Jisoo menunjukkan senyum lalu membungkuk pada seorang wanita yang ada muncul dari dapur. Ia sekarang berada di rumah Jinyoung. Tanpa alasan Jinyoung mengajaknya kemari. Untung saja, ini waktu libur jadi ia setuju saja saat pria itu datang menjemputnya di apartemen tadi.
"Di mana Ibu?" tanya Jinyoung kepada perempuan yang berdiri tak jauh dari arah mereka.
"Nyonya ada di taman belakang, Tuan."
Jinyoung mengangguk paham. Ia lalu merangkul Jisoo dan mengajak wanita itu pergi ke taman menemui sang Ibu yang pasti sedang sibuk mengurus tanamannya.
Dan benar saja, saat sampai ke sana keduanya dapat melihat Nyonya Park tengah menata salah satu tanaman.
"Ibu," panggil Jinyoung membuat Nyonya Park menoleh.
Raut wajah wanita itu langsung menjadi senang saat melihat Jisoo berdiri disamping Jinyoung. "Omo! Jisoo?"
Jisoo membungkuk sopan ke arah Nyonya Park. "Iya, Bu. Ini aku."
Jinyoung menoleh ke arah Jisoo dengan wajah bingung. "Bu?" ia membeo saat mendengar Jisoo memanggil Nyonya Park dengan sebutan seperti itu.
Jisoo tersenyum geli menatap Jinyoung yang kebingungan, tetapi ia tak menjawab apa pun untuk meluruskan keheranan pria itu. Jisoo melangkah ke arah Nyonya Park dan membawa sebuah paper bag berisikan kue kering yang ia beli bersama Jinyoung saat perjalanan kemari.
"Untuk Ibu," kata Jisoo sembari memberikan paper bag itu pada Nyonya Park.
"Wah! Padahal tidak perlu repot-repot bawakan ini, ya ampun! Kenapa tidak bilang mau kemari?" tanya Nyonya Park.
Jisoo tersenyum. "Hmm ..., kejutan?"
Nyonya Park membalas dengan senyuman. Wanita itu lalu menoleh ke arah Jinyoung. "Panggilkan Ibu Jang kemari, Jinyoung."
Masih dengan wajah kebingungan, Jinyoung mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkan Jisoo dan Nyonya Park.
Mata Jisoo tak sengaja menangkap sebuah kalung yang menggantung di leher Nyonya Park. Itu adalah kalung yang ia sarankan waktu itu. Jisoo tersenyum.
Ternyata benar yang Jinyoung katakan bahwa Nyonya Park memang menyukai hadiah itu. Tak hanya kalung, Nyonya Park juga memakai cincin yang Jinyoung belikan saat mereka pergi mencari kado waktu itu.
"Kau duduklah sebentar di sana, Ibu harus merapikan tanaman sebentar," pinta Nyonya Park.
Jisoo menggeleng pelan. "Aku di sini saja. Kalau bisa aku ingin membantu Ibu," kata Jisoo. Ia merasa sangat tidak sopan jika hanya duduk melihat begitu saja.
"Ah, tidak perlu, Sayang. Sudah mau selesai, kok," tolak Nyonya Park.
"Baiklah. Kalau begitu biar kubantu tahan yang ini saja, Bu," Jisoo menjulurkan kedua tangan untuk menerima paper bag tadi.
Nyonya Park tersenyum dan memberikan paper bag itu pada Jisoo. "Terima kasih, cantik!" ucapnya.
Nyonya Park lalu kembali sibuk dengan tanamannya sedangkan Jisoo hanya bisa melihat tanpa melakukan apa pun.
"Cincin Ibu sangat cantik," Jisoo memberi komen.
Nyonya Park yang mendengar itu lantas mengangkat tangannya dan memandang cincin tersebut dengan senyum sendu.
"Jihoon yang memberikannya padaku, anak itu sangat manis," ungkap Nyonya Park lalu sedikit menunduk dan meraih kalung yang ia pakai. "Tidak hanya cincin, tapi kalung ini juga. Ah, putraku ...."
Senyum Jisoo menghilang saat mendengar ungkapan dari Nyonya Park. Dari Jihoon?
Jelas-jelas perhiasan itu dibeli oleh Jinyoung, kenapa jadi Jihoon yang dipuji?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling
Fanfiction[Fanfiction] Mengobati banyak pasien dalam satu hari tidak keberatan, tetapi kenapa meminta Jisoo membalas perasaan Jinyoung rasanya berat sekali?