" Hamzah, sini dulu." panggil Ustadz Bayu seusai mengajar ba'da dzuhur.
Hamzah segera menemui Ustadz Bayu yang menunggu di pelataran masjid. Setelah semalam mengadakan rapat, Ustadz Bayulah yang menyampaikan beberapa keputusan kepada Abah. Mengingat Hamzah harus mengikuti segenap acara pondok yang wajib diikuti oleh setiap santri.
" Alhamdulillah Abah menyetujui semua keputusan kalian dalam rapat semalam. Abah juga menyarankan untuk membuat proposal yang diajukan kepada beberapa pihak yang sekiranya mampu membantu untuk mengurangi pengeluaran yang tidak menentu. Bahkan Abah harap untuk perlombaan menggunakan dana hasil proposal saja supaya santri tidak keberatan." jelaa Ustadz Bayu menyampaikan pesan Abah.
" Oo iya Tadz, kalau sekiranya kita turun tangan ke beberapa pihak disekitaran rumah kita bisa gak Tadz, izin pulang begitu?" tanya Hamzah.
" Oo bisa Zah, asalkan tidak melanggar jadwal pulang di pondok." jawab Ustadz Bayu.
" Baik, terimakasih Tadz." jawab Hamzah.
" Oo iya Zah, format proposalnya sudah ada dikomputer pondok, suruh saja nanti sekretaris yang cek sama undangannya sekalian. Mungkin tinggal mengganti nama sama tanggal." pesan Ustadz Bayu.
" Oo iya sama satu lagi, nanti ba'da asar panitia inti kumpulan ya sebentar saja, membahas persetujuan Abah sama dana, cuma sebentar, karena saya sama istri mau pergi. Nanti malam diumumkan keputusannya ya," perintah Ustadz Bayu.
" Siap Ustadz, nanti saya kondisikan." jawab Hamzah lalu pamit pergi memberitahukan hal itu pada panitia inti.
______________
Ba'da asar, sebentar sekali mereka rapat karena Ustadz Bayu dan Ustadzah Fatimah akan pergi. Namun, keputusan tetap teratasi. Mereka memutuskan bagi para santri dikenakan biaya Rp. 300.000/santri untuk biaya akhirussanah. Sedangkan untuk proposal diajukan kepada beberapa pihak sekitaran pondok, jika ada kekurangan Azzam siap menangani. Seperti yang kita tau bahwa Azzam sangat dermawan, maka ia tak ragu untuk membantu pondok.
Ba'da Isya Abah membuka pengumuman besar pada para santri yang akan disampaikan oleh Hamzah. Hamzah menyampaikan beberapa progran kerja yang akan dilakukan panitia pada tahun ini. Para santri npak menyimak dengan seksama penjelasan Hamzah. Merekapun setuju dengan keputusan-keputusan yang disampaikan. Bahkan saat ia menyampaikan mengenai proposal ada beberapa santri yang mengakukan diri mengisi proposal tersebut.
" Baiklah teman-teman untuk biaya akhirussanah, kami tetapkan Rp. 300.000/santri. Untuk seragam dan sebagainya bisa kalian pilih perkelas."
" Cukup sekian dari kami para panitia. Kami harap bantuan segenap teman-teman umtuk kelancaran acara kita. Semangat menghafal dan mengejar target kalian. Saya akhiri wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh." tutup Hamzah meninggalkan podium.
______________
" Hamzah!!" teriak seseorang dari belakang, rupanya Ali yang memanggil.
" Iya kenapa Li?" tanya Hamzah.
" Malam ini bisa kumpulan gak Zah? Soalnya aku sama Saudah ada kesulitan di proposal, dan bendahara juga kurang jelas rinciannya." keluh Ali.
" Aduh gimana ya Li, Ustadz Bayu udah pulang belum ya? Soalnya aku gak berani ngajak kumpulan kalo gak bareng Ustadz Bayu." jawab Hamzah.
" Coba kita lihat dirumahnya aja Zah, kalo udah pulang kita rapat, kalo belum pulang, besok lagi." usul Azzam disampingnya.
Azzam dan Hamzah menemui Ustadz Bayu , ternyata beliau sudah kembali saat adzan isya tadi. Beliau sanggup menemani rapat. Namun, Ustadzah tidak ikut, karena Ning Nazwa sudah tidur.
Di kantor pengurus lagi mereka berkumpul. Ada beberapa hal yang belum difahami, seperti tamu undangan, dana, dsb. Ustadz Bayu menjelaskannya secara detail dan mudah difahami oleh anggota rapat.
" Ustadz, apa ketua panitia juga ikut menandatangani proposal, Tadz?" tanya Hamzah dan Salma serentak seperti dikomando, mengundang ledekan para santri lain.
" Iya tentu saja."
" Kalian ketuanya ya?" tanya Ustdaz Bayu pada Hamzah dan Salma. Mereka mengangguk sebagai jawaban.
" Biasanya sih kalo ketua gini berjodoh." ucap Ustadz Bayu tiba-tiba.
" Ciee cie........ " ledek santri lain membuat mereka tersipu malu.
" Kok gitu Tadz?" tanya Azzam.
" Iya, ada sepuluh pasangan panitia yang menikah seusai jadi ketua panitia akhirussanah dan itu berturut-turut. Kalian tau ketua panitia 4 tahun yang lalu? Mereka sudah lamaran dan akan akad bulan depan." cerita Ustadz Bayu.
" Cie... Berjodoh cie........" ledek mereka semakin menjadi-jadi.
" Iihhhh apaan sih!" ucap Hamzah dan Salam serentak membuat mereka semakin gencar meledek dan menyomblangkan.
Hamzah segera menutup rapat tersebut lalu pergi meninggalkan tempat rapat membuat para anggota lain bersorak kecewa. Sedangkan Ustadz Bayu hanya terkekeh melihat mereka.
Sepanjang perjalanan menuju kamar, Azzam terus meledek Hamzah.
" Assalamualaikum, Mas Rizal, Hamzah dijodohin sama Ustadz Bayu," teriak Azzam membuka pintu lalu berteriak.
" Issshhhh Azzam ihhhh." gerutu Hamzah.
" Waalaikumsalam, dijodohin sama siapa Zam?" respon Mas Rizal.
" Sama Salma, Mas. Kata Ustadz Bayu, para ketua panitia tuh banyak yang berjodoh, bahkan ada sepuluh pasang yang berjodoh berturut-turut." sambung Azzam antusias.
" Iya bener memnag gitu, yang tahun kemaren aja Reza sama Riska kabarnya udah ta'aruf." tambah Mas Rizal.
" Emang jatuh cinta itu gimana sih?" tanya Hamzah tiba-tiba.
" Jatuh cinta itu, saat jantungmu berdegup lebih kencang saat bersamanya, kau merasa bahagia saat menatapnya, terngiang-ngiang wajahnya, bahkan tanpa sadar kau tersenyum karenanya." jelas Azzam yang dibenarkan Hamzah dalam hati bahwa semua yang dikatakan Azzam pernah ia alami saat bersama Salma.
" Gimana udah pernah merasakam jatuh cinta?" tanya Mas Rizal.
" Eummmm..... Eummmmm......" Hamzah ragu memgaku.
" Kalau kamu sama Salma, aku setuju kok, Zah," sambung Mas Rizal membuat Azzam semakin menjadi-jadi.
'Aku setuju kalau adikku sama kamu, Zah. Abah pasti juga setuju.' guman Mas Rizal dalam hati.Happy reading
Barakallah fiikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of My Life
Novela JuvenilHamzah ingin mempelajari dan mendalami ilmu agama. Namun, kondisi ekomoni keluarganya yang kurang dan rumah tangga yang berantakan menghalangi keinginan Hamzah. Hamzah merantau meninggalkan tanah kelahirannya demi mewujudkan cita-citanya. Apakah Ham...