Semalaman Jay memantapkan hatinya kalau dia beneran suka cewek yang dari kecil sudah menjadi tetangganya itu, membayangkan betapa akurnya mereka kecil berbeda dengan sekarang yang sering berantem walaupun akhirnya pasti berbaikan. Menggerakkan badannya ke sana-kemari tak bisa tidur.
Kembali membuka matanya melotot menatap langit-langit kamarnya, menggerutu kesal. Kala dia menutup matanya pasti yang ada wajah Ningning yang sedang tersenyum, bikin cowok itu meringis beberapa kali. Kalau ketahuan Bunda dia belum tidur pasti sudah kena omelan mautnya.
Tapi ini masalah suka persukaan, selama ini Jay ga pernah suka-sukaan sama orang. Pernah si, tapi cuma buat main-main aja. Dia sibuk ngejagain Ningning atas amanat Mama Jennie dan Bunda Yerin.
Sedangkan di belahan kamar lain, Ningning terbangun karena mimpi buruk, mimpi dirinya hampir berciuman dengan tetangganya itu. Cewek itu melongo memegang bibirnya sebentar lalu melipat bibirnya kedalam, jantungnya berdebar dengan kondisi masih setengah sadar. Mencoba memejamkan matanya kembali sambil mencari posisi ternyaman walau akhirnya sama sekali tidak berhasil mendapat kantuknya muncul lagi.
Dan, malah beranjak dari ranjangnya berjalan kearah pintu balkon. Memandangi langit malam dari dalam kamar, melihat masih ada beberapa bintang yang menyala di atas sana. Tangan itu membuka pintu, berjalan keluar dengan sapaan angin malam yang menyapu kulitnya. Menyilang kedua tangannya di depan dada, sedikit mendongakkan kepala sambil memejamkan matanya menikmati sejuknya angin malam.
"Masuk lo, ga bagus angin di jam segini."
Ningning membuka kedua matanya, menoleh ke sumber suara. Ada Jay yang duduk di atas karpet ditemani beberapa bantal dan selimut. Cowok itu memutuskan buat bersantai di balkon sejak beberapa menit lalu.
Rumah mereka memiliki dua lantai, dan di tempatkan di kamar yang saling bersebelahan. Jay yang mengisi saat duduk di bangku kelas lima sekolah dasar dan Ningning saat masuk sekolah menengah pertama. "Ngapain lo?" Tanyanya penasaran.
Jay beranjak, berjalan ke sisi pagar supaya jaraknya agak dekat dengan Ningning. "Ga bisa tidur, lo?"
"Kebangun lah, kalo bukan kebangun apa namanya? lo kan gue tadi tidur." Cerocos Ningning lalu kembali memejamkan mata, sepertinya mulai sekarang Ningning akan menyukai angin malam. Sejuk, bikin tenang dan sepi.
"Masuk, nanti lo sakit. Yang repot pasti Tante." Suruh Jay tegas.
Mengabaikan perkataan Jay, cewek itu duduk bersila melihat bintang yang berkelap-kelip di atas gelapnya langit. Mengagumi ciptaan sang kuasa, dirinya bersyukur masih bisa menikmati indahnya dunia walau masih di kasih beberapa rasa pahit dalam hidup.
"Ning, masuk." Cowok itu menatap tajam, sekarang Jay tidak akan membiarkan tetangganya yang sekarang sudah menjadi pujaan hatinya jatuh sakit. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ningning yang merasa Jay sangat berisik langsung beranjak berjalan masuk dengan nada jalan di buat-buat, menutup pintu balkon dan menguncinya dari dalam sana.
Di lihat Ningning sudah tak ada suaranya, Jay tersenyum. Ah cewek itu menuruti perintahnya, walaupun harus dua kali di suruh baru masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] Neighbour; Jay-Ningning
Fanfiction[SELESAI] Awalnya bilang ga suka ujung-ujungnya malah suka. Alias malu-malu tapi mau. highest rank: #4 in ningning #11 in nagyung #19 in neighbours