BAB 22

0 0 0
                                    

Seminggu kebersamaan dengan keluarga sebenarnya belum ada rasa puas dihati Hamzah. Namun, ia harus kembali ke pondok untuk menjalankan tugas besarnya. Kepanitiaan tak mungkin ia tinggal lama-lama, bahkan setiap saat sepertinya ada kendala.
Ibu dan Ayah Bunda sama sekali tidak keberatan dengan kehadiran ibu. Mereka menerima kedatangan ibu, sama dengan kedatanganku dulu, diterima dengan baik. Ayah dan Bunda juga hidup sebatang kara, keluarga mereke telah meninggal seluruhnya, sehingga mereka sangat kesepian. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari kerabat baru untuk saling berbagi cerita.
" Hamzah berangkat dulu ya," pamit Hamzah menggendong tas dipunggungnya.
" Iya hati-hati ya, Nak. Belajar yang rajin dan raih keberkahan dan ridho Allah." pesan Ibu tersenyum. Senyum yang sangat ia rindukan.
" Oo iya, Zah. Jangan lupa jajanannya dibagi-bagi sama Azzam dan Rizal ya, semoga mereka suka." ucap Bunda memberikan sewadah jajanan.
" Iya Bun. Kalo gitu Hamzah berangkat ya, selalu doakan Hamzah. Assalamualaikum." pamit Hamzah lalu pergi menjauh.
Ayah memang tudak mengantarkan ia pergi karena Ayah sudah berangkat sejak seusai subuh untuk berdagang. Namun, semalam Ayah sudah memberikan beberapa petuah menuntut ilmu dsb dan juga tentang memilih wanita sebagai teman hidup. Entah apa maksud Ayah menyampaikan petuah itu. Mungkin karena Salma yang menjenguknya waktu itu. Salma, Hamzah cukup merindukan gadis manis itu.
Selama diperjalanan, Hamzah tak henti berdzikir mengagungkan asma Allah. Mengingat keselamatan hanyalah milik Allah, maka ia berharap Allah memberikan keselamatan kepadanya agar sampai tujuan dengan selamat. Setelah empat jam, Hamzah sampai di Bogor dan segera mencari angkutan umum untuk menuju pondoknya.
" Assalamualaikum," ucap Hamzah setelah mengetuk pintu kamarnya.
" Waalaikumsalam," jawab Azzam dari dalam dengan muka bantal.
" Alhamdulillah, akhirnya ketua panitia balik." Azzam bersyukur atas kedatangan Hamzah yang membawa kebahagiaan tersendiri baginya.
" Masuk masuk, Zah." ajak Mas Rizal.
"Mana oleh-olehnya?" sergah Mas Rizal setelahnya.
Hamzah memutar matanya malas lalu tertawa diikuti keduanya. Lalu ia mengeluarkan sewadah makanan buatan Bunda kepada mereka.
" Wihhhh apa ini, Zah?" tanya Azzam sebelum mencoba.
" Kalau kata bunda namanya pastel, gak tau kalian." jawab Hamzah apa adanya.
Makanan olahan terigu dan seledri itu menghasilkan rasa manis dan gurih ditambah bawang goreng didalamnya semakin memanjakan lidah.
" Eh, Abah udah dikasih kan, Zah?" ucap Mas Rizal memastikan kewajiban setiap santri yang baru saja pulang.
Setiap santri yang kembali ke pondok usai liburan atau pulang kerumah diwajibkan membawakan oleh-oleh untuk Abah. Bahasanya 'sowan'. Sebagai bentuk patuh dan terimakasih kepada pengasuh.
" Zah, besok kan lombanya mulai, itu udah aku siapin beberapa. Nanti cek lagi aja, siapa tau ada yang kurang." ucap Azzam seusai menghabiskan pastel buatan Bunda.
" Oo iya siap. Makasih ya udah mau gantiin aku sementara." ucap Hamzah.
" Iya sama-sama." jawab Azzam santai tanpa beban.

_____________

Acara demi acara perlombaan sudah usai hari ini, lusa akhirussanah akan segera dilaksanakan. Hari ini juga seluruh panitia yang dibantu seluruh santri membersihkan halaman pondok dari beberapa sampah.
" Hallo anak pungut, dah balik aja ya," sapa Amir pada Hamzah yang sedang membersihkan sampah dipinggir jalan.
Hamzah diam menanggapinya, teringat beberapa waktu lalu ia mempemalukan Hamzah dan Azzam  didepan umum. Maklum saja Azzam menahan amarah mati-matian selama Hamzah pulang karena setiap hari hatus bertemu kelas tiga, yang tentu saja bertemu Amir setiap harinya.
" Heh anak pungut, disapa malah diem aja,  budek ya," ucapnya lagi diakhiri tawa.
" Yaudah kalo gitu aku mau beli bakso dulu." ucapnya lalu pergi menyebrang jalan.
Amir menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri, dari arah timur sebuah sedan putih melaju dengan sangat kencang. Hamzah berlari menuju Amir.
" Awas Mas Amir!" teriak Hamzah lalu menarik Amir ke tepi jalan membuat kaki Hamzah kembali terbentur aspal. Sakit sekali. Sedangkan Amir menabrak pembatas jalan menyebabkan luka lecet dikakinya.
" Mas Amir gakpapa?" tanya Hamzah meringis kesakitan.
Amir menggeleng lalu bertanya balik," Kamu gakpapa, Zah?"
Hamzah menggeleng, tapi meringis menahan sakit. Amir segera memapah Hamzah kembali ke asrama dan mengompres kaki Hamzah dengan es.

___________

Akhirussanah kini telah dimulai, sesuai rencana kepanitiaan diselenggarakan secara bergantian agar setiap santri dapat menaiki panggung dan mengelola belakang panggung. Hamzah sudah bisa berjalan seperti biasa setelah dikompres oleh Amir waktu itu.
Hamzah dan Salma bersama-sama menyampaikan laporan program kerja mereka. Tentu saja mereka menghilangkan rasa canggung dan malu yang kian hadir saat mereka bersama. Hamzah membuka dan mengawali dengan kinerja bersama dan santri putra, sedangkan Salma menyampaikan kinerja santri putri.
Terdengar bisikan para hadirin tentang kecocokan mereka. Secara fisik mereka sangat sempurna. Hamzah yang tinggi semampai, bahu lebar, dada bidang, ditambah garis wajah yang tegas, alis dan bulu mata yang lebat dan mata yang tajam membuat para santri putri enggan berpaling. Sedangkan Salma, tinggi badan sedang, tubuhnya yang mungil, berpakaian syar'i, ditambah dengan bibir merah yang mungil, hidung mancung dan mata teduh. Pasangan yang serasi.
Tibalah saatnya pengumuman. Kali ini, Abah Mukhlis langsung yang mengumumkan.
" Alhamdulillah, tahun ini naik kelas semua, baik dipondok maupun disekolah," ucap Abah yang dihadiahi ungkapan syukur oleh semua hadirin dan santri.
Seluruh santri, hadirin, dan wali santri menyimak pengumuman yang disampaikan Abah. Mereka menanti setiap ucapan Abah.
" Alhamduliah juga, seluruh santri kelas 3,  baik kelas 12 ataupun kelas 9 dinyatakan lulus secara resmi." sambung Abah yang lagi-lagi dihadiahi lafadz hamdalah oleh semua orang.
" Namun, tetap saja ada lulisan terbaik setiap kelasnya." lanjut Abah.
" Lulusan terbaik tahun ini dan berhak mendapatkan beasiiswa ke Universitas Al-Azhar Kairo, diraih oleh..."
" Rizal Putra Pratama." riuh tepuk tangan membanjiri suasana.
Beberapa santri lain juga disebutkan dalam deratan penerima, termasuk Amir denga urutan terakhir.
" Untuk siswa terbaik kelas 11, diraih oleh.."
" Hamzah, Hamzah...." banyak orang yang menduganya.
" Hamzah El-Fathan, siswa terbaik 5 tahun berturut-turut." sambung Abah.
Beberapa santri lain juga disebutkan hingga diberi penghargaan satu persatu termasuk juga Salma, yang meraih siswa terbaik kedua setelah Hamzah. Ayah, Bunda dan Ibu nampak bahagia melihat Hamzah selalu menjadi siswa terbaik. Sedangkan Mas Rizal, selalu tersenyum meski kedua orang tuanya tak pernah diketahui.

Happy reading
Barakallah fiikum

Story of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang