Bagian 16

100 19 14
                                    

Happy Reading

$---AssHab2---$


"Sya ... nih Danu dateng," datar Fikry yang baru saja memasuki ruangan bersama Danu.

"Gimana keadaan loe sekarang?" tanya Danu.

"Danu,, gue seneng banget akhirnya loe dateng buat ketemu sama gue. Gue fikir, setelah ini gue nggak akan bisa liat loe lagi. Apalagi setelah apa yang udah gue lakuin ke Chaca waktu itu." ujar Tasya menyesal.

"Loe ngomong apa sih Sya? Loe ngomong kayak gitu seakan2 loe mau mati aja, yang tau kapan matinya seseorang itu cuma Alloh. Kita nggak akan pernah bisa menebak kapan kita mati." bantah Danu, membuat senyum diwajah gadis yang terbaring itu mengembang.

"Tapi gue beneran sayang sama loe, dan gue pengen bisa ketemu sama loe sebelum gue beneran pergi," Tasya kembali berujar, yang bahkan sekarang air mata perlahan membasahi pipi gadis itu.

"Maksud loe apa bilang kayak gitu??"

Tasya tak segera menjawab tanya dari Danu, kecuali menatap dalam laki2 yang selama ini ia sukai.

$•••||•••$

Berbeda dengan suasana didalam yang menegangkan, di luar ruangan tempat Tasya dirawat Chaca masih ditemani Mely dan juga Putri. Mereka menunggu keluarnya Danu dan Faul dari dalam sana.

Jari jemari wanita berhijab yang tengah hamil itu pun sedari tadi terus bertautan dan saling meremas, menandakan kegelisahan yang teramat sangat tengah menguasai hatinya saat ini.

Dengan Mely yang terus mengusap lembut punggung Chaca, wanita itu bergumam lirih. "Kok Danu lama ya??"

"Kamu yang sabar ya Cha, kamu harus yakin sama Danu kalo dia nggak akan mungkin macem² sama Tasya. Dia setia sama kamu Cha, kamu harus percaya itu." hibur Mely dan diangguki oleh Putri.

"Mely bener Cha, kalian kan udah sah menjadi suami istri. Danu udah sepenuhnya milik kamu, begitupun sebaliknya. Jadi jangan kamu rusak ikatan suci kalian dengan saling curiga apalagi sampai tidak ada rasa percaya terhadap pasangan." ujar Putri. Kata² sahabatnya itu sangat menyentuh hati Chaca yang saat ini memang merasa kurang mempercayai Danu, suaminya.

Chaca menundukkan wajah seraya memandangi lantai Rumah Sakit tempat mereka berpijak sekarang. Pandangannya memburam seketika tatkala airmata perlahan mulai berjatuhan dari kedua mata indah itu.

"Sebenarnya bukan nggak percaya, melainkan rasa takut kehilangan Danu yang begitu besar membuat hati aku sesak saat dia lebih perduli dengan wanita lain. Apalagi status mereka__"

Perkataan Chaca terpotong dengan adanya suara Danu yang baru keluar dari ruangan bersama Faul. Ketiganya sama-sama menoleh ke sumber suara itu, dan menampakkan salah satu mereka berlari menghampiri.

"Cha ..." panggilnya, yang kemudian berjongkok dihadapan Chaca dan menggenggam erat tangan mungil milik istri sahnya tersebut.

Dengan satu tangan yang lain mengangkat wajah Chaca, Danu mencoba melihat kesedihan dan kesakitan di mata itu. Ia tau, Chaca pasti merasakan sakit di dalam hatinya karena sikap Danu beberapa waktu lalu. Dan jujur, sekarang pun hatinya ikut merasa sakit dengan melihat linangan airmata yang membanjiri wajah ayu istrinya.

"Cha, aku...  Aku minta maaf soal tadi." Danu tak kuasa menahan tangisnya, menyesali apa yang sudah terjadi. Chaca menangis karena ulahnya yang tak di niati sama sekali.

Sementara itu, Chaca yang mulai reda tangisnya menatap kosong wajah suaminya itu seakan meminta penjelasan atas semua ini. Dan Danu tau hal itu.

Ia mulai menyeka air mata yang sempat terjatuh disudut matanya dan kembali menatap dalam manik mata Chaca. Menunjukkan adanya kejujuran di setiap ucapannya nanti.

"Habib...  Kamu percaya kan sama aku?" Chaca diam tak menjawab, membuat Danu kembali melontarkan pertanyaan.

"Kamu percaya kan sama cinta kita? Sama cinta aku ke kamu, habib... Kamu nggak sakit hati kan, sama sikap aku tadi??" ya, walau Danu akui bahwa semua sudah terlihat didalam mata istrinya itu. Ia faham, Chaca pasti sakit hati.

"Iya." jawab Chaca setelah lama diam.

"Aku nggak cuma sakit hati, tapi juga kecewa sama kamu!" nada bicara Chaca mulai meninggi, sampai Mely, Putri, dan Faul terkejut dibuatnya.

Tapi mereka memaklumi kalau sahabat mereka memang masih dikuasai labil nya seorang wanita yang tak lama lagi akan menjadi seorang ibu. Menghadapi Chaca memang harus dengan kepala dingin.

Tangan Danu yang semula hanya menyentuh kini mengusap lembut wajah sembab sang istri. Ia lantas mengubah posisi berjongkok menjadi berlutut agar bisa merengkuh tubuh rapuh Chaca yang masih duduk di kursi tunggu Rumah Sakit. Disaksikan oleh ketiga sahabatnya dan beberapa orang yang melewati mereka di lorong tersebut, Ia mengecupi puncak kepala Chaca tanpa henti sementara wanita itu kembali menangis sesegukan.

"Aku tau Cha, aku tau ...." gumamnya seraya mengusap lembut punggung sang istri. Danu semakin mengetatkan pelukannya untuk Chaca, mencoba sebisa mungkin agar wanita itu merasakan betapa besar rasa cinta yang ia punya.

Linangan airmata perlahan mulai mengalir kembali membasahi wajah tampannya yang kini dipenuhi rasa sesal teramat dalam.

Pemandangan mengharukan itu pun tak luput dari pengawasan pemuda yang tak jauh dari sana. Ia menatap tajam pada Danu  dan wanita hamil yang tengah ia rengkuh saat ini dengan rahang mengeras tak terima.

"Aku minta maaf, habib...." ujar Danu lirih yang hanya bisa didengar oleh Chaca.

"Aku nggak mau permintaan maaf kamu. Yang aku mau, kamu jelasin semuanya tanpa ada yang di tutup2i ..." kekeh Chaca dan diangguki oleh sang suami.

"Iya habib ... Aku pasti ceritain semuanya ke kamu,"

$•••||•••$

"Dan ... dengerin gue kali ini ya? Gue minta maaf atas apa yang udah gue lakuin ke istri loe, Chaca. Gue tau, kesalahan gue banyak banget dan mungkin sulit buat loe dan Chaca maafin itu. Tapi gue sungguh2 minta maaf, karena dokter memfonis kalo usia gue nggak akan lama lagi. Setelah ini, gue nggak yakin bakalan bisa liat loe lagi atau nggak,"

"Loe nggak boleh ngomong gitu, Sya. Loe nggak boleh nyerah sama penyakit loe sekarang. Masih banyak hal yang harus loe capai buat banggain orang tua loe. Loe inget kan, dulu loe pernah bilang apa ke gue??"

"Hm...  Makasih Dan, untuk semua waktu yang kamu kasih ke aku termasuk menit ini. Aku fikir kamu udah lupa sama apa yang pernah terjadi. Aku pamit ___"

"Sya, maksud loe apa?! Loe___"

Tasya tersenyum melihat gelagat laki-laki itu yang tampak sangat khawatir, "Danu...  Aku cuma mau pamit tidur bentar kok."

"O oh, kirain gue ..." Danu tak bisa melanjutkan kalimatnya, membuat Tasya terkekeh seketika.

"Haha iya gue tau maksud loe. Dan kalau pun iya, juga gue nggak papa kalo ntar nggak bangun lagi. Kan loe udah maafin gue, iya kan?"

"I i iya."

.
.
.

"Sekaranglah awal dimana kehancuran hubungan kalian akan dimulai"

Entah dia Tasya, Fikry, atau orang baru dalam hubungan Danu dan Chaca. Yang jelas, di wajah orang itu sangat ketara aura kebencian dan amarahnya terhadap laki2 bernama Ichsan Ramdanu.

$•••||•••$
TBC

Siapakah orang yang ini???
Bisa kalian tebak di kolom komentar ya gaes 🤗

Anta Habibi Anta "AssHab2"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang