ᴜɴᴛɪᴛʟᴇᴅ ° ⁹

214 30 14
                                    

Seulgi tidak henti-hentinya berdecak. Ia kesal karena Jisoo membohonginya lagi. Jisoo mengatakan bahwa ponsel Seulgi ada di ruangan, nyatanya benda persegi itu ia bawa ke apartemen karena kehabisan daya.

Jisoo memberikan secarik kertas pada Seulgi. Wanita bermata monolid itu tidak langsung mengambilnya. Ia mendengus.

"Besok akan aku bawa ke sini," kata Jisoo meyakinkan Seulgi.

"Lalu sekarang bagaimana aku akan menghubungi JB?"

"Pakai ponselku, tidak mau?"

Seulgi menggeleng kuat. Jawabannya masih sama seperti tadi, takut JB cemburu dan mengira nomor Jisoo adalah milik pria asing. Seulgi berdiri dan menarik kertas dari tangan Jisoo.

"Mau langsung balik? Tidak mau makan?" tawar Jisoo yang melihat Seulgi sudah melangkah.

"Aku tidak lapar."

Jisoo ikut berdiri dan menyusul Seulgi yang sudah berjalan ke arah pintu.

"Yakin? Makanan pedas sedang menunggumu," goda Jisoo.

Seulgi berbalik. "Kau melanggar aturan! Aku akan lapor pada Direktur rumah sakit," tutur Seulgi.

"Ya sudah, aku minta maaf. Aku memang lupa kalau ponselmu kubawa ke apartemen, jangan marah. Lagi pula, sama saja. Kalau tetap dibiarkan di sini, Kakak tak bisa menelepon karena baterainya habis."

Seulgi tidak membalas, ia hanya mendengus kemudian kembali memutar badannya dan langsung membuka pintu. Wanita itu terkejut saat pintu terbuka, dirinya langsung disambut oleh tubuh tegap yang berdiri di depan.

"Apa tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu, Tuan?" Seulgi mendesis. "Untung saja aku tidak punya riwayat penyakit jantung," ujar Seulgi pada Jinyoung yang membuat pria itu langsung menunduk sembari meminta maaf karena sudah mengagetkannya.

Mendengar Seulgi mengomel, Jisoo langsung melangkah mendekat dan berdiri selangkah di belakang Seulgi.

"Oh, Jinyoung?"

Padahal tadi Jinyoung sendiri yang memilih pergi karena mengetahui Jisoo sedang menangani pasien. Namun, ternyata pria itu balik lagi. Entah sudah berdiri lama di depan ruangan atau belum, Jisoo tak tahu. Lagi pula, ia bingung kenapa

Seulgi mendengus. "Ini rumah sakit. Kalau mau berduaan, pergi ke tempat lain!" Wanita itu lalu menatap Jinyoung dan Jisoo bergantian dan berkata, "Akan aku laporkan pada JB! Lihat saja, kami bisa lebih romantis dari kalian!"

Setelah itu, ia kemudian melangkah pergi dengan sengaja menabrak bahu Jinyoung.

"Dia sakit apa?"

Pertanyaan dari Jinyoung berhasil mengalihkan tatapan Jisoo dari Seulgi. "Dia?" beo Jisoo sambil kembali melirik ke arah punggung Seulgi.

Jinyoung mengangguk. Jisoo lalu memasukkan kedua tangan di dalam saku snelli. "Gangguan delusi Erotomania. Penyakit yang menyebabkan penderita meyakini jika seseorang jatuh cinta dan menganggap seseorang itu menyayanginya."

"Seseorang itu lelaki yang dia sebut tadi?" tanya Jinyoung.

Jisoo mengangguk. "Iya, JB. Sering kali terjadi, orang yang menjadi objek delusi adalah orang-orang terkenal atau berkedudukan penting."

Jinyoung mengangguk paham. "Pantas saja,"

Jisoo kembali menatap Jinyoung. "Ada apa?"

"Tidak, tidak apa-apa."

Jisoo lalu menyadari sesuatu. "Oh, iya. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Boleh mengobrol sebentar?"

The FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang