Malam tiba, dimana Ningning akan ikut makan malam antara keluarga Jay dengan teman orangtua cowok itu. Sebetulnya dia sendiri bingung kenapa harus dirinya yang di suruh mengikuti acda makan malam itu. Dia sendiri bukan bagian dari keluarga Bunda Yerin. Tapi bagaimanapun juga dia menghargai ajakan Bunda, mungkin karena dirinya dan Jay sudah berteman sejak kecil.
Sekarang, cewek itu sudah cantik dengan berbalut gaun yang di kasih Bunda dan tentu make-up yang sangat cocok dengan kulitnya. Tenang, Ningning tidak ber make-up sendiri melainkan sang Mama yang sudah handal dalam dunia per make-up, Ningning ga mau kalo dia sendiri yang memaksakan buat make-up malah terlihat aneh dan malah berujung di tertawakan Jay. Ilmu belajar make-up siang tadi, sama sekali ga masuk ke dalam otaknya.
"Ini beneran anak Mama?" Kata Mama sembari menutup mulutnya terkejut melihat putrinya yang terlihat jauh lebih cantik, lalu tersenyum bangga melihat hasil make-up nya. Wajah Ningning makin terlihat mirip dengan Mama pada zaman dimana wanita itu baru bertemu Papa apalagi rambut putrinya yang di kuncir tinggi dengan beberapa anak rambut yang di biarkan menyentuh dahi nya.
Ningning mendongak dengan tatapan julitnya. "Iya lah, masa anak ibu kantin di sekolah."
Mama menggelengkan kepala mendengar candaan putrinya lalu menyuruh Ningning segera ke rumah Jay, karena jam sudah menunjukkan pukul 18:30 yang berarti setengah jam lagi akan berangkat ke tempat tujuan.
Tiba di rumah sebelah, Ningning melihat Jay dengan setelan jas berwarna putih yang selaras dengan gaun miliknya duduk di sofa depan rumahnya. Netra cewek itu terus melihat gaun miliknya terus beralih melihat pakaian yang di kenakan Jay. Ningning hanya merasa seperti pasangan. Dan juga, Ningning pikir Jay tak akan ikut.
Jay menoleh melihat Ningning yang berdiam diri di ambang pagar rumahnya, langsung beranjak menghampiri cewek itu dengan senyum manis. Sungguh cowok itu di buat takjub dengan Ningning malam ini, dan membuat Jay makin merasa debaran hati nya makin menjadi. Ningning (nya) terlihat berpuluh-puluh kali lipat terlihat dewasa.
"Tumben cantik."
Ningning langsung membelalak menatap Jay sinis, lalu menginjak kaki cowok itu dan berlalu meninggalkan Jay masuk ke dalam rumah.
"Bunda Ayah." Panggil Ningning seraya berlari menghampiri kedua orangtua nya Jay yang berjalan beriringan keluar rumah. Mereka memakai pakaian yang sangat serasi.
"Hai sayang." Bunda beralih menggandeng tangan Ningning, membawanya ke dalam mobil, di susul Ayah serta Jay yang menduduki bangku depan.
Di jalan suara Bunda dan Ningning yang mendominasi mobil, bercerita apa saja yang ada di benak keduanya. Jay sesekali melirik Ningning lewat kaca sambil tersenyum kecil, melihat cewek itu tertawa bebas dengan sang Bunda. Ulu hati nya mulai menghangat.
Tepat lampu merah, ayah mecondongkan badannya berbisik kepada Jay. "Jangan di lirik-lirik mulu Ningning nya."
Jay langsung gelagapan seperti orang yang ketauan mencuri. Dia pikir Ayahnya ga bakal memergoki. Demi apapun Jay sekarang malu, dan langsung membuang pandangannya ke arah jendela, serta merasa telinganya sangat panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] Neighbour; Jay-Ningning
Fiksi Penggemar[SELESAI] Awalnya bilang ga suka ujung-ujungnya malah suka. Alias malu-malu tapi mau. highest rank: #4 in ningning #11 in nagyung #19 in neighbours