ᴜɴᴛɪᴛʟᴇᴅ ° ²⁴

194 38 5
                                    

"Ada apa, Kak? Tumben sekali kemari. Oh, ya, aku turut berduka atas kematian adikmu."

Youngjae mengucapkan bela sungkawa pada Jinyoung yang datang di kafe. Berita itu ia dapat dari Suzy yang mampir ke kafe semalam padahal kematian Jihoon sudah hampir seminggu, tetapi ia baru tahu kemarin.

Jinyoung membalas dengan senyum tipis. "Terima kasih, tapi kau tahu dari mana?"

"Ah, itu ..., Aku bertemu Kak Suzy, dia mampir kemari dan memberitahuku."

Jinyoung mengangguk pelan. Suzy memang datang bersama Ibu Jung di rumah duka waktu itu.

"Tumben sekali kau kemari, Kak. Ada apa?" tanya lagi Youngjae yang merasa aneh.

"Memangnya, aku tak bisa kemari?"

Youngjae menyengir. "Tidak, Kak. Bukan begitu."

Jinyoung menatap lamat Youngjae. Sebenarnya, ia punya tujuan datang ke lafe tempat Youngjae bekerja. Apa lagi jika bukan untuk menanyakan tentang Jisoo pada lelaki itu.

"Kau kenal Dokter itu, kan?" tanya Jinyoung pada intinya.

Youngjae mengerut. "Huh? Dokter? Dokter yang mana?"

"Yang duduk semeja denganku waktu hari pertama kafe ini dibuka."

Youngjae nampak berpikir lama membuat Jinyoung yang tak sabar kembali memberikan petunjuk.

"Kim Jisoo. Kau kenal dia, 'kan?"

Setelah menyebut nama itu, raut wajah Youngjae tampak berubah. Namun, lelaki itu diam tak membalas apa pun pada Jinyoung.

Jinyoung melipat kedua tangan di depan dada sembari menatap Youngjae. Ia harus meminta penjelasan dari lelaki itu untuk meluruskan semua ketidak-jelasan yang terjadi diantara dia dan Jisoo. Kemarin Sejeong bercerita bahwa dia pernah berniat mendekatkan Jisoo dengan Youngjae, tetapi niat itu tidak kesampaian karena Sejeong berpikir lagi bahwa mereka tak cocok. Akan tetapi, Sejeong sudah terlanjur memberikan nomor Jisoo pada Youngjae, membuat lelaki itu tetap mendekati Jisoo dan menggunakan nama Jinyoung.

"Youngjae, aku bertanya padamu," tutur Jinyoung melihat lelaki itu hanya diam tak berkutip.

"Ah, Kim Jisoo? Siapa itu? Aku tidak mengenalnya," elak Youngjae.

Jinyoung membuang napas. Ternyata Youngjae mengelak dan tak mengaku. Youngjae berdiri dan berkata, "Aku akan ke belakang buatkan minuman untuk Kakak, tunggu sebentar."

"Aku sudah meminta izin pada manajermu untuk berbicara sebentar denganmu jadi, jangan mencari alasan. Duduk dan jelaskan semua padaku," kata Jinyoung membuat Youngjae terdiam.

Lelaki itu berbalik dan menyengir lalu kembali duduk. "Apa maksudmu, Kak? Jelaskan apa? Aku tak paham."

Jinyoung hanya diam dan terus menatap Youngjae. Ia tahu, Youngjae mengerti apa yang sedang dirinya bahas jadi, pria itu akan menunggu sampai lelaki bermaga Choi itu menjelaskan semuanya.

Youngjae menciut ditatap seperti itu dan membuatnya menunduk. Dia sangat takut. Jinyoung pasti sangat marah padanya.

"Maaf, Kak."

"Aku tidak butuh maafmu. Jelaskan padaku, kenapa kau membohongi Jisoo dengan berpura-pura menjadi aku?"

Youngjae tak menjawab dan hanya tertunduk diam.

"Karena hal itu, Jisoo terus menghindariku karena tahu bahwa dia tidak pernah dekat denganku. Dia mungkin tidak mengatakan, tapi aku tahu dia merasa malu jika bertemu denganku."

Lagi dan lagi, Youngjae hanya tertunduk diam. "Kenapa kau melakukan hal itu?"

"Aku .... Aku ..., Aku malu, Kak."

The FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang