BAB 5

1 2 0
                                    

eusai sholat asar Hamzah dan Azzam bergulung-gulung dikasur menikmati akhir tahun kelulusannya, sembari menunggu informasi baru mengenai MA Man Ana. Mereka saling diam satu sama lain, berkelana dengan fikirannya masing-masing.
" Zah, udah sehari loh, kita ditinggal Mas Rizal." Azzam membuka percakapan. Ia memang kurang tahan dengan kesepian, karenanya ia sangat aktif membuat bahan pembicaraan.
" Iya, sepi ya, Zam." jawab Hamzah sedikit malas sambil membenarkan letak bantalnya. Kepergian Mas Azzam mengingatkannya akan suatu peristiwa yang menganggu memorinya.

" Ibu, berangkat dulu ya Pak," pamit Fatimah pada Hasan disampingnya.
" Maafin Bapak belum bisa bahagiaian Ibu, malah bikin Ibu sengsara sampai cari nafkah sendiri." jawab Hasan penuh rasa bersalah.
" Iya selama ini Ibu selalu bahagia bersamamu Pak, gak sengsara." jawab Fatimah tersenyum.
Tak berselang lama,
Tok... Tok.... Tok...
Fatimah segera membukakan pintu, ternyata Sofia.
" Ayok Fat, keburu ketinggalan," ajak Sofia.
" Iya Sof, sebentar."
Sofialah yang akan mengantarkannya sampai pelabuhan Bakauheni. Karena hanya Sofia tetangga dekatnya, dan berbuat baik banyak dikeluarganya. Dia juga yang menawarkan jasa mengantarkan Fatimah tanpa dibayar sepeserpun.
Setelah berpelukan dan pamit, akhirnya Fatimah siap berangkat.
" Ibu, berangkat dulu, Assalamualaikum," pamit Fatimah berderai air mata.
" Waalaikumsalam"
" Ibuuuu...." jeritan anak kecil itu menyayat hati Fatimah yang berjalan meninggalkan pekarangan rumah. Fatimah sedikit menengok anaknya yang akan berlari. Namun ditahan oleh suaminya. Mereka menangis melepaskan Fatimah pergi, begitupula sebaliknya. Untuk terakhir sebelum Fatimah pergi. Ia berbalik arah berlari menghampiri anaknya, memeluk lama penuh kasih sayang. Sedikit tak rela melepaskan, tetapi ini adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
" Ibu berangkat ya Nak," Fatimah lalu pergi tak menengok lagi.

" Arrggghhhh" teriak Hamzah tiba-tiba.
" Zah, kamu gakpapa?" tanya Azzam yang kaget melihat tingkah aneh Hamzah.
" Eh gakpapa kok Zam, cuma lagi mikirin jalan keluar buat Mas Rizal aja." jawab Hamzah berbohong.
" Difikirinnya pelan-pelan aja Zah, jangan terlalu dipaksain nanti bisa stres." sahut Azzam lebih bijak dari biasanya.
" Hehehe iya Zam. Ya udah aku piket belakang dulu ya." pamit Hamzah meninggalkan Azzam.

_____________
Brukkkk
Hamzah membuang plastik hitam besar berisi sampah didekat gerbang belakang yang akan diambil oleh tukang sampah.Ia segera berbalik mencuci tangannya di keran dekat gerbang. Lewat gerbang belakang inilah jalan para santri untuk kabur, tetapi sering terciduk oleh pegurus.Saat Hamzah sedang membersihkan sela-sela jarinya, tak sengaja ia melihat sebuah jam tangan yang sangat familiar baginya.
" Ini kan jam tangannya Mas Rizal." gumannya.
Hamzah mengambil jam tangan dan mulai merangkai beberapa petunjuk yang ia temukan lalu melihat sekelilingnya. Ia menemukan CCTV dibagian atas gerbang. CCTV yang diguanakan untuk memantau santri-santri yang bermiat kabur lewat gerbang belakang.
" CCTV, jam tangan Mas Rizal, jadwal piket belakangnya Mas Rizal. Berarti dugaanku benar dan kejadian itu terekam CCTV." monolog Hamzah menyatukan petunjuk. Ia segera berlari menemui Azzam dikamar membawa jam tangan itu.
Sesampainya didepan kamar Hamzah langsung berteriak memanggil Azzam, " Azzamm..!!"
" Apaan sih Zah? Dateng-dateng teriak-teriak, untung telingaku sehat." cerocos Azzam.
" Lihat apa yang aku bawa Zam." Hamzah menunjukkan jam tangan itu sambil mengatur nafasnya.
" Jam tangan siapa Zah?" tanya Azzam.
" Jam tangannya Mas Rizal." jawab Hamzah.
" Ha? Punyanya Mas Rizal? Dapet darimana?" tanya Azzam beruntun.
" Tadi aku nemuin di deket keran gerbang belakang, berarti bener Mas Rizal ketemu Rere di gerbang belakang waktu Mas Rizal buang sampah piket belakang. Nah kabar bagusnya disana kan ada CCTV buat mergoki para santri yang kabur. Otomatis kejadian Mas Rizal juga terekam di CCTV." jelas Hamzah memaparkan.
" Nah iya bener, bener banget Zam. Kenapa kita gak kepikiran ada CCTV disana ya? Para asatidz juga?" sahut Azzam.
" Karena terlalu terkejut dengan kabar Zam, makanya agak susah berfikir jernih." jawab Hamzah.
" Ya udah yuk lapor ke Abah." ajak Azzam.
" Yuklah kita tegakkan kebenaran." ucap Hamzah.
___________

Hamzah dan Azzam telah berdiri didepan pintu ndalem. Mereka saling diam tanpa ada yang berniat untuk mengetuk pintu itu. Hawa canggung, sopan, patuh brradu menjadi takut dan grogi.
" Zam, cepetan salam Zam." perintah Hamzah pada Azzam.
" Aelah Zah, kamu gak liat aku dah pucet gini?" jawab Azzam menunjukkan tangannya yang pucat.
" Sama aku juga Zam." jawab Hamzah dengan keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Entak kenapa, sebagian besar santri akan mengalami grogi dan ketakutan saat akan menemui pengasuh ataupun asatidznya. Meskipun mereka tidak melakukan kesalahan ataupun terjerat kasus apapun.
" Dahlah Zah, kamu aja. Kamu kan udah sering salam ke ndalem." rayu Azzam.
" Tapi sama aja Zam, aku juga deg-degan nih." seru Hamzah.
"Ayolah Zah, kalo lama-lama nan......."
Ucapan Azzam terpotong dengan terbukanya pintu didepan mereka lalu muncullah Abah dengan koko putih, peci, sarung, serta sorban di pundaknya. Nampaknya Abah akan pergi.
" Eh Hamzah Azzam, kenapa gak salam? Malah berdiri di depan pintu." ucap Abah sedikit terkekeh.
" Heheheheh iya Bah, ini baru dateng." jawab Hamzah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
" Oo gtu. Ada apa? Mau izin pulang?" tebak Abah karena setiap santri yang izin pulang kampung harus mendaapat izin dari pengurus dan tanda tangan Abah dibuku izinnya.
" Enggak Bah, ini Hamzah sama Azzam mau bilang masalah Mas Rizal, Bah." Hamzah mengajukan maksud.
" Oo mau bahas Rizal, ada petunjuk baru?" tanya Abah.
" Ada Bah, ini jam tangan Mas Rizal saya temukan didekat keran gerbang belakang Bah." jawab Hamzah menujukkan jam tangan itu.
" Kebetulan Abah, para asatidz dan para pengurus akan rapat mrmbahas masalah Rizal.
kalian bisa ikut dan menyampaikan usul dan pendapat kalian disana." jelas Abah.
Hamzah dan Azzam saling pandang. Mereka ragu mengambil keputusan. Rapat dengan para orang terhormat dipondok terasa aneh dan terlalu luar biasa bagi mereka. Azzam hendak menolak dengan sedikit menarik tangan Hamzah. Namun, Hamzah segera menggenggamnya erat dan berbisik," Gakpapa Zam, demi Mas Rizal."
" Baik Bah, kami ikut saja." jawab Hamzah menyetujui Abah.
Hamzah dan Azzam berjalan menunduk dibelakang Abah menuju kantor asatidz. Mereka saling berbisik-bisik karena Azzam kurang setuju dengan keputusan Hamzah. Mereka saling bertengkar kecil dalam bisik-bisik takut Abah mendengar sampai mereka tiba dipintu kantor.
" Assalamualiakum warahmatullah wabarakatuh." Abah membuka rapat sore hari ini.
Hamzah dan Azzam duduk dikursi bagian belakang. Setalah Abah membuka beberapa muqoddimah, akhirnya Abah mempersilahkan Hamzah dan Azzam untuk berbicara.
Hamzah menjelaskan secara rinci petunjuk-petunjuk yang ia temui.
" Mas Rizal kemarin piket belakang sesuai jadwalnya. Ditemukannya jam tangan milik Mas Rizal ini, saya menduga bahwa Mas Rizal bertemu Rere saat Mas Rizal sedang membuang sampah lewat gerbang belakang, karena jam tangan ini ditemukan didekat keran tempat pencucian tangan usai membuang sampah. Mungkin akan lebih jelas jika kita menonton rekaman CCTV gerbang belakang. Begitu pendapat saya Abah, Ustadz, dan jajaran pengurus." jelas Hamxah memaparkan pendapatnya yang diangguki beberapa ustadz.
" Kalian tau perempuan itu?" tanya Abah yang diangguki oleh mereka berdua.
"Rere adalah gadis yang mencintai Mas Hamzah sejak SD kelas 4. Ia kerap kali mengungkapkan rasa cintanya pada Mas Rizal dan mengajak pacaran, tetapi Mas Rizal teguh pada pendiriannya untuk tidak berpacaran. Namun Rere tak putus asa, ia tetap berusaha meraih cinta Mas Rizal dengan berbagai cara. Bahkan, pernah menawarkan kesucian dirinya pada Mas Rizal. Tentu saja Mas Rizal menolak keras dan memberikan beberapa pencerahan pada Rere. Namun apalah daya, Rere juga keras kepala. Ia teguh pada pilihannya, bahkan saat ia frustasi, tak jarang ia bermain diclub bersama lelaki hidung belang. Begitu cerita Mas Rizal beberapa hari yang lalu Bah." papar Azzam.
Para anggota rapat nampak seksama mendengarkan pemaparan Hamzah dan Azzam. Apalagi mengingat Hamzah dan Azzam adalah teman dekat Rizal, mungkin saja jika mereka mengetahui beberapa kisah Rizal. Bahkan ada yang berpendapat bahwa kasus narkoba yang menjerat Rizal juga termasuk upaya Rere mendapatkan cinta Rizal.
" Baiklah karena sudah waktu magrib, kita lanjutkan rapat besok pagi usai sholat subuh dengan menyaksikan rekaman CCTV. Terimakasih untuk partisipasinya semoga masalah ini segera tertuntaskan. Saya akhiri Wassalamualaikum Warahmatuah Wabarakatuh." Abah menutup rapat.
"Aku gak mau kehilangan lagi." guman Hamzah dalam hati.

Hallo guyss
Happy reading,jangan lupa tinggalin jejak ya😉
Barakallah fiikum

Story of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang