Bagian 17

113 23 25
                                    

$--AssHab2--$
.
.
.

Happy Reading

"Tasya," panggil nya pada siswi berhijab yang baru datang.

"Kak Danu??"

Usai menyebut namanya, siswi itupun lantas berlari menuju kearahnya dan memeluknya erat. Siswi bernama Tasya itu juga menangis tersedu² didalam pelukan sepihaknya dengan Danu. Awalnya memang tak ada niat untuk membalas pelukan itu, akan tetapi akhirnya Danu putuskan untuk mengusap lembut punggung siswi tersebut. Setidaknya ia mencoba menghibur agar tangisnya mereda.

Selang beberapa menit berlalu, pelukan itupun mengurai dengan Tasya yang menjauhkan diri dari Danu. Dengan pandangan prihatin, Danu mencoba menanyakan pada Tasya penyebab gadis itu menangis seperti sekarang.

Tasya pun menceritakan semuanya. Mulai dari perceraian kedua orang tuanya, sampai pada dirinya yang terpaksa harus ikut dengan salah satu mereka. Sementara cita² Tasya belum tercapai semuanya. Ia tidak tau harus bersandar pada siapa kalau bukan Danu yanh sudah ia anggap sebagai kakak, begitupun sebaliknya.

Danu mendengarkan semua itu dengan seksama. Dan jujur, Danu juga ikut merasa sesak dan sedih akan kondisi yang dialami adik seangkatannya itu.

Tak banyak yang tau, kalau kedekatan antara dua insan beda gender ini hanya sebatas kakak adik. Jangankan kakak adik, kedekatan Danu sejauh membucini para siswi disekolah pun jarang ada yang tau kecuali siswi itu sendiri dan juga Danu. Hebat kan Danu?

Nah, disamping itu Danu dan Tasya tidak ada sama sekali perasaan apa² sejak pertama keduanya bertemu dan saling mengenal dipertemuan kala itu diPerpus. Tasya yang memang dikenal alim dan pendiam, tak akan ada yang menyangka gadis itu bisa dekat dengan idola seperti Danu.

Meski begitu, tak bisa di pungkiri juga kalau Tasya ini bukanlah gadis yang selugu itu untuk tidak bisa merasakan jatuh cinta. Apalagi dengan sang kakak kelas yang menjadi idola sekolah seperti Danu. Ia bahkan pernah menyatakan perasaan sukanya terhadap Danu, tepat disaat kedekatan mereka berjalan satu minggu lamanya. Namun jelas Danu tidak menerimanya karena entah kenapa saat itu hatinya mengatakan rasa sayangnya pada Tasya hanya sebagai seorang kakak.

Tidak disangka bukan, seorang playboy macam dirinya memiliki sifat semacam itu? Menolak gadis cantik seperti Tasya hanya karena sayang sebagai kakak. Hm, rasanya hal seperti itu jarang dijumpai.

Beruntungnya, Tasya mau menerima keputusan Danu untuk tidak menjalin kedekatan lebih. Akan tetapi dihari ini, di rooftop sekolah tempat keduanya menimba ilmu tingkat atas (SMA), Tasya meminta satu hal kepada Danu yang jelas itu membuat Danu sendiri sebagai seorang cowok playboy shock bukan main.

"Kak ...." ucap Tasya ragu², sementara Danu menyahuti dengan gumaman.

"Eum... Sebelum aku pergi buat ikut sama Papa, boleh nggak aku cium kakak buat yang pertama sekaligus terakhir??"

Seketika mata Danu pun melotot tak percaya dengan perkataan Tasya yang ia kenal sebagai gadis lugu dan juga alim. Alih² merasa malu, karena memang posisi keduanya saling berhadapan wajah, Tasya mengambil kesempatan ditengah keterkejutan Danu. Ia semakin mendekat kan wajahnya terus hingga kurang dari dua centi lagi, tiba² pintu dibuka oleh seseorang. Tak lama setelahnya terdengar suara orang itu yang membuat Danu tersadar dan mendorong Tasya menjauh.

Anta Habibi Anta "AssHab2"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang