"Dari mana saja kau?"
Pertanyaan tersebut langsung menyapa Jinyoung yang baru masuk ke kamar Jihoon. Ia mendapati Nyonya Park tengah duduk di samping brangkar menatap ke arahnya.
"Ada urusan sebentar, Ibu kapan sampai?"
Bukannya menjawab, wanita itu malah bertanya balik. "Urusannya penting sekali sampai kau rela meninggalkan adikmu sendiri di sini?"
Jinyoung tak langsung menjawab. Ia berjalan mendekat dan meletakkan roti yang ia beli di meja. "Tidak, tadi aku hanya keluar membeli roti."
"Apa kau membelinya sampai ke Jeju? Kenapa lama sekali? Kalau sesuatu terjadi pada Jihoon, bagaimana?"
Jinyoung lantas menatap Jihoon yang hanya diam tak bersuara. Pemuda itu hanya duduk bersandar di brangkar dan melhat lurus ke depan.
"Aku minta maaf."
Nyonya Park diam melihat Jinyoung dengan raut marah. Wanita itu mengalihkan pandangan kepada Jihoon. Tangannya terangkat mengelus punggung tangan Jihoon dengan pelan. "Apa kau ingin makan roti, hm?"
Tak ada jawaban dari Jihoon. Namun, Nyonya Park menganggap pemuda itu menjawab 'iya', maka wanita itu menyuruh Jinyoung untuk memberikan roti itu padanya agar ia menyuapi Jihoon.
"Ibu sudah menelepon Ibu Jang untuk membawa sup rumput laut kemari. Sekarang makan ini dulu, ya? Ayo buka mulutmu," pinta Nyonya Park.
Jihoon menepis pelan tangan Nyonya Park dan tanpa melihat ke arah ibunya, Jihoon berkata, "Aku ingin pulang, Bu."
Nyonya Park menarik tangan kembali dan menatap sendu ke arah Jihoon. "Kau akan pulang. Ibu janji akan membawamu pulang, tenanglah." Nyonya Park kembali mengelus punggung tangan pemuda itu.
"Tapi aku ingin sekarang."
"Iya, Sayang. Kau akan pulang, bersabar--"
"Aku ingin pulang sekarang!" Jihoon memotong omongan Nyonya Park dengan berteriak.
"Park Jihoon," tegur Jinyoung memperingat Jihoon agar tidak berteriak seperti tadi pada ibu mereka.
Jihoon menoleh menatap Jinyoung dengan tatapan tak suka. "Apa? Ini semua karena kau! Kalau saja kau tidak memberitahu Ayah, aku takkan berada di tempat ini!"
Jinyoung mengerut kebingungan, begitu juga dengan Nyonya Park. Wanita itu menatap Jinyoung seperti butuh penjelasan dari anak itu.
"Apa maksudmu?" tanya Jinyoung.
"Jangan berlagak tak tahu apa pun," balas Jihoon.
"Apa yang Jihoon katakan itu benar?" tanya Nyonya Park pada Jinyoung.
Jinyoung tak mengerti mengapa Jihoon mengatakan hal itu. Padahal sampai sekarang ia juga tidak tahu dari mana ayahnya mengetahui putra bungsu keluarga mereka itu mengonsumsi obat-obatan.
"Ibu bertanya padamu, Jinyoung!"
Jinyoung berganti menatap sang ibu. "Ibu, aku bersumpah. Bukan aku yang memberitahu Ayah tentang hal itu."
"Sudahi sandiwaramu. Siapa lagi memangnya yang akan mengatakan tentangku pada Ayah selain kau? Kau memberitahu Ayah karena ingin aku diusir dari rumah, 'kan?" Jihoon menambah.
Tentu saja pertanyaan itu membuat Jinyoung dan Nyonya Park kaget. "Jinyoung, kau--"
Sungguh. Jinyoung tak pernah punya pemikiran seperti yang dibilang Jihoon tadi. Ia memang sedikit cemburu pada Jihoon karena lebih diperhatikan oleh sang ibu, tapi dirinya tak pernah memusuhi bahkan ingin Jihoon keluar dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling
Fanfiction[Fanfiction] Mengobati banyak pasien dalam satu hari tidak keberatan, tetapi kenapa meminta Jisoo membalas perasaan Jinyoung rasanya berat sekali?