BAB 21: Kepindahan

149 16 8
                                    

"You're not my bodyguard anymore!"

Fatir mendesis pelan membaca satu pesan yang muncul dari layar ponselnya dengan nama Annisa tertera jelas sebagai pengirim. Tadi, Fatir benar-benar berhasil meledek gadis itu dan membuatnya kesal. Sayangnya, pertengkaran kecil mereka harus berhenti saat sampai di depan rumah Annisa. Dan Fatir yakin gadis itu belum puas mengoceh sebab Fatir lekas pergi sebelum mendengar ocehan itu.

Baru saja ia sampai di kamar dan merebahkan diri di kasur, satu pesan itu masuk. Membuat Fatir makin gemar meledek Annisa besok di sekolah. Lantas, jemarinya bergerak mengetik beberapa balasan.

Fatir
"I dont care."

Tidak ada lima menit Annisa membalas.

Annisa
"Ngajak ribut, nih orang."

Fatir
"Mending lo tidur deh."
"Persiapin diri."

Annisa
"Persiapin diri buat maki-maki lo besok?"
"Gue udah siap pake banget, kok."

Fatir mendecih. Sayangnya Annisa salah, bukan itu yang Fatir maksud.

Fatir
"Bukan."
"Ini lebih parah."

Annisa
"Kayak matahin leher lo maksudnya?"

Fatir
"Besok lo bakalan ketemu Bu Retno."
"Lo itu tersangka vandalisme."
"Vandalisme kaca spion."

Omong-omong, Bu Retno adalah guru Bimbingan Konseling atau singkatnya guru BK.

Annisa
"Lo bukan cenayang jadi gak mungkin!"
"Taruhan sama gue, kalo misalnya omongan lo bener, gue bakalan bersikap malaikat ke lo seumur idup."

Satu alis Fatir terangkat, lalu dia terkekeh. Percaya diri sekali, ya gadis ini. Tapi sayangnya Fatir juga cukup percaya diri dengan ledekkannya itu. Tangannya bergerak lagi, mengetikkan balasan sekaligus penutup dari pembicaraan malam ini.

Fatir
"We'll see."

Annisa
"Fine."

Fatir
"Kalo gue bener, lo harus ngelakuin apa yang gue mau."

Annisa
"Deal."

Sementara di atas ranjang empuk di tengah-tengah kamar yang super berantakan milik Annisa, dia tertawa miring. Fatir sok tahu, pikirnya. Dia kan bukan orang yang bisa tahu masa yang akan datang!

***

Pengambilan nilai voli memang tidak pernah menyenangkan bagi Annisa. Saat Pak Rudi alias guru olahraganya itu mengatakan untuk berlatih teknik-teknik voli sebelum nama dipanggil untuk menunjukkan kemampuan, rasanya Annisa ingin melipir dan pergi tidur. Untuk voli Annisa benar-benar amatir.  Bukan hanya dirinya saja, Juni yang duduk di sebelahnya juga sama malasnya. Hanya Myla yang excited. Iya, soalnya Myla tergabung dalam ekskul voli sekolah dan itu sudah jelas dia mahir.

MorphineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang