Iyain apa kata bunda

959 203 9
                                    

Pulang sekolah Ningning dipaksa buat pulang bareng sama Jay dengan alasan, disuruh Bunda. Padahal akal-akalan dia aja, biar cewek yang ada di belakangnya pulang cuma sama dia bukan bareng yang lain, apalagi kalo pulangnya sama Samuel, Jay udah pasti kesel tujuh turunan.

"Bawa nya jangan ngebut lo." Pinta Ningning. Dia ga mau kejadian beberapa hari lalu keulang, yang ada rambutnya jadi korban.

Jay mengangguk, mulai menjalankan sepeda motornya, dijalan ga ada yang buka suara, hanya suara kendaraan lain yang terdengar di telinga mereka. Ketika tiba di gerbang rumah Jay, Ningning ga langsung jalan buat ke rumah, cewek itu menatap Jay dengan wajah penasaran.

"Lo tau kan Renjun sama Nagyung pacaran?" Tanya Ningning.

Jay mengangguk. "tau, kenapa?"

Ningning menggeleng lalu melenggang pergi meninggalkan Jay yang menatap perginya dengan muka bingung, menanyakan hal yang menurut Jay ga penting buat dirinya. Memasukan sepeda motornya di teras dan masuk menghampiri bunda yang sedang masak.

"Sore Bun." Bunda menoleh, memeluk putranya. Sebelum menyuruhnya mandi lalu makan. Haduh, rasanya baru kemarin Bunda lahirin Jay, taunya udah segede ini. Bahkan sekarang lebih tinggi anaknya di banding Bunda.

Jay heran, biasanya bunda ga pernah peluk-peluk Jay kalo ada mau nya. Sebelum mandi, Jay pasti main ponsel dulu. "Ningning masih ngambek?"

Jay memikirkan saat cewek itu bersekolah dengan rambut terurai, cowok itu sangat menyukai rambut Ningning yang di biarkan seperti itu, apalagi sedikit gelombang pada rambutnya. Menurut Jay, cewek itu semakin tambah lucu. "Besok-besok gue suruh jangan di apa-apain deh tuh rambut, gemes banget gue." Gumam Jay sambil menepuk-nepuk bantal.

Ga lama dia memegang dadanya yang mulai berdetak kencang. "Aduh, gue suka Ningning kali ya?"

"Kaya nya iya deh." Jay menoleh, menyengir kearah bunda yang menyender di ambang pintu dengan tatapan jahil. "Eh bunda, sejak kapan di situ?"

Bunda tersenyum. "sejak kamu bilang, gue suka Ningning kali ya."

Jay tertawa canggung menggaruk tengkuknya yang sama sekali ga gatal. "Bercanda doang ko Bun."

bunda masuk kedalam kamar, dan mendudukkan dirinya di samping Jay menepuk pundak putranya. "Gapapa beneran juga, Bunda si maunya kamu sama Ningning. Ayah juga pasti iya-iya aja."

"Oh iya jangan lupa bilangin Ningning, besok berangkat jam tujuh malam." lanjut Bunda, menyuruh putranya dengan tangan yang mengusap lembut rambut Jay yang mulai memanjang.

"Iya Bun"

"Jangan lupa bilangin." Kata Bunda sebelum benar-benar meninggalkan Jay keluar kamar.

"Iya Bunda iya." Jay langsung menutup wajahnya yang memerah dengan tangan, dada nya semakin berdebar saat tau Bunda-nya memergoki dia barusan.

"Lebih malu ini dari pada jatuh didepan orang banyak."

Pokonya besok Jay kalo ketemu Bunda, mending langsung kabur. Takut di olok-olok suka Ningning, terus ketauan sama Ningning nya, udah hancur langsung harga diri Jay.

[i] Neighbour; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang