BAB 3

8 3 0
                                    


Mas Rizal memasuki kamar, lalu tertawa sendiri bahkan terbahak-bahak. Membuat Azzam dan Hamzah bingung sekaligus merinding.
" Zam, itu Mas Rizal kenapa?" tanya Hamzah pada Azzam yang sama bingungnya.
" Gak tau juga aku Zah, tiba-tiba dateng kok ngakak gtu." jawab Azzam berbisik.
" Kok aku takut ya, liat Mas Rizal Zam, takut dia kenapa-napa." ucap Hamzah.
" Iya sama aku juga Zah, jangan-jangan Mas Rizal kesambet setan lorong depan Zah. Kan katanya banyak penunggunya disitu." duga Azzam.
" Iya apa Zam? Kok aku baru tahu?" jawab Hamzah tak percaya.
" Lahh kamu mah gak update Zah. Mending kita pergi aja, laporin ke Ustadz Hanan, biar Mas Rizal diruqyah. Serem aku liatnya." usul Azzam.
" Nah bener, yok." setuju Hamzah, bersiap menemui Ustadz Hanan.
Tiba-tiba tangan Hamzah ditarik oleh Mas Rizal, disusul ia berkata," Enak aja kalian bilang aku kesambet. Aku nih punya cerita lucu mau dengerin gak?" tanya Mas Rizal.
Tiba-tiba Azzam dateng,"A'udzubillahiminassyaithonirrojimm, hus hus pergi kamu dari tubuh Mas Rizal. Mas Rizal punya salah apa sama kamu hah? Pergi! Pergi! Keluar! " teriak Azzam sambil memukul punggung Mas Rizal seteleh menyiramnya dengan segelas air.
Mas Rizal mengaduh kesakitan lalu dengan cepat ia membalikkan badan dan mencekal kedua tangan Azzam, " Zam, aku gak kesambet, kok malah kamu pukulin sih, sakit tau."
" Mas Rizal? Mas Rizal udah sadar?" tanya Azzam memegeng kening Mas Rizal memastikan baik-baik saja.
" Iya Zam, aku baik-baik aja," ucap Mas Rizal sebal.
" Terus kenapa ketawa-ketawa sendiri?" tanya Azzam.
" Aku punya cerita lucu, dikasih tau Haris tadi." jawab Mas Rizal.
" Cerita apa?" Hamzah ikut bicara.
" Kalian kenal Amir?" kata Mas Rizal membuka cerita.
" Mas Amir angkatanmu yang sombong itu, Mas?" ucap Hamzah memastikan.
" Yang suka bilang 'tak ada yang bisa menolak cintaku' itu kan, Mas?" tambah Hamzah.
" Nah iya cakepp, bener semua. Seratus buat kalian." jawab Mas Rizal sambil bertepuk tangan.
" Kenapa dia Mas?" tanya Hamzah mulai kepo.
" Hahahhaahah dia ditolak Salma malah ditembak Sisu hahhahahah" ucap Mas Rizal diikuti gelak tawa.
" Sisu? Orang gila yang suka seliweran itu?" tanya Azzam memastikan.
" Iya hooh hahhahahah" jawab Mas Rizal terus tertawa.
" Gimana ceritanya Mas?" tingkat kekepoan Azzam bertambah.
" Kan Amir udah naksir lama sama Salma. Nah tadi tuh waktu kami keluar kelas kebetulan tuh Salma lewat. Langsung deh Amir nyamperin Salma abistu mengugkapkan rasa cintanya ala-ala romantis gtu. Eh taunya Salma nolak. Kata Salma Amir bukan tipe pria idamannya Salma, hahahhaahaha" papar Mas Rizal terus tertawa.
" Nah penontonnya kan pada kecewa tuh, Amir Itu duduk ditanah nangis meratapi nasib. Ehh tiba-tiba si Sisu dateng nyamperin Amir bilang ' Aku mau jadi istrimu Mas' sambil kedip-kedip genit gtu. Spontan para penonton yang tadinya kecewa, ngakak abis gara-gara tingkah Sisu, hahahhhahah" cerita Mas Rizal.
" Hahahahahahahahahahahah" gelak tawa Hamzah dan Azzam pecah beberapa saat.
Hingga Hamzah angkat bicara, " Eh, Salma itu siapa?"
" Ya Allah Hamzah, Fahya Salma Khoirunnisa. Santri putri yang cantik, solehah, pinter, hafalannya kuat juga. Masa kamu gak tau? Parah deh," jawab Azzam sewot.
" Oo gak tau aku, siapa itu Sal..."
Perkataan Hamzah terputus oleh salam seseorang yang mengetuk pintu kamarnya," Assalamualaikum,"
" Waalaikumsalam," jawab mereka serentak. Azzam segera membukakam pintu.
" Mas Azzam dipanggil pengurus orang tuanya nelfon." katanya menyampaikan pesan.
" Oo iya, makasih ya." balas Azzam.
" Aku angkat telfon mama papa dulu ya, nanti kalian gak usah ambil jatah makan aku traktir bakso Mang Asep nanti ya." pesan Azzam sebelum pergi.
" Siap bos, laksanakan." jawab Hamzah dan Mas Rizal serempak dengan pose hormat saat upacara bendera.
__________

"Mang baksonya tiga mangkok ya, sama es tehnya tiga juga." ucap Mas Rizal memesan bakso sesuai janji Azzam tadi.
Jika ada telfon dari orang tua Azzam, pasti Azzam melarang Hamzah dan Mas Rizal mengambil jatah makan pondok yang rasanya luar biasa. Hamzah dan Mas Rizal tidak akan rugi membayar makan bulanan karena mereka santri berprestasi yang gratis biaya adminiatrasi makan, SPP, dsb.
Azzam selalu berbagi rezekinya pada kami, 'Uang sakuku terlalu banyak, separonya aja udah cukup. Makanya aku traktir kalian biar berkurang, sisanya buat tabungan akhirat hehehe' kata Azzam wakru itu. Jadi, tanpa diketahui Azzam sering infaq di maasjid secara diam-diam.
" Zam, setelah aku ditelfon Ayah dan Bunda semalam, aku lanjut disini aja deh Zam. Besok pagi aku bilang ke Abah." jelas Hamzah pada Azzam.
" Yang bener Zah?" tanya Azzam.
" Iya dong, semoga ini jalan yang terbaik." jawab Hamzah mantap.
" Alhamdulillah Ya Allah, emang kamu sahabat terbaikku Zah." seru Azzam spontan membuat Hamzah sedikit bingung.
" Barusan juga Mama Papa bilang kalo aku suruh lanjut disini aja. Soalnya Mama Papa mau ke Singapura setahun kedepan. Mereka khawatir kalo aku gak di pondok, bisa kena pergaulan bebas, narkoba, dll. Jadi mereka nyuruh aku sekolah disini aja Zah. Emang kalo sahabat gak kemana." terang Azzam memeluk Hamzah.
" Alhamdulillah jadi kita bareng sampek tiga tahun kedepan nih," ledek Hamzah.
" Iya dong hahhahaha" jawab Azzam.
Mas Rizal nampak asing dipembicaraan Azzam dan Hamzah, hanya diam menikmati baksonya.
" Semoga kita sahabat sesurga ya Zah, Mas Rizal." kata Azzam bijak.
" Aminn selalu mengingatkan dalam kebaikan." tambah Hamzah.
Mereka berpelukan ala-ala pria yang dilihat oleh para pelanggan bakso Mang Asep.
" Zah, kalo lebaran aku mudik ke rumahmu ya," minta Azzam.
" Siap Bro, rumah terbuka lebar buatmu Zam dan Mas Rizal." jawab Hamzah sumringah.
_________

" Alhamdulillah Ya Allah," jawab Abah pagi itu.
Seusai jamaah subuh, Hamzah langsung bergegas menemui Abah Mukhlis untuk menyampaikan keputusannya. Ia tak ingin Abah Mukhlis menunggu telalu lama. Beliau nampak bahagia mendengar keputusan Hamzah untuk melanjutkan pendidikan di Man Ana.
" Yaudah tunggu info masuknya aja ya Zah, nanti akan dikonfurmasikan oleh u
Ustadz Rahman. Untuk pendaftarannya, biar Abah yang daftarkan." terang Abah.
" Terimakasih banyak Bah," jawab Hamzah sopan.
Semoga ini adalah jalan yang terbaik tang dikirimkan Allah untuknya. Allah lah yang lebih tau mana yang baik dan mana yang buruk.
" Zah tolong belikan Abah bubur ayam depan gerbang itu ya, ini uangnya." perintah Abah.
" Oo baik Bah, saya berangkat dulu." pamit Hamzah.
Hamzah segera berlalu meninggalkan ndalem dan bergegas menuju tukang bubur ayam di gerbang pondok.
" Mang bubur ayamnya dua ya, dibungkus." pesan Hamzah pada tukang bubur ayam.
" Oke Mas, tunggu aja." jawab tukang bubur ayam.
Hamzah berjalan menuju tempat duduk yang disediakan. Tiba-tiba seorang gadis menabraknya, " Eh maaf Mas Hamzah." ucapnya.
" Oo iya gakpapa," jawab Hamzah tersenyum pada gadis itu.
Gadis manis, dengan mata yang teduh dan senyumnya yang menghangatkan.
Jilbabnya lebar menutupi sebagian tubuhnya rapi. Selalu menunduk tanda sopan nan patuh. Tanpa sadar Hamzah tersenyum manis melihat gadis itu.
" Mang bubur ayannya satu ya, cepetan bisa gak Mang?" ucap gadis itu.
" Aduhh gak bisa Mba, Mas itu duluan yang pesan Mba," jawab tukang bubur ayam.
Melihat ada keributan Hamzah angkat suara, " Emangnya kenapa Mba, kok kayaknya buru-buru?"
" Ini Mas temen saya sakit, mau makannya mood-moodan. Nah tadi tuh, dia mau makan bubur ayam Mas, makanya saya buru-buru." jelas gadis itu.
" Oo kalo gitu, duluan aja gakpapa Mang," ucap Hamzah pada  tukang bubur ayam.
" Terima kasih banyak Mas," ucap gadis itu menunduk sopan.
Hamzah tersenyum melihat gadis itu. 'Siapa ya namanya?' tiba-tiba terlintas dibenak Hamzah.

Haloo guyss,,
Up lagii nih, semoga suka deh heheheheh

So santai aja guyss
Happy reading
Barakallah fiikum

Story of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang