BAB 14

0 0 0
                                    

Seusai jamaah isya Hamzah dan beberapa rekan panitianya berkumpul di masjid. Ada Azzam, Malik, Ali, Salma, Zaskia, Zulfa, Saudah, Ustadz Bayu dan Ustadzah Fatimah. Acara kali ini akan membahas beberapa program kerja yang akan dilaksanakan untuk acara akhirussanah nanti.
Azzam tadinya kurang setuju dengan keputusan Hamzah saat tau bahwa Hamzah memilihnya menjadi wakilnya. Azzam merasa dirinya kurang mampu menjalankan tanggung jawab besar itu. Namun, Hamzah juga punya seribu cara untuk meyakinkan Azzam. Hingga Azzam benar-benar mau melaksanakan tanggung jawab itu.
" Sepertinya sudah lengkap, Zah. Silakan dibuka saja." ucap Ustadz Bayu.
" Baik, Tadz." jawab Hamzah.
" Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh," Hamzah membuka rapat malam ini yabg dijawab serentak oleh yang lain.
" Baik, mengingat waktu yang semakim malam. Langsung saja kita mulai rapat malam ini." ucap Hamzah setelah mengucapkan muqoddimah.
" Setelah saya mempelajari beberapa acara tahun lalu. Ternyata, santri ndalem atau santri yang mengabdi menjadi tumpuan kegiatan di acara. Bahkan mereka selalu saja didapur mengurus konsumsi dan sebagainya, tanpa melihat kegiatan diluar. Benar begitu?" ucap Hamzah yang disetujui anggota rapat yang lain.
" Nah, sedangkan tata cara menyajikan makanan, menghidangkan makanan, menyambut tamu, dan lain sebagainya merupakan kewajiban yang harus setiap santri terapkan ketika telah menjadi alumni. Maka, saya usulkan seluruh santri MA menjadi panitia. Dan kita berikan kesempatan kepada santri ndalem untuk menampilkan sesuatu. Bagaimana menurut kalian?" usul Hamzah.
Anggota lain nampak berfikir, hingga Ali angkat suara," Tapi Zah jika seluruh santri MA jadi panitia bagaimana dengan hafalan yang harus ditampilkan?"
" Nah untuk itu saya punya rencana, sebulan sebelum puncak acara sudah dilakukan ujian supaya ketika kepanitiaan telah berkurang bebannya." jawab Hamzah.
" Oo bisa Zah, bisa." jawab Ali.
" Mas Hamzah, apakah kepanitiaan santri MA itu dibagi putra dan putri?" tanya Salma .
" Tentu saja Salma. Kita bagi tugas antara putra dan putri. Putra bisa mengecat background, mendekor panggung, membagi undangan, dsb. Sedangkan putri, bisa mengatur desain panggung, membuat makanan, menentukan kostum, mencari ide penampilan, dsb. Dengan demikian, kita saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama." jelaa Hamzah.
" Jika semua santri MA ikut memasak apa tidak terlalu ramai Mas?" tanya Salma lagi.
" Nah, untuk masalah pembagiannya bisa Salma yang bagi untuk putri. Siapa-siapa yang tugas memasak, dll dan untuk putra biar saya yang bagi. Dengan demikian, tidak terlalu banyak berkumpul dalam satu pekerjaan yang membuat pekerjaan semakin tertunda. Bagaimana Salma?" jelas Hamzah rinci.
" Cukup jelas, Mas." jawab Salma mengangguk.
" Bagaimana yang lain? Ada yang ditanyakan lagi?" sambung Hamzah.
" Untuk santri ndalem mereka menampilkan apa Zah?" tanya Azzam.
" Santri ndalem biarlah mereka yang memilih, mau koor, drama, dsb. Silakan meraka yang menentukan, kita hanya memberikan tenggat waktunya saja." jawab Hamzah
" Apa kepanitiaan yang melibatkan santri MA ini juga sampai acara, Mas? Bagaimana jika meraka harus tampil?" sanggah Zaskia.
" Nah saat acara kita pilih beberapa orang yang memang tidak bisa ikut andil dalam acara. Misalnya, MC kan gak bisa ditinggal. Nah, khusus seksi acara yang bertugas mengulurkan mic, mengangkat kursi itu untuk santri ndalem putra. Namun, jika mereka jatah tampil maka santri MA lah yang menggantikan. Untuk komsumsi, parkir, dan sebagainya bisa kita bagi seperti ini. Kita ada 6 kelas dengan MTs ya ditambah santri ndalem 1 jadi 7 kelas. Nah Santri ndalem maju paling awal, untuk MTs beriap-siap, dan MA menggantikan posisi panitia. Nah, saat sudah masuk MTs kelas 2, kepanitiaan berganti dengan santri ndalem, santri MA bersiap-siap, kepanitiaan santri ndalem sampai acara selesai. Bagaimana?" jelas Hamzah sambil mencoret-coret di kertas.
" Jadi, semua ikut andil ya, Zah?" tanya Ali.
" Iyap betul, agar kita saling merasakan menjadi panitia dan dapat menerapkan saat lulus nanti." jawab Hamzah mantap.
" Mantap Hamzah. Tak salah Abah memilihmu, sejak beberapa tahun yang lalu santri ndalem mengeluh ingin tampil juga tetapi belum terwujud. Ditahun inilah akan terwujud, nanti Ustadz sampaikan ke mereka." ucap Ustadz Bayu yang sedari tadi menyimak.
" Alhamdulillah, sama-sama Ustadz." jawab Hamzah.
" Ada usul lagi?" tanya Hamzah mempersilakan anggota rapat mengemukakan pendapat.
" Eummmmm Mas Hamzah, saya pernah dengar di pondok-pondok lain sebelum akhirussanah mereka mengadakan lomba-lomba, gimana kalo kita juga mengadakan?" usul Salma.
" Lombanya untuk siapa Salma? Santri pondok atau dari luar?" tanya Hamzah memperjelas.
" Kalo mereka sih, santri pondok, Mas. Cuma kalo menurutku gimana kalo kota buat pesertanya dari luar saja , kita undang TPA, sekolah-sekolah, atau organisasi keagaam lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan pondok kita kepada pihak luar " jelas Salma.
" Aku setuju dengan Salma. Melalui ajang seperti ini lembaga-lembaga menjadi lebih terkenal dikancah manapun." setuju Malik yang sedari tadi diam.
" Benar Zah, selain itu kita juga bisa memperbaiki persepsi beberapa pihak masyarakat yang menganggap bahwa santri hanya bisa mengaji dan ceramah. Melalui ajang seperti ini perlahan mengenalkan bahwa santri juga tak kalah seperti siswa dari sekolah umum lainnya." sambung Zaskia.
" Saya pribadi setuju dengan pendapat yang kalian ajukan. Bagaimana yang lain?" jawab Hamzah.
" Setuju, Zah."
" Setuju, Mas."
" Bagaimana, Tadz? Apakah boleh seperti itu?" tanya Hamzah pada Ustadz Bayu.
" Ini merupakan progaram baru dan memberi dampak yang sangat baik untuk pondok. Nanti coba saya ajukan ke Abah ya," jawab Ustadz Bayu.
"Sembilan puluh persen, Insya Allah Abah menyetujui, melihat banyaknya dampak positif yang didapat." jawab Ustadzah Fatimah mendukung.
" Baiklah semoga beberapa pendapat kita direstui Abah." jawab Hamzah.
"Amiin." jawab mereka serentak.
" Saya kira cukup rapat malam ini, bisa kita sambung lain waktu. Saya akhiri Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh." tutup Hamzah mengakhiri rapat.

Happy reading
Barakallah fiikum

Story of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang