Bagian 20

26 3 2
                                    

$---AssHab2---$



Kurang lebih satu bulan lamanya Chaca mulai membiasakan dirinya mengurus putrinya seorang diri, sementara Danu bekerja. Berangkat pagi untuk kuliah, dilanjut pergi ke Kantor dan malam baru pulang. Kalau boleh jujur, Chaca sebenarnya merasa begitu lelah meski sudah ada ART di rumah mereka. Akan tetapi, ia berusaha untuk tetap melakukan yang terbaik untuk anak dan suami tercinta.

"Huh ,,, akhirnya beres juga gantiin popok buat Fiza." gumamnya.

Arah pandang Chaca masih terfokus pada wajah lucu bayi mungil yang kini juga tengah menatapnya. Bola mata yang bulat dan begitu polos, membuat rasa lelah Chaca seolah hilang seketika dan berganti dengan senyum mengembang dibibir wanita itu.

"Sekarang aku tau, gimana susahnya jadi istri sekaligus seorang ibu." desah Chaca, seraya mengusap pipi kenyal sang anak disambut tawa menggemaskan dari bibir mungilnya.

Selesai mengenakan baju pada sang bayi, Chaca lantas memangkunya dan mulai mengASIHi bayinya itu. Tangannya mengusap lembut ubun-ubun yang mulai tumbuh rambut tipis berwarna hitam kemerahan, membuat mata sang bayi perlahan memejam.

"Hafiza ... kamu jangan nakal ya. Nanti kalau udah gede, Hafiza harus jadi anak yang patuh sama Ayah dan Bunda. Pinter ngaji, rajin sholat, pokoknya yang baik2 deh," ujarnya masih dengan mengusap lembut kepala sang anak.

"Aamiiin..."

Chaca menoleh ke sumber suara. Dimana sudah ada Danu yang tengah berdiri di ambang pintu menyaksikan kegiatan sang istri sejak 5 menit yang lalu. Ya, tapi saking sibuknya ibu muda itu tidak menyadari kehadirannya sama sekali.

"Kamu udah pulang, Dan?" tanya Chaca seraya meletakkan bayinya perlahan diatas kasur.

Ia lalu mengambil alih tas kerja milik Danu, dan meletaknya di tempat biasa.

"He, em." Danu bergumam sebagai jawaban atas tanya sang istri.

Masih dengan tangan yang berusaha melonggarkan ikatan dasi di lehernya, Danu pun lantas menghampiri putri mereka yang tengah terlelap diatas ranjang.

"Awas ! Itu tangan jangan lupa di kondisiin." intrupsi Chaca, saat dilihatnya Danu yang hendak memulai aksinya mengunyel pipi gemoy sang anak.

"Hehee... Iya, habib... " cengir Danu. Tangan yang semula berniat usil pun, kini hanya mengusap pelan pipi Hafiza yang masih terlelap.

"Cha, kamu masak apa hari ini?" satu tanya terlontar dari bibir Danu, yang mulai mengganti kemeja kerjanya dengan kaus dari tangan sang istri.

"Hari ini aku nggak masak lagi, bi....  Seharian repot ngurus Fiza. Apalagi akhir-akhir ini dia rewel banget, nggak tau kenapa." curhat Chaca dengan wajah sedihnya.

Danu yang paham dengan situasi itu pun lantas mendekap tubuh sang istri. Keduanya sama-sama duduk di tepi ranjang, dengan Chaca yang menyandarkan kepalanya dibahu Danu.

"Maaf ya, Cha... Gara-gara aku kerja, kamu jadi kerepotan ngurus anak kita seorang diri," sesal Danu dan dibalas dengan desahan lemah Chaca.

"Nanti aku bilang ke Papa aja, kalau aku mau fokus kuliah sama bantu kamu ngurus Hafiza, gimana ? Aku rasa, Papa nggak akan keberatan kalau tau alasan aku berhenti kerja sementara waktu." ujar Danu kemudian.

Sontak Chaca menatap dalam netra sang suami yang tampak sungguh-sungguh dengan tekadnya.

"Kamu yakin Dan?" tanya Chaca.

Sejujurnya ia sangat setuju akan hal itu. Meski Danu tetap berkuliah pun jika tidak ditambah dengan kesibukan kantor, Chaca pasti tidak akan serepot ini.

Tau sendiri kan, dari usia saja mereka masih terlalu dini sebenarnya untuk menikah. Tapi takdir seakan tak berhenti memberi ujian fisik dan kesabaran untuk keduanya, dengan menghadirkan buah hati yang mau tidak mau harus mereka rawat, walau masih tetap mempertahankan pendidikan. Khususnya untuk Danu selaku kepala keluarga kecil mereka.

"Cha, kok kamu diem ? Jadi gimana, kamu setuju kan?" pertanyaan Danu membuyarkan lamunan Chaca.

"E Iya. Aku setuju, by. Tapi, beneran kamu nggak papa kalau harus berhenti kerja, sementara Papa pengen kamu belajar buat kerja di Kantor ?"

Chaca memastikan bulat atau tidaknya keputusan yang akan suaminya buat. Karena hal itu tentunya akan berpengaruh untuk diri Danu selaku kepala keluarga.

"Selama itu buat kebaikan habibati aku dan anak kita, aku sih yess... " Danu terkekeh pelan, sementara Chaca tak kuasa menahan tawanya karena sang suami.

"Kamu mah, nggombal mulu dari dulu." ujarnya, membuat Danu ikut tertawa.

Chaca yang tersadar kalau suara tawa mereka bisa membangunkan tidur sang anak, lantas membekap mulut Danu.

"Sssst ... Jangan keras-keras ketawanya, by. Ntar Fiza bangun loh,"

"Maaf, bib ... Lupa."

--------------------------

"Danu, gimana kabar loe ?" sapa seseorang ketika Danu baru saja keluar dari dalam mobil.

"Baik kok, alhamdulillah." cuek Danu.

"Alhamdulillah ... Gue denger, sekarang loe sama Chaca udah punya anak ya ? Makanya Chaca nggak lanjutin kuliah lagi,"

Danu bergumam dan terus berjalan tanpa memperdulikan lawan bicaranya itu. Rasanya aneh saja, ketika orang yang lama tidak pernah menanyakan kabar mendadak bertingkah seperti teman akrab. Sedangkan mereka berteman saja belum pernah, kalau bermusuhan itu benar.

"Loe sombong banget sih sekarang,"

Danu menghentikan langkahnya diikuti orang itu, yang tak lain adalah Fikry. Wajah menyebalkan itu mengingatkannya pada peristiwa beberapa waktu lalu, ketika Chaca __istrinya mengalami insiden karena perbuatannya.

"Loe udah cukup nggak ikut campur selama ini. Terus kenapa, sekarang tiba-tiba loe nanyain soal keluarga gue ??" tanya Danu, yang sontak membuat Fikry tertawa geli.

"Masalahnya, gue cuma mau bersikap baik sama loe dan juga Chaca. Ya, itung-itung sebagai tanda permintaan maaf gue ke kalian berdua atas apa yang pernah gue lakuin. Iya kan ?"

"Sayangnya keluarga gue nggak butuh perhatian dari loe. Cukup maafin loe aja, udah itu yang bisa gue lakuin. Selebihnya, loe sama gue dan anak istri gue bukan siapa-siapa. Permisi," tukas Danu seraya melenggang pergi.

Fikry yang belum puas dengan itu meneriaki Danu dari arah belakang, "Loe bener Dan, kita bukan siapa-siapa. Tapi loe tunggu aja apa yang bakal terjadi nanti sama istri loe itu !!"

Setelahnya, ia pun tersenyum licik membayangkan Danu yang saat ini pasti berfikir keras memahami perkataannya. Namun saat berbalik, Fikry bertemu dengan Faul yang saat ini menatap tajam ke arahnya.

"Kalau sampe loe berbuat sesuatu sama sahabat gue dan keluarganya, gue pastiin loe nggak akan pernah bisa hidup tenang. Karena gue, bakal terus awasin gerak-gerik loe sampe loe bener-bener menjauh dari kehidupan Danu dan Chaca."

Fikry terkekeh dengan penuturan Faul.

"Loe tenang aja, gue bakalan lebih berhati-hati supaya loe nggak bisa baca apa rencana yang bakal gue lakuin ke dua sahabat loe itu," balasnya kemudian pergi meninggalkan Faul.

"Kurang ajar si Fikry. Gue harus kasih tau Danu soal ini, semakin hari tuh anak makin bahaya kayaknya. Jangan sampai terjadi apa-apa sama keluarga kecil Danu sama Chaca ya Alloh,,"




Bersambung....

Vote komennya yukkk,,, biar author semangat lagi lanjutin cerita Danu dan Chaca 😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anta Habibi Anta "AssHab2"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang