satu alis kearah Junghwan.
"Saya ngga–,"
"Aku,"
"Junghwan, maksud Saya bukan gi –"
Junghwan menggeleng, "Aku, maksud aku... " memutar tubuhnya 90 derajat untuk benar-benar menatap Haruto, "coba tatap aku, dan bilang apa yang mau kamu omongin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumping In Love
Novela Juvenil[[HaruHwan]] Oh dear... Junghwan dan Haruto??? This is going to be BAD. With capital B and capital A and Capital D. BAD!!!