Fatir tertegun sesaat tepat ketika Ia baru saja memasuki apartemen Megan. Melihat ke arah sofa dimana ada seorang laki-laki, shirtless, tengah berbaring di atas sana sambil merokok. Yang Fatir ketahui nama laki-laki itu adalah Chris, teman sekelas Megan.
Nampaknya Chris tidak menyadari kehadiran Fatir, atau mungkin saja dia sadar tapi lebih memilih abai. Yang ada di kepala Fatir saat ini adalah pertanyaan-pertanyaan mengapa ada laki-laki lain di apartemen Megan semalam ini?
Fatir menghela napas kuat, tangannya mengepal menahan kesal yang berkumpul di rongga dadanya. Baru saja ia ingin mendekati Chris dan menyapanya dengan satu pukulan, namun dari arah dapur Megan muncul mendekati Fatir lalu mengecup singkat bibir laki-laki itu.
"Hai, babe." sapa Megan seakan Chris bukanlah apa-apa. Fatir tetap diam dan menatap gadis itu yang dibalut kemeja gombrong berwarna putih dengan pants yang bahkan tidak terlihat karena terlalu pendek.
Dari dulu, Fatir tidak pernah menyukai Megan memakai pakaian yang terlalu terbuka. Apalagi kali ini di hadapan Chris, bahkan ketika Fatir belum tiba di sini.
"Dia ngapain di sini?" tangan Fatir menunjuk Chris. Rahangnya mengeras menahan kesal yang perlahan berubah menjadi rasa marah.
Megan tersenyum lebar, "Nemenin aku." katanya, seakan tidak ada sesuatu yang janggal.
"Cuma berdua?"
Megan mengangguk, "Kenapa? Cemburu?"
"Aku—"
"Sssstt." Megan membungkam mulut Fatir dengan jari telunjuknya. Lalu tangannya bergerak meraba kain kasa di leher Fatir yang dilukai oleh Megan. "Aku senang ada Chris di sini. Kamu senang, kan lihat aku senang?"
Fatir menghembuskan napasnya pelan. Dia mengangguk bersamaan dengan rasa kesalnya yang mulai redup karena kalimat Megan barusan.
Iya, bagi Fatir apapun yang membuat Megan senang, Fatir juga akan ikut senang. Sekalipun itu melukai perasaan dan harga dirinya, bahkan sekalipun itu bertentangan dengan akal sehatnya. Fatir akan selalu bertekuk lutut demi membuat Megan senang.
Cintanya untuk Megan terlalu besar sehingga yang hitam baginya akan terlihat putih jika itu membuat Megan bahagia. Pada akhirnya, Fatir memilih mengalah dan melupakan prasangka buruk akan Chris yang berada di sini berdua dengan Megan tanpa dirinya.
Megan menggandeng Fatir berjalan menghampiri Chris yang masih berbaring di atas sofa. Kehadiran Fatir sama sekali tidak menginterupsinya, dia tetap asyik menyebat rokok tanpa menghiraukan kehadiran Fatir yang duduk di sofa sebelahnya. Sementara Megan duduk di bawah kaki Chris.
"Chris, ini Fatir." kata Megan.
"Udah tahu, lagi. Siapa yang gak tahu dia?" Chris bangun, dia mematikan api rokoknya dan menatap Fatir sembari tersenyum.
"Gue pinjem cewek lo dulu, ya. Menyenangkan main sama dia." ujar Chris yang membuat Megan seketika terbahak.
Fatir mendecih, "Sebenarnya gak ada yang boleh main sama dia selain gue. Siapapun itu termasuk lo." meskipun Fatir tertawa di akhir kalimat, tapi tak ada yang bisa menepis kemarahan yang Ia tahan agar tidak meledak dan meninju wajah Chris sekarang juga.
"Tapi Megan senang main sama gue, lo mau apa?" Chris mendekat ke arah telinga Megan, lalu berbisik pelan.
"Kasih tahu cowok lo kalo lo lebih senang main sama gue." bisik Chris yang masih dapat Fatir dengar dengan baik. Megan lagi-lagi tertawa, sementara Fatir mendecih seraya mengambil sekaleng bir dari atas meja dan menenggaknya.
Melihat Megan yang saat ini merangkul Chris manja, lalu berkata, "Gue senang main sama lo, Chris. Fatir udah tahu itu, ya kan, sayang?"
Fatir lagi-lagi mendecih, membuang pandangan ke arah jendela dan membuka kaleng bir yang baru lalu menenggaknya lagi. Ada sensasi panas ketika bir masuk ke tenggorokannya meski itu tidak sama sekali mengalahkan rasa panas di hatinya. Melihat pacar menggelendot manja dengan laki-laki lain, siapa yang tidak cemburu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Morphine
Teen FictionLaki-laki pertama yang mencuri ciuman pertama Annisa Celesta si gadis bar-bar adalah si pemabuk Fatir Hugo Mahendra. Seorang laki-laki yang berpacaran dengan primadona sekolah bernama Megan. Akibat ciuman itu Annisa sangat membenci Fatir. Berbeda de...