"Dokter Jisoo!"
Jisoo menghentikan langkah dan berbalik menatap Gyuri. "Ya?"
"Pacar Dokter ada di sini!"
Jisoo lantas mengerut kebingungan. "Pacar?" beonya.
Gyuri mengangguk dengan semangat. "Yang pernah menitipkan kotak untukmu, Dok."
Jisoo mengangkat kedua alis ketika paham maksud perkataan Gyuri. "Oh, ya? Di mana dia?"
Bukan mau mengakui kalau orang yang memberikan kotak berisi cupcake adalah pacarnya, Jisoo hanya ingin Gyuri tidak bertanya lebih lanjut dan dia bisa pergi setelah Gyuri menjawab di mana pria yang memberikan kotak itu.
"Tadi kulihat dia berjalan ke arah sana." Gyuri berbalik dan menunjuk ke arah jalan yang mengarah ke bangsal psikiatri. "Dia juga terlihat buru-buru," tambahnya.
Jisoo tidak membalas. Ia sedang menebak siapa pria itu.
"Aku hanya ingin mengatakan hal itu. Aku permisi, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan," pamit Gyuri yang hanya dibalas dengan anggukan pelan dan senyum oleh Jisoo.
Padahal setelah menonton teater Jisoo langsung pulang setelah mengambil tas yang ada di ruang kerja, tetapi sekarang ia malah melangkah ke arah bangsal psikiatri yang ditunjuk Gyuri tadi dan mengurungkan niat untuk pergi ke ruangan.
Sambil berjalan, otak Jisoo tengah memikirkan satu nama yang ia yakini orang itu yang telah mengirimkan kotak padanya.
Sesampainya di bangsal psikiatri, Jisoo tidak melihat seorang pun di sana. Akan tetapi, pandangannya langsung terarah ke sebuah pintu ruangan yang tidak terlalu jauh dari tempat ia berdiri.
Tiba-tiba pintu itu terbuka dan seseorang muncul. Jisoo yang ingin berbalik pergi malah jadi terdiam dan menatap ke arah pria itu. Entah mengapa langkah Jisoo sangat berat untuk pergi dari sana.
Jinyoung yang tadinya akan pergi juga jadi tertahan saat melihat Jisoo berdiri tak jauh dari tempatnya. Keduanya saling tatap hingga Jisoo yang lebih dulu memutuskan kontak mata mereka.
Akan tetapi, wanita itu tidak langsung pergi. Ia masih berdiri di sana. Untuk itu, Jinyoung yang melangkah pergi. Ia tidak terlalu memusingkan Jisoo yang mungkin kemari ingin mengecek pasiennya.
"Jinyoung," panggil Jisoo saat pria itu akan melewatinya.
Jinyoung menghentikan langkah dan berbalik menatap Jisoo. Keduanya kembali bertatapan. Jinyoung diam menunggu Jisoo berbicara, sedangkan Jisoo diam karena bingung akan mulai dari mana.
Tidak mungkin ia langsung bertanya perihal cupcake, tapi jika bukan menanyakan hal itu lalu apa lagi?
Cukup aneh jika Jisoo menanyakan kondisi Jihoon. Mengingat dirinya sudah dilabeli 'dokter yang angkuh' oleh keluarga pasien yang bersangkutan.
"Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Suara Jinyoung membuat Jisoo langsung tersadar dan menatap pria itu.
Jisoo berdeham. "Sebenarnya, ini tidak penting, tapi ..." ia menggantung omongannya dan kembali berpikir.
Apa aku memang harus menanyakan hal itu padanya? Sangat memalukan jika bukan dia orangnya. Batin Jisoo.
"Ada apa, Dokter Jisoo?" Jinyoung kembali bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling
Fanfiction[Fanfiction] Mengobati banyak pasien dalam satu hari tidak keberatan, tetapi kenapa meminta Jisoo membalas perasaan Jinyoung rasanya berat sekali?