***
Pagi ini di sekolah, tepat sebelum bel masuk berbunyi Annisa bersama Juni dan Myla duduk di depan pintu kelas. Annisa menunggu Fatir, Juni dan Myla hanya ikut saja. Keduanya cukup terkejut mengetahui bahwa Annisa tidak jadi pergi ke Singapura, dan sangat menyangkan ketidakpergian gadis itu. Karena yang Juni dan Myla tahu, Annisa sangat menanti hari di mana ia bisa memperdengarkan musiknya pada kakak Darren.
Untuk yang kesekian kali Annisa menghela napas, mencari Fatir di koridor. Laki-laki belum tiba di sekolah. Sejak kemarin Fatir tidak keluar kamar dan tidak mengindahkan panggilan dan chat darinya. Semalam suntuk Annisa begadang karena perasaannya campur aduk.
Lantas gadis itu cepat berdiri kala melihat batang hidung Fatir yang berjalan masuk kelas. Langsung ia berlari menghampiri laki-laki itu.
"Tir." panggilnya pelan, senyum kecil terukir di wajahnya. Fatir menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu tanpa kata, tanpa aba-aba, laki-laki itu berjalan melewatinya begitu saja.
Senyum kecil yang terukir tadi sontak memudar. Ia berbalik memperhatikan tubuh Fatir yang hilang ditelan pintu. Annisa menggigit bibir, Myla dan Juni lantas menghampiri.
"Fatir pasti marah sama gue." Annisa menggumam pelan.
"Kasih Fatir waktu." kata Myla.
"Gue yakin dia juga gak setuju sama keputusan lo buat nggak pergi karena lo lebih milih dia." Juni melanjutkan.
Myla menghela napas, "Fatir pasti ngerasa bersalah sekarang."
***
Petikan senar gitar Rangga benar-benar sumbang. Fatir memutar bola matanya seraya menghembuskan asap rokok ke udara. Untung saja di tempat ini hanya ada Fatir dan Januari yang mendengar suara sumbang itu. Karena Fatir yakin jika orang lain akan langsung sakit telinga.
"Ada yang lain, di hatimu..." suara fals Rangga terdengar. Lagi-lagi Fatir membulatkan mata, di sebelahnya Januari memejamkan dengan dahi berkerut. Rangga berisik.
Dan nyanyian Rangga harus berhenti karena laki-laki itu berdiri menyambut kedatangan Annisa yang bahkan tidak Fatir sadari. Lantas Fatir menatap gadis itu yang tersenyum kecil meliriknya. Air wajah Fatir langsung berubah datar, dia berdehem kecil.
"Ada apa DJ Morphine, nyariin cowoknya, ya?" tanya Rangga pada Annisa. Sebelum Annisa sempat menjawab, Fatir lebih dulu bangkit. Membuang rokoknya di atas tanah dan menginjaknya sebelum pergi.
"Gue cabut." ujarnya. Entah bagaimana raut wajah Annisa saat ini, Fatir tidak tahu. Ia tidak punya cukup keberanian untuk menoleh dan menatap wajah gadis yang telah ia sakiti tempo hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morphine
Teen FictionLaki-laki pertama yang mencuri ciuman pertama Annisa Celesta si gadis bar-bar adalah si pemabuk Fatir Hugo Mahendra. Seorang laki-laki yang berpacaran dengan primadona sekolah bernama Megan. Akibat ciuman itu Annisa sangat membenci Fatir. Berbeda de...