BAB 24

1 1 0
                                    


Seluruh kelas telah dinyatakan hasil nilainya. Seluruh siswa kelas tiga dinyatakan lulus dan kelas dibawahnya dinyatakan naik kelas secara keseluruhan. Pondok sudah mulai sepi karena liburan. Namun, masih ada bebedapa santri yang tetap tinggal karena beberapa urusan.
Azzam sudah pulang sejak dua hari setelah akhirussanah, karena segera berangkat ke Singapura sesuai dengan pilihan orang tuanya. Sedangkan, Hamzah masih tinggal di Pondok mengikuti pembekalan keberangkatannya ke Kairo satu bulan mendatang.
Ada sepuluh santri yang dipilih oleh Abah untuk menyandang beasiswa Kairo itu, terdiri dari lima putra dan lima putri. Termasuk Hamzah, Salma, dan Zaskia, sahabat Salma. Ada kebahagiaan tersendiri bagi Hamzah saat Salma juga mendapatkan beasiswa itu. Namun, ada suatu hal yang membuatnya bersedih.
" Mas Hamzah, " panggil Salma saat Hamzah berjalan sendiri di pelataran masjid.
" Iya, Salma. Ada apa?" tanya Hamzah to the point.
" Mas Hamzah mau ambil beasisiwa itu?" ucap Salam membuat Hamzah sedikit bingung. Beasisiwa langka itu sangatlah disayangkan jika tidak diambil.
" Iya, Salma. Kalau kamu diambil juga, kan?" tanya Hamzah balik.
Salma tak kunjung menjawab, raut wajahnya malah berubah sendu lalu menggeleng.
" Loh gak diambil kenapa?" tanya Hamzah sedikit kecewa.
" Abi Umi gak mau Salma pergi jauh-jauh, Mas." jawab Salma.
Hamzah mengangguk faham dan mengerti, walaupun ia sedikit kecewa, tak bisa bertemu Salma lagi.
" Abi minta Salma mengabdi disini saja, Mas. Ngajar santri lain, katanya mengamalkan ilmu yang Salma dapat sejak dari Surabaya." sambung Salma.
Surabaya, Hamzah ingat sesuatu mnegenai kota itu. Disanalah kedua anak Abah Mukhlis belajar hingga tak pernah pulang. Ada dua anaknya Abah, satu putra dan satu putri. Mungkin Salma mengenal mereka, tapi tak mungkin Hamzah menanyakannya saat ini.
"Mas, kok malah ngelamun," ucap Salma menyadarkan Hamzah dari lamunannya mengenai anak Abah.
" Eh, maaf," jawab Hamzah cengengesan yang dijawab senyum oleh Salma.
" Oo baguslah tuh saran Abinya Salma. Dengan begitu, amal Salma lebih banyak dengan mengajarkan ilmu yang Salma punya. Dan ingat, ridho Allah bergantung ridho orang tua, jadi, kalo Abi dan Umi Salma, maunya Salma mengabdi disini,turutilah. Semoga Allah memberkahi setiap langkah Salma." ucap Hamzah menenangkan. Meski sorot mata Hamzah yang tajam, tapi ucapannya selalu menenangkan.
" Tapi, Salma kan juga pengen ambil beasisiwa itu, Mas. Gak semua orang bisa dapet beasiswa itu. Tapi, sama Abi malah gak boleh." gerutu Salma.
Hamzah tersenyum mendengarnya, " Salma, yakinlah Allah selalu punya rencana yang paling baik untuk setiap hambaNya. Jadi, Allah gak salah pilih untuk Salma," ucap Hamzah.
Salma masih cemberut, " Zaskia aja dibolehin sama orang tuanya, tapi tetep aja, Abi gak berubah fikiran." sambung Salma menggembungkan pipinya.
Lagi-lagi Hamzah tersenyum dan ingin sekali mencubit pipi chubby Salma," Salma dan Zaskia kan dua orang yang berbeda. Pasti beda pula cerita hidupnya, Salma ya Salma, Zaskia ya Zaskia. Gak bisa Salma jadi Zaskia atau sebaliknya. Karena setiap manusia tercipta dengan keunikan tersendiri dan tak bisa tergantikan."
Salma masih diam tak merespon ucapan Hamzah." Sudahlah Salma, tetap semangat ya. Ibaratnya manusia gadget dan Allah itu pencipta gadget. Kira-kira pencipta gadget lebih tau segalanya tentang gadget, termasuk mana yang baik dan buruk buat gadgetnya, gak?" tanya Hamzah yang diangguki Salma.
" Sama, Allah juga lebih tau mana yang terbaik dan mana yang buruk buat hambaNya. Karena manusia ciptaan dan Allah Penciptanya. Jadi, jangan ragu lagi, dan tetap semangat." sambung Hamzah yang diangguki Salma mantap.
" Sebenarnya aku juga sedih, Sal. Kamu gak ikut ke Kairo. Pasti suasananya akan berbeda jika kau ikut. Aku takut rindu jauh darimu, Sal. Jika Allah mengizinkanku menjagamu seutuhnya, pasti akan kulakukan, Sal. Walaupun harus bertaruh nyawa. Tapi, aku tetap yakin Sal,jika kita berjodoh sejauh apapun jarak yang memisahkan kita, pasti kita akan bersatu. Saat ini, aku hanya bisa menjagamu dalam setiap bait doaku, Sal. Semoga kau juga merasakan dan melakukan yang sana apa yang kulakukan Sal." guman Hamzah dalam hati.
" Terimakasih ya, Mas. Udah meyakinkan Salma." ucap Salma dengan senyum menghiasi wajahnya.
" Iya sama-sama."jawab Hamzah tersenyum juga.
" Mas." panggil Salma lagi, menarik perhatian Hamzah.
" Salma......... Salma........."
Tiba-tiba ponsel Hamzah berderimg. Tertulis nama Ibu disana.
" Nanti dulu ya, Sal. Aku angkat telpon dulu," pamit Hamzah yang diangguki Salma.
" Halo, Assalamualaikum, Bu." ucap Hamzah sopan mengangkat telpon.
".........."
" Pulang? Sekarang?"
".........."
" Apa? Yang bener,Bu?" tanya Hamzah pada Ibunya, kurang percaya.
"......."
" Beneran, Bu? Bapak?"
"........"
" Iya, Hamzah usahakan ya,"
"......"
" Yaudah, Hamzah mau izin dulu, Bu. Assalamualaikum" tutup Hamzah.
Hamzah menghadap Salma yang menunggunya, " Salma, Abah ada dirumah kan?" tanya Hamzah pada Salma.
" Kayaknya sih, ada  Mas." kawab Salma.
" Yaudah, aku pamit dulu ya,mau izin ke Abah, Assalamualaikum." pamit Hamzah tanpa menunggu jawaban Salma.
Hamzah berlalu menuju ndalem setengah berlari, karena keadaan yang sangat genting. Sesampainya di ndalem, Abah langsung menyambutnya dan Hamzah langsung menyampaikan maksudnya. Alhaduliah, Hamzah diizinkan sehingga ia bisa langsung pulang hari itu juga.

Happy readimg
Barakallah fiikum

Story of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang