Semarah-marahnya Jisoo, ia tetap memaafkan kesalahan Jinyoung apalagi pria itu juga tidak sengaja. Akan tetapi, ada sedikit amarah dalam diri Jisoo yang belum lenyap karena Park Jinyoung masih berada didekatnya.
Tak tega jika harus mengusir Jinyoung dari ruangan jadi, Jisoo beralibi ingin memeriksa kondisi Jihoon. Dengan begitu pria itu akan ikut pergi, tetapi mereka tetap bersama sekarang.
Berjalan beriringan menuju ruangan Jihoon dengan keadaan canggung tanpa obrolan. Jisoo yang sedang malas mengobrol, dan Jinyoung yang tak tahu harus berbicara apa dan juga belum berani mengobrol lagi dengan Jisoo. Ia pikir wanita itu mungkin saja sedang dalam suasana hati yang tidak baik, takutnya Jinyoung salah bicara dan ia dimarahi lagi.
Akhirnya mereka hanya berjalan dengan mulut tertutup sampai ke ruangan Jihoon. Begitu sampai di depan ruangan, keduanya berhenti saat melihat dua orang pria keluar dari ruangan Jihoon.
Jisoo sontak membungkuk membuat Jinyoung menatapnya dengan bingung.
"Nah, pas sekali. Ini Dokter Kim Jisoo yang aku katakan tadi. Dia salah satu psikiater terbaik di rumah sakit kami," kata Direktur Kim.
Jisoo tersenyum tak paham pada Direktur dan juga pria di sampingnya.
"Dokter Kim, ini Park Jungsoo. Dia mungkin membutuhkan bantuanmu untuk merawat putranya," ujar Direktur Kim.
Jisoo membungkuk sopan pada Tuan Park--ayah Jinyoung--seraya tersenyum.
"Bukan mungkin lagi, tapi sudah pasti sangat membutuhkan bantuannya," kata Tuan Park lalu tersenyum menatap Jisoo. "Semoga kau mau membantuku,"
Jisoo tersenyum. "Tentu, aku akan berusaha semaksimal mungkin."
Seseorang yang sedari tadi diam menyaksikan obrolan singkat itu angkat suara. "Ayah sudah lama di sini?" tanya Jinyoung. Pasalnya ia mengira sang Ayah sudah pergi karena marah sejak Jihoon masuk ke ruang UGD tadi.
Bukannya menjawab pertanyaan Jinyoung, Tuan Park malah tersenyum dan mendekat pada putra pertamanya itu. "Oh iya, ini putraku yang pertama, Jinyoung." kata Tuan Park sambil menepuk pelan bahu Jinyoung.
Jinyoung langsung membungkuk sopan pada Direktur Kim.
"Wah! Dia mirip denganmu, tapi dia lebih tampan," canda Direktur Kim yang membuat Tuan Park terkekeh, Jinyoung hanya ikut tersenyum walau ia tak tahu dimana letak lucunya.
Sedangkan Jisoo menatap Direktur Kim dengan bingung. Jisoo jarang melihat ayahnya bergurau seperti tadi. Ditambah gurauannya yang tak ada unsur menggelitik tetapi mereka malah tertawa.
"Mari ke ruanganku, sudah ada Dokter Jisoo di sini. Dia yang akan menangani Jihoon," ujar Direktur Kim.
Tuan Park mengangguk. Keduanya kemudian berjalan pergi setelah Jisoo dan Jinyoung membungkuk sopan pada mereka. Tak lama kemudian Jinyoung dan Jisoo masuk ke ruangan Jihoon dan melihat Nyonya Park duduk di kursi dekat brankar.
"Jinyoung, kau tidak ke kantor?" tanya Nyonya Park begitu melihat pria itu masuk.
"Aku akan ke kantor kalau Jihoon sudah sadar," jawabnya seraya mendekat ke arah Nyonya Park.
Pandangan Nyonya Park kemudian tertuju pada Jisoo yang akan melangkah mendekat ke brankar.
"Dokter," panggil Nyonya Park membuat Jisoo yang baru akan meraih tiang infus akhirnya menoleh.
"Ya?"
"Jihoon sudah bisa pulang, 'kan?"
Bukan hanya Jisoo, Jinyoung pun menatap heran ke arah Nyonya Park. "Ibu, Jihoon bahkan--"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling
Fanfiction[Fanfiction] Mengobati banyak pasien dalam satu hari tidak keberatan, tetapi kenapa meminta Jisoo membalas perasaan Jinyoung rasanya berat sekali?