BAB 4

3 3 0
                                    

Hamzah kembali ke ndalem dengan senyum masih terukir dibibirnya. Ia tersenyum mengingat tingkah manis gadis itu. Gadis yang baru saja ia jumpai dan belum diketahui namanya.
" Astaghfirullah, kok aku malah mikirin gadis itu sih. Gak boleh! Ya Allah zina fikiran!" ucap Hamzah merutuki diri sendiri.
Hamzah melanjutkan langkahnya menuju ndalem mengantarkan bubur ayam pesanan Abah. Sesampainya didepan pintu, ia dikejutkan dengan Mas Rizal dikasus dengan seorang perempuan. ' Ada masalah apa ini?" batinnya.
" Dia yang mengawali Bah, dia menarik saya lalu mulai menyuruh saya membuka baju. Padahal saya gak mau Bah, tapi Rizal memaksa saya Bah." ucap Perempuan itu sesegukan.
Mas Rizal nampak frustasi dengan ulah perempuan disampingnya.
" Benar yang dikatakan Rere, Zal?" tanya Abah yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Mas Rizal.
"Rere kayak gak asing deh." monolog Hamzah mengingat sesuatu.
"Oo Iya Rere." monolog Hamzah ingat siapa Rere sebenarnya.
Rere adalah gadis yang mencintai Mas Hamzah sejak  SD kelas 4. Ia kerap kali mengungkapkan rasa cintanya pada Mas Rizal dan mengajak pacaran, tetapi Mas Rizal teguh pada pendiriannya untuk tidak berpacaran. Namun Rere tak putus asa, ia tetap berusaha meraih cinta Mas Rizal dengan berbagai cara. Bahkan, pernah menawarkan kesucian dirinya pada Mas Rizal. Tentu saja Mas Rizal menolak keras dan memberikan beberapa pencerahan pada Rere. Namun apalah daya, Rere juga keras kepala. Ia teguh pada pilihannya, bahkan saat ia frustasi, tak jarang ia bermain diclub bersama lelaki hidung belang.
Hamzah segera menyerahkan bubur ayamnya lada umi di dapur lalu berlari ke kamar mengabari Azzam.
_________

" Zam, Azzam!" teriak Hamzah membangunkan Azzam yang tidur seusai mengaji subuh tadi.
" Azzammm, bangun Zam,Mas Rizal kena kasus." seru Hamzah lagi.
" Apa sih Zah, nganggu orang tidur aja, hoam." jawab Azzam menguap dan mengerjap-ngerjapkan mata.
" Mas Rizal Zamm,Mas Rizal." pekik Hamzah
" Mas Rizal dikasus sama Rere." sambung Hamzah.
" Rere? Rere siapa?" jawab Azzam nampak berfikir meski bangun tidur.
" Oo Rere fans fanatiknya Mas Rizal itu ya, Zah?" terus Azzam.
" Nahh iyaa bener." sahut Hamzah.
" Kamu tau darimana Zah?" tanya Azzam.
Hamzah menceritakan apa yang ia lihat, tanpa mengurangi atau melebihkannya sedikit pun. Azzam mendengarkannya dengan seksama tanpa mencuci muka terlebih dahulu setelah bangun tidur.
" Buset, dikira Mas Rizal kegatelan sama cewek? Sampek suruh Rere buka baju segala?" tanggapan Azzam seusai selesai menceritakan.
" Gila ya tuh perempuan, zaman semakin akhir." sambung Azzam sedikit emosi.
Hamzah hanya menganguk-angguk merespon Azzam. Ia nampak berfikir mencari solusinya, terlihat dari kedua alisnya yang menyatu.
" Kita harus cari solusinya Zah." ucap Azzam
" Ini aku juga lagi mikir Zam. Tadi Mas Rizal kemana?" seru Hamzah mulai mencari ide.
" Mas Rizal, piketlah. Kan dia jadwalnya piket belakang hari ini." ucap Azzam mengingat jadwal Mas Rizal.
" Piket"
" Ada apa dengan piket?" sambung Hamzah berfikir.
" Buang sampah lewat gerbang belakang." ceplos Hamzah menduga.
" Mas Rizal gak mungkin ketemu Rere dari gerbang depan karena aku ada disana beli bubur ayam buat Abah. Kalo ada keributan pasti aku tau. Kalo di gerbang belakang bisa aja, kan buang sampahnya disana." jelas Hamzah.
" Bisa jadi gitu Zah." jawab Azzam.
Mereka saling diam beberapa saat saling berfikir mencari jalan keluar. Mereka yakin Mas Rizal tidak akan berperilaku seperti itu. Mas Rizal memiliki akhlak yang baik, berpengetahuan agama yang dalam, dan sangat canggung saat bersama perempuan. Tidak logis jika Mas Rizal meminta Rere membuka baju.
" Zah, gimana kalo kita nemui Mas Rizal dulu, pasti disana pada menghakimi Mas Rizal. Kita kesana buat ngasih dukungan yuk." usul Azzam.
" Oo iya bener juga Zam, tadi aku lihat disana juga pada gak nyangka gitu sama Mas Rizal, yuk." ucap Hamzah sambil berdiri diikuti Azzam dengan muka bantal.
Kabar buruk itu sudah menyebar keseluruh pesantren dengan sangat cepat. Sepanjang perjalanan dari kamar ke ndalem banyak sekali umpatan-umpatan yang ditujukan untuk Mas Rizal. Hamzah dan Azzam berusaha menahan emosinya mendengar segala umpatan itu.
Sesampainya dihalaman ndalem mereka dikejutkna dengan dua orang polisi yang membawa Mas Rizal dan Rere.
" Loh kok da polisi segala sih Zah? Biasanya kan langsung dinikahin sama Abah, atau diselesaikan secara kekeluargaan, gak pake undang polisi segala kan?" ucap Azzam sepemikiran dengan Hamzah.
" Iya kok aneh ya," jawab Hamzah.
Kedua polisi itu berjalan mendekati tempat mereka berdiri. Hamzah segera menghampiri polisi itu," Maaf Pak, teman saya mau dibawa kemana ya Pak?"
" Temannya akan kami bawa ke kantor polisi Dek, untuk dimintai keterangan." jawab Pak Polisi itu.
" Emang teman saya terkena kasus apa ya, Pak?" tanya Hamzah memastikan.
" Temannya terkena kasus pengguna dan pendistribusian narkoba yang sudah kami cari sejak lama, terutama yang perempuan." jawab Pak Polisi.
" Apa?!!" jawab Hamzah dan Azzam bersamaan.
Hamzah dan Azzam melongo mendengar penjelasan polisi tersebut. Seakan tersambar petir di pagi hari. Kabar itu benar-benar diluar dugaan mereka. Kedua polisi itu berlalu meninggalkan Hamzah dan Azzam yang masih tak percaya, sedangkan Mas Rizal nampak pasrah, tak tau harus berbuat apalagi. Berbeda dengan Rere yang mendongakkan wajah dengan senyum smirk terukir jelas dibibirnya.

Apa kabar semua? Semoga sehat yaa
Maaf kalo ceritanya bosenin ya..
Eh kalo mau lebih dekat kenal sama aku, bisa cek di IG:@nida.nuria
FB: Nida Nuria

Happy reading
Barakallah fiikumm

Story of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang