BAB 26

0 0 0
                                    

Keesokan harinya, Ayah dan Bapak telah berangkat berjualan sayur bersama. Bapak juga sudah menjual seluruh aset berharga di Pringsewu untuk memulai kehidupan baru di Jakarta. Ayah juga dengan senang hati membagi pekerjaannya dengan Bapak.
Hamzah mengusulkan, bahwa Bapak juga bisa bercocok tanam. Maka, akan lebih baik jika disamping berjualan, Bapak juga menanam sayuran di pekarangan rumah, agar mendapatkan untung yang lebih besar. Usul itu diterima oleh keduanya, bahkan segera dimulai.
Esok Hamzah harus kembali ke pesantren untuk melanjutkan pembekalannya. Namun, pihak keluarga belum ada yang mengetahui mengenai beasiswa itu, nanti malam Hamzah berniat menyampaikan dan meminta izin orang tuanya.
" Bu, nanti malam ada acara gak?" tanya Hamzah pada Ibu yang sedang memasak.
" Enggak tau, Zah. Coba tanyakan Bundamu." saran Ibu.
" Oo baiklah," jawab Hamzah lalu pergi.
" Besok jadi ke pondok, Zah?" tanya Ibu.
" Insya Allah, Bu," jawab Hamzah.
Hamzah lau pergi menemui Bunda yang sedang menyapu halaman rumah. Sejak satu rumah, Ibu dan Bunda selalu berbagi tugas rumah. Bahkan, Bunda mengakui bahwa masalan Ibu lebih enak daripada masakan Bunda, karenanya tugas memasak sering dilakukan oleh Ibu, sedangkan Bunda lebih sering melakukan pekerjaan lainnya.
" Bunda," panggil Hamzah menghentikan kegiatan menyapu Bunda.
" Iya?" jawab Bunda.
Hamzah mendekat lalu berkata, " Nanti malam ada acara apa Bun?" tanya Hamzah dengan pertanyaan yang sama dengan yang ia ajukan pada Ibu.
"Eummmm..... Kayaknya gak ada acara apa-apa deh, Zah. Kenapa?" tanya Bunda.
" Bapak sama Ayah berarti dirumah kan, Bun?" tanyanya lagi.
" Yaa kalo mereka gak ada jadwal pengajian ya dirumah, tapi kayaknya gak ada jadwal deh, soalnya kan nanti malam, malam kamis, jadwal pengajiannya malam jum'at." jelas Bunda.
" Eummm oke deh, Bun." jawab Hamzah.
" Emangnya kenapa, Zah?" tanya Bunda.
" Iya kenapa? Daritadi nanya itu aja?" ucap Ibu tiba-tiba dibelakang Hamzah.
" Oo dah nanya sama Mba Fatimah juga?" tanya Bunda yang diangguki oleh Ibu.
" Hayoo kenapa? Gak biasa-biasanya aja nanyain gitu?" tanya Bunda menyelidik.
"Hamzah hanya cengengesan," Yaudah, nanti malam, seusai makan malam kita ngobrol ringan ya, ada yang pengen Hamzah sampaikan," ucap Hamzah malu-malu.
" Biasanya juga ngobrol ringan kali, Zah." sanggah Bunda.
" Hayoo mau ngomongin, calon mantu kami ya, Zah?" Ibu meledek dengan menaikkan alisnya.
Calon mantu, membuat Hamzah teringat dengan Salma. Gadis manis yang diam-diam dia idam-idamkan. Tanpa sadar selalu terselip namanya dalam lantunan doa-doa panjangnya. Apa kabar dia? Kemarin, sepertinya ia hendak mengungkapkan sesuatu, tapi terpotong telpon dari Ibu. Semoga dia baik-baik saja.
Tanpa disadari Hamzah melengkungkan senyum yang diperhatikan oleh kedua Ibunya.
" Eh Mba, kayaknya beneran kita mau dapat menantu baru, Hamzah ditanyain malah senyum-senyum. Biasanya mah iya kalo gitu mah," ucap Bunda pada Ibu.
" Iya kayaknya deh, liat aja nanti." dukung Ibu.
Hamzah tersadar dari lamunannya, " Ihh apaan sih Bu, Bun. Bukan tau!" sanggah Hamzah.
" La terus apa? Ditanyain menantu malah senyum-senyum?" tanya Ibu.
" Nanti aja bareng Ayah dan Bapak, abis maghrib, aku kasih tau. Kalo masalah menantu, doakan saja, hahahahaha" ucap Hamzah diakhiri tawa lalu berlari menjauhi kedua ibunya yang terkekeh.

_____________

Makan malam telah selesai, Ibu dan Bunda segera membenahi meja makan.
" Ada apa, Zah? Katanya Ibu sama Bunda ada yang mau disampaikan?" tanya Ayah mengawali pembicaraan malam ini.
" Calon mantu ya?" tanya Bapak menggoda.
Hamzah mengalihkan pandangan pada kedua Ibunya," Ishhh Ibu sama Bunda ini" gerutunya.
" Bukan Yah, bukan Pak." sanggah Hamzah.
Hamzah menghelas nafas panjang," Jadi gini, Yah, Pak,Bu, Bun. Hamzah dapat beasiswa kuliah di Kairo." ucap Hamzah.
" Alhamdulillah," jawab mereka serentak.
" Nah, berangkatnya tiga minggu lagi, gimana? Hamzah diizinkan kan?" tanya Hamzah memastikan.
Wajah keempat orang tuanya mendadak lesu, apalagi Ibu dan Bapak.
" Kok kamu gak bilang-bilang sih, Zah. Kabarnya sejak kapan?" gerutu Ayah.
" Kabarnya sih sejak tiga tahun yang lalu, Yah. Tapi waktu itu aku kurang yakin bisa dapat, jadi aku gak bilang-bilang takut gak kesampaian. Tapi ternyata, Alhamdulillah Hamzah lulus. Jadi baru ngasih tau sekarang deh. Maafin Hamzah ya," teramg Hamzah pada mereka.
" Sebenarnya Bapak keberatan, Zah. Baru saja Bapak ketemu kamu, udah pergi aja." gerutu Bapak membuat Hamzah merasa bersalah.
Setelah beberapa saat saling diam, akhirnya Ayah angkat suara.
" Yasudah, kamu kami izinkan. Pasti kamu sangat menginginkan beasiswa ini kan? Kami izinkan, Zah. Semoga ilmunya bermanfaat ya dan jangan lupa selalu berbagi kabar ke kami." ucap Ayah tersenyum.
Hamzah menatapnya berbinar, " Benarkah?" tanyanya yang diangguki oleh mereka.
" Alhamdulillah," jawab Hamzah.
" Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin, Nak." ucap Ibu.
" Baik, Bu. Hamzah janji gak akan mengecewakan kalian." janji Hamzah.
" Sejak dahulu kamu memang kebanggan kami,Nak." sambung Bunda.

Happy reading
Barakallah fiikum

Story of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang