..28..

21 11 0
                                    

Happy reading🦄
Hope you guys enjoy my story
and feel free to share your opinion in the comments^-^

Rasa cinta aku ini ada bukan karena aku yang nyuruh dia buat muncul, tapi karena kamu. Kamu pemancarnya. Gimana aku bisa hilangin, kalo kamu terus-terusan mancarin cahaya kamu ke aku kayak matahari?!
-

Violen turun dari motor hitam sambil menahan senyumannya. Laki-laki yang mengantarnya masih menggunakan helm nya, sesaat kemudian barulah ia lepaskan. Pandangannya jatuh pada Violen yang meliriknya, terlihat malu-malu entah karena apa.

"Makasih yah kak," ucap Violen dengan tulus.

Ia tersenyum manis, memperlihatkan gigi putihnya. Raya mengangguk pelan. selama dua hari belakangan ini, Raya tiba-tiba saja selalu datang untuk mengantar jemput dirinya. Violen sendiri bingung, darimana laki-laki itu tahu letak rumahnya, namun Raya hanya mengatakan bahwa itu adalah rahasianya.

Raya dengan perhatian membukakan helm yang masih berada di atas kepala Violen, padahal Violen tak memintanya. Tentu saja perbuatannya langsung memunculkan semburat merah di kedua pipi Violen.

Violen menahan senyuman malunya, dan mengalihkan pandangannya lagi. Ia melirik Raya, laki-laki itu juga tengah menatapnya lembut. Helmnya pun sudah terlepas, dan Raya gantungkan pada tangan kirinya.

"Kakak gak mau mampir dulu?"

Raya terlihat seperti menimbang-nimbang pertanyaan Violen di pikirannya. Belum sempat ia menjawab, bunyi klakson terdengar memutuskan obrolan mereka.

Pandangannya Violen dan Raya langsung tertuju ke arah sebuah mobil hitam yang pelan-pelan berhenti di depan rumahnya. Gadis itu yang seolah tahu siapa pengemudinya, langsung cepat-cepat membukakan pintu pagar dibantu oleh Raya.

"Motornya di bawa masuk aja dulu kak," ujar Violen. Raya mengangguk menurut. Ia membawa masuk motornya ke parkiran rumah Violen, diikuti mobil hitam tadi yang berhenti di samping motor milik Raya.

Sesaat kemudian Ayah Violen keluar dari dalam mobil hitam itu. Ada keterkejutan di mata Raya saat melihat pria itu keluar dan mengambil tas juga jaketnya dari kursi tengah. Namun Violen tak terlalu memperhatikan Raya, tatapannya tertuju pada sang Ayah dengan senyuman senang.

"Ayah."

Ayahnya tersenyum. "Kamu baru pulang nak?"

Violen mengangguk sebagai jawaban. Tatapan mata Ayah terarah pada Raya yang tengah menatapnya dengan pandangan kaget juga gugup. Violen tersadar akan sesuatu, Ia langsung berucap cepat, "Kenalin Yah, ini kak Raya."

Pria itu terdiam sesaat dengan wajah yang juga kaget, namun ia langsung tersenyum kecil. "Iya nak, Ayah kenal kok sama nak Raya."

Violen mengernyit saat mendengar ucapan sang Ayah, gadis itu langsung bingung dan juga terkejut. "Hah? Ayah udah kenal sama kak Raya? Kok bisa? Sejak kapan? Kok aku gak tahu?"

Ayah geleng-geleng kepala mendengar pertanyaan beruntun dari anak gadisnya. Ayah pun mengacak pelan puncak kepala anaknya, lantas berucap, "Kamu itu masih sama kayak dulu, kalo udah penasaran nyerocos terus."

Violen langsung nyengir mendengar ucapan Ayahnya.

"Kita masuk ke dalam aja dulu, nanti ngobrolnya di dalem. Sekalian makan, Ayah udah laper soalnya, kalian juga pasti udah laper."

Violen mengangguk menyetujui usulan Ayah. "Kak Raya juga ikut ya," ajak Violen. Gadis itu pun menoleh pada Raya dan melemparkan tatapan memohon.

Ayah juga ikut berucap, "Nak Raya juga ikut masuk saja, kita makan bareng di dalam."

ViolenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang