ᴜɴᴛɪᴛʟᴇᴅ ° ¹⁹

166 39 6
                                    

Part ini lebih banyak narasi daripada dialog, tapi tolong baca semuanya, yaa. Soalnya awal mula Jinyoung sama Jisoo ketemu semuanya aku tulis di narasi hehe.

Selamat membaca!❣

⛅⛅ ⛅

"Kau masih di sini?"

Jackson terlonjak dan sontak meraih ponsel Jinyoung yang hampir saja terlepas dan jatuh saat mendengar suara pria itu.

"Kenapa masih di sini?" tanya ulang Jinyoung. Ia pikir Jackson sudah kembali ke meja kerja saat dirinya sedang pergi ke ruangan Presdir Park.

"Ah, itu .... Aku--"

"Apa? Kenapa kau berdiri di sana?" tatapan Jinyoung turun melihat tangan Jackson yang tengah memegang ponsel. "Dan kenapa ponselku ada padamu?"

Jackson yang menyadari hal itu lantas langsung mengembalikan benda persegi itu ke atas meja. Dia lalu berjalan menjauh dengan wajah gelagapan. Tanpa berkata apa pun, Jackson melangkah keluar dari ruangan membuat Jinyoung menautkan alis kebingungan.

* * *

Jisoo memutar pulpen yang ada di tangan. Dirinya masih memikirkan perkataan Jinyoung yang membuatnya bingung mengapa lelaki itu tidak mau mengakui bahwa mereka pernah dekat. Jisoo terpaksa harus memutar otak mengingat kejadian dua tahun yang telah berlalu agar nanti ia bisa ceritakan semuanya pada Jinyoung. Mulai dari pertama hingga terakhir komunikasinya dengan pria itu. Namun, tak semua ingatan Jisoo bisa kembali ke masa-masa itu. Yang ia ingat hanya sebagian.


Waktu itu seseorang mengirim pesan padanya lewat aplikasi K-Talk. Seorang dengan ID yang tak Jisoo ketahui. Namun, setelah membalas pesan dari orang itu, Jisoo bisa tahu nama dan melihat wajah orang itu. Dia, Park Jinyoung. Jinyoung mengatakan bahwa dia mendapatkan ID Jisoo dari temannya, Sejeong. Bermula dari situ keduanya saling berkomunikasi.

Jinyoung mengatakan padanya bahwa mereka akan bertemu setelah ia sampai di Korea. Ya, saat dalam proses pendekatan, Jinyoung memang sedang berada di luar negeri. Jisoo lupa negara mana yang Jinyoung kunjungi, yang jelas pria itu mengatakan bahwa mereka akan bertemu setelah lelaki itu kembali. Jinyoung juga berjanji akan memberikan sesuatu pada Jisoo, tetapi sampai sekarang tidak diberikan.

Keduanya masih berkomunikasi, bahkan sudah mengatur tempat pertemuan jika Jinyoung sudah kembali. Namun, tiba-tiba Jinyoung menghilang. Tak ada kabar darinya setelah dia mengatakan akan tiba di Korea beberapa jam lagi pada waktu itu. Jisoo sampai mengirim pesan bahkan menghubungi pria itu, tetapi tak ada balasan sama sekali. Teleponnya tidak diangkat, pesannya pun tak dibalas--dibaca juga tidak. Esok harinya, Jisoo mencoba untuk menghubunginya lagi, tetapi nomornya sudah tak bisa dihubungi.

Padahal keduanya baik-baik saja, dalam artian tidak sedang bertengkar layak sepasang kekasih pada umumnya. Namun, Jinyoung malah tiba-tiba menghilang dan tidak memberikan pesan perpisahan padanya. Jisoo pun akhirnya menyerah dan memilih tak ingin berharap pada Jinyoung. Padahal waktu itu ia sudah sangat nyaman dengan Jinyoung. Bisa dikatakan dirinya sudah menyimpan perasaan pada Jinyoung. Aneh memang, padahal mereka hanya berjumpa via suara.

Jisoo tak menyangka setelah dua tahun ia berhasil melupakan pria itu, mereka bertemu kembali saat Jinyoung datang di rumah sakit. Perasaan Jisoo sangat senang karena bisa bertemu dengan Jinyoung secara langsung untuk pertama kalinya. Akan tetapi, rasa senangnya tergantikan dengan perasaan kecewa dan sedih karena Jinyoung tak menyapa sama sekali.

The FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang