BAB 1
" Zam, ayok cepetan jangan lama-lama sisirannya nanti telat."
" Iya iya, ini juga udah selesai, yok berangkat."
" Kelamaan, liat tuh dah pada baris."
Hamzah dan Azzam berjalan setengah berlari ke arah barisan khatamannya. Terlihat para santri telah berbaris rapi sesuai posisinya masing-masing. Menghatamkan kitab Alala sebagai syarat pengambilan ijazah.
Hari ini, merupakan hari spesial bagi para santri terutama kelas 9 dan kelas 12. Mereka akan melepas masa-masa sekolahnya dan melanjutkan kehidupan selanjutnya. Tak terkecuali Hamzah dan teman-temannya yang akan melepas seragam biru putih dan beralih ke putih abu-abu.
Para wali santri hadir memenuhi bangku tamu undangan. Pak Eko dan Bu Fatimah juga datang menyaksikan putra angkat mereka yang disayangi sepenuh hati dan dianggap sebagai anak sendiri.
_______
" Lulusan terbaik tahun ini Madrasah Tsanawiyah Man Ana sekaligus Pondok Pesantren Man Ana diraih oleh...
...." MC sengaja menjeda ucapannya guna menegangkan suasana.
Pondok dan sekolah merupakan satu yayasan yang sama, Man Ana. Maka dari itu, akhirussanah dan pegumuman disatukan dalam satu acara. Seluruh siswa dan santri telah dinyatakan lulus oleh Abah Mukhlis saat sambutan tadi. Sedangkan lulusan terbaik akan diumumkan oleh MC. Lulusan terbaik akan mendapatkan beasiswa full di MA Man Ana dan diterima di Pondok-Pondok pilihan sedaerah Jawa.
Seluruh santri terlihat tegang menunggu MC melanjutkan ucapannya, tak terkecuali Hamzah. Bahkan terlihat keringat dingin membasahi dahinya dan kulitnya yang memucat.
" Hey!!" teriak Azzam mengagetkan Hamzah.
" Astagfirullahaladzim, Azzam ngagetin aja," ucap Hamzah sedikit kesal.
Hamzah dan Azzam adalah sahabat dekat sejak tiga tahun yang lalu. Mereka memiliki sifat yang berbeda, Hamzah yang kelam dan dewasa sedangkan Azzam yang humoris dan beik hati. Merka saling melengkapi dan mengerti satu sama lain. Bahkan selalu dalam kamar yang sama dan kelas yang sana juga selama tiga tahun, sehingga persahabatannya semakin erat.
" Udahlah Zah, santai aja, aku yakin lulusan terbaik itu kamu," ucap Azzam menenangkan Hamzah.
" Tidak ada yang mustahil didunia ini Zam, bahkan jika kamulah yang termasuk lulusan terbaik, bisa saja terjadi," jawab Hamzah.
" Hahahahaha aku lulusan terbaik? Hahahahhaha" Azzam terus tertawa tak jelas.
" Kalau aku lulusan terbaik tahun ini, Ayah Ibuku bakalan ngaja aku liburan ke Sidney hari ini juga Zah, hahahahahahahah" imbuh Azzam sambil tertawa.
" Syukurlah kalo gitu," jawab Hamzah sekenanya.
" Tapi sayangnya itu gak mungkin Zah, mana bisa aku yang selama ini peringkat belasan dikelas jadi lulusan terbaik. Ada-ada saja kamu hahhahahahahahah" jawab Azzam terus tertawa.
" Yasudahlah terserah kamu aja deh Zam, dengerin aja pengumumannya nah." lerai Hamzah.
Mereka pun saling diam dan suasana semakin mencekam. MC benar-benar berhasil membuat jantung para santri berpacu semakin cepat.
" Dan lulusan terbaik Man Ana tahun ini diraih oleh..........."
" Selamat untuk......."
Semua santri nampak tegang, saling memainkan jari-jari yang basah akan keringat atau saling mengeratkan genggaman teman sebelahnya.
" Lulusan terbaik ini berhak mendapatkan beasiswa full di MA Man Ana dan masuk ke beberapa pondok pilihan."
Dentuman musik seakan selaras dengan detak jantung yang berdertak menyebabkan suasana semakin mencekam.
" Kami ucapkan selamat kepada......"
" Ananda........."
" Hamzah El-Fathan Binti Bapak Hasan Sidiq"
" Kepada ananda silahkan menaiki panggung.
Hamzah seakan bingung dengan yang baru saja ia dengar. Ia benar-benar tak menyangka, " Zam, aku gak mimpi kan ya?"
Azzam melihat sahabatnya yang menayakan pertanyaan konyol itu, lalu mecubitnya.
" Awww sakit Zam!" rintih Hamzah.
" Nah itu sakit berati kamu gak mimpi. Selamat ya Zah dah sono maju dah dipanggil MC nah." ucap Azzam turut bahagia.
Hamzah menyusuri jalan menuju arah panggung. Terdengar pujian dan ungkapan kagum oleh beberapa hadirin. Hamzah semakin menunduk sampai ke panggung.
Hamzah diberikan penghargaan berupa piagam, piala, sejumlah uang tunai dan sertifikat beasiswa full yang diberikan langsung oleh Abah Mukhlis.
" Semangat Hamzah, amalkan ilmumu dan jangan berhenti belajar." pesan Abah.
" Enjeh, Bah." jawab Hamzah tetap rendah hati.
__________
Seusai acara, para wali santri menemi anaknya masing-masing, tak terkecuali Hamzah. Ayah dan Bundanya datang jauh-jauh dari Jakarta untuk melihat hasil anak angkat mereka selama tiga tahun.
" Selamat Nak, semoga ilmunya bermanfaat bagi sesama dan selali diberkahi Allah." ucap Ayah menepuk pundak Hamzah ala lelaki.
" Iya Yah, terimakasih banyak sudah membiayai hidup Hamzah sampai sekarang." balas Hamzah.
" Hallah kamu ni ngomong apa Zah. Orang kamu itu udah kami anggap anak sendiri, kamulah yang melengkapi rumah tangga kami," balas Bunda sembari tersenyum.
" Oo iya maaf ya, Ayah sama Bunda gak bisa ngasih hadiah apa-apa, cuma ini Bunda bawa masakan dari rumah. Yuk makan bareng-bareng," ajak Bunda yang diangguki oleh Hamzah dan Ayah.
Saat sedang membuka bingkisan dari Bunda, Azzam lewat dengan wajah sedihnya. Azzam tidak dikunjungi orang tuanya karena sibuk mengurus bisnisnya yang sedang membuka cabang baru.
" Yah, Bun aku ajak Azzam makan gakpapa kan?" tanya Hamzah memastikan yang diangguki mantap oleh keduanya.
" Zam, sini," teriak Hamzah melambaikan tangannya.
"Kenapa Zah?" tanya Azzam saat sudah dekat.
" Makan bareng Yuk, kamu pasti belum makan kan? Yuk makan bareng aku," ajak Hamzah.
"Tapi Zah....."
" Iya nak Azzam ini Bunda bawakan orek tempe dari rumah, yuk makan sama-sama. Gak usah malu-malu anggap saja keluarga sendiri." ajak Bunda memutuskan perkataan Azzam.
Azzam ingin menolak, tetapi Hamzah segera menariknya duduk sehingga ia masuk kedalam lingkaran makan siang itu.Halo guyss,, apa kabar?
Ini cerita pertama aku yahh🤗
Maaf kalo masih banyak salah, karena aku bukan penulis amatiran lagi, tapi sangat amatir-amatiran🙃.Happy reading
Barakallah Fiikum🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of My Life
Teen FictionHamzah ingin mempelajari dan mendalami ilmu agama. Namun, kondisi ekomoni keluarganya yang kurang dan rumah tangga yang berantakan menghalangi keinginan Hamzah. Hamzah merantau meninggalkan tanah kelahirannya demi mewujudkan cita-citanya. Apakah Ham...