Jisoo duduk menopang dagu sedang tangan lain sibuk mengaduk minuman. Ini sudah masuk waktu istirahat jadi, Jisoo tengah berada di kantin, tetapi wanita itu tak berniat mengisi perutnya sama sekali. Yang ia lakukan sedari tadi hanya melamun.
Hingga Doyoung datang dengan nampan berisikan makanan yang diletakkan di atas meja. Pemuda itu mengangkat sendok dan siap memasukkan makanan ke dalam mulut, tetapi sendok yang ia tahan itu terhenti di depan wajah saat melihat Jisoo tengah melamun. Doyoung kembali meletakkan sendok ke dalam mangkuk nasi kemudian melipat tangan di atas meja dan memandang Jisoo. Wanita di depannya itu benar-benar sedang melamun, Doyoung berasumsi bahwa Jisoo pasti tidak sadar kalau dia datang tadi.
Tangan pemuda itu terangkat dan dilambaikan ke depan wajah Jisoo membuat dirinya langsung tersentak.
"Eh, Doyoung? Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Jisoo.
"Sejak tadi. Kakak kenapa melamun? Apa ada yang sedang kau pikirkan? Apa ini tentang hubunganmu dengan pacarmu itu? Apa dia bermain di belakangmu?"
Jisoo terkekeh pelan mendengar pertanyaan beruntun Doyoung, terlebih yang terakhir. Jinyoung tengah sibuk dengan pekerjaan, mana mungkin bisa bermain di belakangnya seperti kata Doyoung.
"Tidak, kok. Tidak ada apa-apa."
Doyoung mulai mengangkat lagi sendok dan memasukkan ke dalam mulut. "Lalu kenapa melamun?" tanya Doyoung setelahnya.
Jisoo menggeleng. "Tidak apa-apa," katanya. Jisoo tak ingin membagi masalah kepada orang-orang terdekatnya. Ia lebih suka memendam sendiri.
Sebenarnya, yang tengah Jisoo pikirkan ini tidak bisa dibilang masalah sebab ini menyangkut hubungannya dengan Jinyoung. Berbicara tentang Jinyoung, pria itu sudah seminggu ini tidak menemui Jisoo karena seperti yang Jisoo katakan tadi, Jinyoung sangat sibuk di kantor sampai mereka tak bisa bertemu. Ditambah lagi Jisoo juga sibuk dengan pasiennya.
Namun, keduanya masih berkomunikasi lewat telepon dan juga saling bertukar pesan. Tidak setiap hari, hanya di waktu tertentu saja, seperti makan siang. Hanya pada waktu makan siang saja Jinyoung ada waktu untuk mengabarinya. Selain dari hari itu, Jinyoung kembali disibukkan dengan pekerjaan. Bahkan tak jarang pesannya tidak dibalas oleh pria itu. Seperti sekarang ini. Pagi tadi Jinyoung sempat mengirim pesan padanya, tetapi begitu Jisoo membalas, Jinyoung sudah tak membalas lagi.
"Kakak melamun lagi?"
Jisoo tersadar lagi. "Ah, maaf, Doyoung. Memang ada beberapa hal yang menganggu pikiranku sampai membuatku tidak fokus. Kenapa? Apa kau menanyakan sesuatu padaku lagi tadi? Maaf, aku tidak mendengarnya."
"Hal apa yang menganggu pikiranmu sampai tak bisa fokus?"
Bukan Doyoung yang bertanya, melainkan Jinyoung yang duduk di samping Jisoo. Ternyata Jinyoung sudah duduk di situ hampir satu menit, tetapi Jisoo tidak menyadari dan malah sibuk melamun. Doyoung ingin memberitahu keberadaan Jinyoung kalau saja pria itu tidak melarangnya.
"Astaga! Sejak kapan kau ada di sini?" Jisoo bertanya dan sedikit menjauhkan tubuh.
"Sejak kau asik melamun. Jadi, apa hal yang membuatmu tak bisa fokus?" tanya Jinyoung.
"A-ah, itu .... Tidak ada, kok. Aku hanya berbohong," Jisoo menyengir di akhir kalimat.
"Apa pun yang keluar dari mulutmu, semua benar. Itu yang kau katakan," ucap Jinyoung membuat Jisoo mendesis pelan. Ia menyesal mengucapkan kalimat seperti itu pada Jinyoung.
"Sepertinya, kalian butuh ruang untuk bicara. Kalau begitu, aku akan--" omongan Doyoung terpotong begitu Jisoo mencegahnya. "Tidak, kau di sini saja. Aku akan kembali ke ruanganku. Selamat menikmati makan siangmu, Doyoung. Sampai jumpa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling
Fanfiction[Fanfiction] Mengobati banyak pasien dalam satu hari tidak keberatan, tetapi kenapa meminta Jisoo membalas perasaan Jinyoung rasanya berat sekali?