Sejak Ningning mengurung diri di kamar belajar make up untuk malam nanti, cewek itu belum keluar kamar sampai menjelang siang sebelum Mama yang harus gedor-gedor pintu kamar anaknya menyuruh untuk makan siang. Walaupun tetap ga di tanggapi dengan Ningning yang sibuk belajar pakai eyeliner, Mama harus bener-bener sabar putrinya terus-menerus mengulur waktu makan persis seperti sang Papa.
Cewek itu akhirnya menyerah tentang eyeliner yang susah sekali untuk di aplikasi kan di matanya, walau sebenarnya terlihat gampang tapi menurut Ningning itu susah sekali, selalu belepotan kemana-mana ataupun ketebalan dan ketipisan. Sudah bosan, Ningning kembali menghapus make up yang terlihat biasa saja, tidak bagus dan tidak jelek. Sebenarnya tanpa make-up pun Ningning sudah dari sana nya di lahir kan cantik apalagi Mama yang cantiknya luar biasa.
Beranjak untuk makan siang, yang kata Mama kalau dia di masakan oleh Papa. Katanya biar putrinya merasakan betapa lezatnya masakan Papa yang setara dengan masakan Mama, ya walaupun menurut Ningning masih kalah jauh tapi cewek itu menghargai masakan Papa yang lumayan enak. Di hari minggu gini biasanya orangtua Ningning tuh selalu jalan-jalan berduaan tanpa mengajak dirinya, Ningning ga masalah soalnya papa jarang di rumah jadi selalu hari minggu yang dijadikan kedua orangtuanya berpacaran.
Ningning menopang dagunya yang masih memegang sendok, berpikir kalau nanti dia pergi dengan bunda, apakah Jay bakalan ikut atau tidak. Biar itu urusan nanti. Sekarang cewek itu kembali ke kamar setelah menghabiskan makan siangnya untuk memejamkan matanya sebentar.
Di rumah sebelah, Jay baru membuka mata tepat setelah Ningning yang memejamkan matanya. Kepala Jay selalu pusing kala cowok itu bangun terlalu siang, semalam apapun Jay tidur pasti selalu bangun pagi. Tapi, untuk kali ini dirinya tidur kembali walaupun jam tujuh tadi sudah terbangun.
Jay beranjak dari ranjangnya, berniat untuk langsung mandi dan turun ke bawah melihat aktivitas yang di lakukan Bunda nya. Ngomong-ngomong Jay ga tau kalau sang Ayah baru saja pulang pagi ini sehabis dinasnya selesai, Jay dan Ayah sangat dekat di banding Bunda. Karena memang Ayah selalu sepemikiran dengan putranya maka dari itu membuat keduanya lebih dekat.
"Siang Ayah. Baru tau aku kalo Ayah pulang sekarang." Sapa Jay sudah wangi melihat sang Ayah yang sedang menyeruput kopi di temani gorengan pisang buatan Bunda.
"Siang jagoan Ayah. Pas Ayah pulang kamu nya masih tidur." Menaruh cangkir dan menepuk tempat kosong yang ada di sebelahnya, menyuruh sang putra agar duduk di dekatnya.
"Gimana kamu? nakal ga sama Bunda?" Ayah merangkul pundak putranya seraya Jay mendudukkan bokongnya di sebelah Ayah.
"Engga yah, Bunda yang nakal. Belain Ningning terus, padahal Jay yang anaknya."
Merasa Jay seperti mengadu, Ayah tertawa pelan sembari mengusak pelan rambut anaknya. "Ya pasti karena kamu nya nakal."
Jay menatap sang Ayah tajam, karena omongan Ayah benar. Dalem hati dia sebenarnya ingin mencurahkan hatinya kalo dirinya itu menyukai anak bu Jennie, tapi dia menahan kala bunda datang membawa dua buah toples cemilan di tangannya.
Lebih banyak bercerita pada sang Ayah bukan berarti dia ga cerita pada Bunda. Sesekali dia bakal cerita ke Bunda, bahkan selalu saling bertukar cerita dengan Bunda. Tapi ga sesering dia cerita ke sang kepala keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] Neighbour; Jay-Ningning
Fanfic[SELESAI] Awalnya bilang ga suka ujung-ujungnya malah suka. Alias malu-malu tapi mau. highest rank: #4 in ningning #11 in nagyung #19 in neighbours