Bagian 9

173 32 4
                                    


$---AssHab2---$
.
.

"Kamu udah mulai ngidam ya, Cha?"

Dahi Chaca mengerut heran. "Ngidam??"

Danu mengangguk sebagai jawaban, sebelum akhirnya ia menjelaskan maksud perkataannya.

"Iya, ngidam. Anak kita yang masih didalam sini gak mau ditinggal pergi sama Papanya. Iya, kan nak??" Danu kembali mengusap lembut perut Chaca yang tertutupi selimut, tapi ditepis oleh sang istri.

"Ehh.. kok Papa sih. Gak, gak, gak boleh. Jangan Papa, tapi Abi." Tolak Chaca.

"Kok Abi.? Gak mau, habib... Aku maunya dipanggil Papa." Protes Danu, tapi Chaca tetap kekeuh.

"Pokoknya Abi aja."

"Nggak, sayang... Aku gak suka." Ujar Danu memperjelas alasan menolak.

"Yaudah kalo gak suka. Habbi gak boleh tidur sini!" Putus Chaca, yang kemudian berbalik memunggungi Danu. Setelahnya, Ia pun menarik selimut sampai sebatas bahu.

"Yah yah yah,, kok gitu sih?!" Danu merengek tak terima akan keputusan Chaca, sedangkan istrinya itu kembali menyahut.

"Biarin. Sebelum kamu mau dipanggil Abi, jangan harap aku sama anak kita mau tidur bareng kamu." Ambek Chaca.

"Tapi gak gini juga lah, bib... Masa gara2 masalah sepele kamu gak ngebolehin aku tidur dikasur."

"Terserah kamu mau tidur dimana, asal jangan dikasur ini." Chaca kemudian menarik selimutnya sampai menutup kepala, seolah tak ingin dengar protesan sang suami.

"Yaelah,, gini amat nasib gue." Danu menggerutu pelan, namun tiba2 tubuhnya melonjak kaget karena teguran Chaca.

"Hayoo... Habbi gak boleh ngeluh."

"Nggak ngeluh, Habib... Cuma__

"Tuh, kan mau buat alesan? Jelas2 barusan ngeluh." Potong Chaca, masih dengan posisi membelakangi.

"Nggak, bib... Aku cuma mau bilang, kalo aku gak bakalan bisa tidur kalo gak sambil peluk." Danu berujar manja, seraya mendekat kearah sang istri ketika suara tegasnya mengintrupsi.

"Aku bolehin,, tapi ada syaratnya. Aku mau kelak panggilan kita Abi sama Ummi."

Huffth.. ternyata Chaca masih tetap dengan keinginannya. Danu mendengus pelan.

"YaAlloh... barusan aja kamu manja2 gak mau kutinggal, kenapa mendadak kejam gini gara2 masalah Papa-Abi?" Tanya Danu.

Ia lantas menunduk, tanpa bisa menyembunyikan raut wajah murungnya. "Itu pilihan yang sulit, bib."

Chaca membuka selimut yang menutup bagian kepala, sebelum berbalik menghadap sang suami dengan posisi berbaring.

"Kenapa? Habbi gak suka ya, sama panggilan itu?" Danu terdiam. Ia tidak berani menjawab iya.

"Tau ah, Dan. Kamu keras kepala banget gak mau nurutin mau aku. Padahal kan ini juga maunya dia." Ujar Chaca sedih, sembari mengusap calon anak dari balik selimut dan pakaian yang menutupi perut ratanya. Akan tetapi, Danu tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Hal itu sontak membuat Chaca bergerak bangkit dari tidurnya, seraya menatap Danu menanti jawaban.

"Tuh kan, kamu masih aja diem. Yaudah, aku mau tidur sama Abi-Ummi aja dikamar sebelah." Segera Chaca membawa selimut yang sudah ia tarik dan ia peluk sambil berlari kecil menuju pintu.

Danu yang sepertinya baru sadar dengan tindakan sang istri berusaha mencegah, dan ikut berlari keluar kamar.

"Loh, Cha... Chaca, tunggu." Langkahnya terhenti, ketika pintu kamar yang Chaca masuki tertutup rapat.

Anta Habibi Anta "AssHab2"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang