"Junghwanie, udah kenal Haru?" tanya Mama Haruto yang tiba-tiba sudah berdiri disamping Junghwan.
"Iya tante, satu sekolah." Para orang tua saling pandang sambil senyum-senyum mendengar jawabannya, perasaan Junghwan mulai tidak tenang.
"Bagus deh kalo gitu," Mama Haruto tersenyum sambil menepuk punggung Junghwan, "Hwanie panggilnya jangan tante dong, mama aja kan bentar lagi kalian nikah."
"Nikah? Siapa?" Tanya Haruto kebingungan, apa hubungannya Junghwan nikah dengan memanggil mama Haruto, mama.
Jangankan Haruto, Junghwan yang diajak ngomong aja nggak paham.
"Ya kamu sama Junghwanlah,"
Junghwan dan Haruto terdiam membeku ditempatnya berdiri untuk beberapa menit, dia bisa merasakan seseorang menepuk-nepuk bahunya, tapi otaknya tidak bisa memproses semua informasi yang diterimanya.
"Junghwan, Haru, jangan diem aja! Bikin takut tau!!"
Masih memmbutuhkan beberapa detik bagi keduanya untuk kembali sadar, dan ketika otak mereka sudah bisa memahami informasi yang baru saja mereka terima. Hal pertama yang mereka ucapkan adalah:
"WHAT THE ACTUAL FUCK?!"
-
Junghwan dan Haruto duduk didepan orang tua mereka, keduanya memasang muka ngambek. Junghwan dengan bibir manyun yang sudah mirip bebek dan Haruto dengan wajah datar, sedatar lapangan futsal dan tatapan tajam sebalnya. Keduanya sama-sama menyilangkan tangan didepan dada masing-masing.
"Haru... Junghwan coba deh di dengerin dulu penjelasan pap –,"
"NO!" keduanya menjawab bersamaan.
"Rencana ini udah mateng banget sayang. Ini tuh udah dari dulu kita ngomongin tenta–" mami Junghwan yang berusaha menjelaskan kembali dipotong
"Mi, Junghwan baru 16 tahun loh!!" sela Junghwan protes
"Aku juga baru 17!" Haruto ikut protes
"Come on guys... man up. Toh ini juga buat kebaikan semuanya." Kali ini Papi Junghwan yang berbicara
"Kebaikan siapa, pi?" Junghwan bertanya pada papinya berusaha tetap tenang.
"Buat kebaikan kalian berdua, keluarga kita, also this marriage is for the sake of our company!" Jawab papi Junghwan
"Are you making things up?" Haruto bertanya, kelihatan tidak percaya sama sekali dengan jawaban barusan
"Do you really think we'll belive that?" Junghwan bertanya dengan ekspresi yang sama
"See..., both of them are dumb. " Mama Haruto menggelengkan kepala. Heran dengan kedua bocah didepannya. "Ngapain kita bohong. rencana ini udah diundur, tadinya mau tahun kemarin, tapi tahun kemarin Junghwan belum lulus SMP masih terlalu kecil."
"Junghwan emang masih kecil, tante!!!"
"Udah gede... kalo kata ilmuan siapa gitu ya... 16 tahun tuh udah dewasa, Hwan." Balas mama Haruto santai menanggapi protes Junghwan.
"Tunggu dulu... ini nikah loh, ma, pa, om, tante," sela Haruto menatap satu persatu para orang tua disana. "Kita mau bikin KTP aja nunggu 17 tahun. 16 itu emang masih kecil."
Junghwan mengangguk semangat. ini adalah pertama kalinya Junghwan setuju dengan Haruto.
"Haru kan udah 17 tahun, jadi nanti kamu yang jagain Junghwan." Jawab papa Haruto, yang kemudian disambung oleh mamanya, "Lagian percuma ditunda-tunda terus, toh pada akhirnya kalian juga bakal nikah."
Keduanya melempar kepala mereka kesandaran sofa. There's no way out of this, if it's about the company!
"Ini semua gara-gara kamu, To!"
"Are you really blaming me on this!!! Ugh"
-
Setelah selesai makan malam, orang tua Haruto dan Junghwan mendudukan mereka kembali untuk membicarakan tentang pernikahan kedua anak ini. Keduanya masih belum bisa menerima kenyataan dan terus-terusan mendebatkan hal-hal konyol yang nggak ada penting-pentingnya sama sekali.
Dari sudut matanya, Junghwan bisa melihat kedua orang tua mereka saling pandang, memberi kode satu sama lain. Junghwan sudah mengkeret ditempatnya, rencana bodoh apalagi yang akan keluar dari mulut mereka. Sumpah Junghwan yakin rencana ini akan sama-sama nggak masuk akalnya seperti rencana perjodohan ini. He know it!! He can fucking feel it in his guts
"So... the next thing is for both of my boys." Papa Haruto memulai pembicaraan
"Both of my boys tu siapa, Pa? Nggak mungkin aku sama si shortie ini kan?" Haruto bertanya menunjuk pada Junghwan yang duduk disampingnya.
Hmmm... Ya tuhan, Junghwan pengen jedotin hidung Haruto lagi, kali ini ke meja ngga papa.
"Ya jelas kamu sama Junghwan dong, Haru." Mami Junghwan mengalihkan perhatiannya kepada kedua orang tua Haruto kemudian mereka tersenyum. Kemudian melanjutkan penjelasannya, "Well... besokkan weekend. Dan harusnya kalian berdua free, jadi kita pikir, kenapa kita nggak gunain kesempatan ini buat mengenal satu sama lain."
"Nggak usah, Mi. Beneran aku nggak mau."
"Iya, nggak usah, nggak perlu, tante"
Mendengar protes dari kedua anak didepannya, mama Haruto kembali mendengus sebal, "Udah deh diturutin aja, lagian udah dipesenin tiket, hotel juga udah di booking. Tinggal berangkat aja."
"Mam, What are you talking about?" ketika yang ditanya hanya mengedipkan sebelah matanya, Haruto balik bertanya pada Junghwan, "Do you know what they're talking about?"
"No, I do not," Jawab Junghwan sama bingungnya.
"Both of you are going to Lombok tomorrow!" kata Mama Haruto penuh semangat, tidak mempedulikan eskpresi blank kedua anak laki-laki didepannya.
Katika Junghwan akhirnya mengalihkan pandangannya dari orang tua mereka, Haruto sudah menatapnya dengan ekspresi yang sama.
Oh dear... this is going to BAD. With capital B and capital A and Capital D. BAD!!!
Aku nulis apa ini T_T
well anywaaaaaaaaaaaaaaay ..... enjoy this udah-ditulis-sayang-dibuang-chapter yes... bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumping In Love
Novela Juvenil[[HaruHwan]] Oh dear... Junghwan dan Haruto??? This is going to be BAD. With capital B and capital A and Capital D. BAD!!!