Happy reading
And hope you guys enjoy my story⭐Hari itu tepat tanggal 28 Mei. Waktu itu siang hari, saat-saat kemacetan terjadi di jalan raya yang ada di kota, karena saat-saat itu saat jam para pelajar untuk pulang ke rumah mereka.
Banyak kendaraan-kendaraan umum yang hilir mudik di antara mobil-mobil pribadi untuk mencari penumpang di sekitaran jalan yang mereka lalui. Banyak kendaraan umum yang juga terlihat di depan sebuah jalan yang bersebelahan dengan dua buah sekolah yang saling berseberangan.
Di depan kedua sekolah itu juga sedang ramai dengan para pelajar yang akan menaiki angkutan umum yang untungnya sudah berhenti di sana dan searah dengan jalur rumah mereka. Ada juga yang baru keluar dari dalam area sekolah, ada yang tengah menunggu jemputan mereka, atau sedang sengaja mengobrol sambil menunggu angkutan umum lain yang mengarah ke kediaman mereka.
"Fanda, Rere, gue duluan ya!"
"Eh? Lo mau pulang pake mikrolet Len?"
"Iya, bye."
"Hati-hati Olen."
Tiga orang gadis dengan seragam olahraga berwarna abu-abu dan putih keluar bersama dengan beberapa siswa-siswi lainnya. Seorang gadis berambut hitam panjang dan bergelombang berjalan menjauhi kedua sahabatnya sambil melambaikan tangannya. Ia berjalan ke dekat sebuah mikrolet biru yang sudah berhenti sejak beberapa saat yang lalu.
Ia langsung naik setelah bertanya apakah tempat tujuannya akan dilewati mikrolet ini, setelah diangguki oleh sang supir mikrolet ia pun masuk. Angkutan umum itu terlihat masih belum penuh, hanya ada enam orang termasuk Olen yang baru masuk.
Gadis itu duduk di paling ujung, dekat dengan jendela besar dibagian belakang. Ia duduk berhadapan dengan seorang ibu-ibu yang bersama anak laki-lakinya. Mereka terlihat baru pulang dari pasar, ada beberapa belanjaan yang terdapat di dekat kaki sang ibu sedangkan anaknya tengah memperhatikan ke luar jendela. Disamping sang ibu-ibu dan anak laki-lakinya itu duduk dua anak laki-laki berseragam putih-biru yang kelihatannya seumuran dengan Olen. Keduanya sama-sama tengah sibuk dengan handphone mereka.
Sedangkan hanya dua orang wanita saja yang duduk sekursi dengan Olen. Keduanya tengah berbincang mengenai akhir pekan mereka yang dimana salah satu diantara mereka--wanita yang rambutnya diuraikan dan berponi--harus terbang ke luar kota untuk menjenguk keluarganya.
Olen mengalihkan pandangannya ke arah jendela di samping kirinya. Ia memperhatikan beberapa anak-anak sekolahnya yang masih berdiri sambil ngobrol dan menunggu kendaraan atau angkutan umum yang akan mengantarkan mereka ke rumah mereka. Ia tersenyum saat samar-samar masih dapat melihat Fanda dan Rere yang ternyata masih berdiri di dekat halte sambil ngobrol.
Kedua sahabatnya itu tak berdiri lama di sana, karena beberapa saat kemudian sebuah mobil merah berhenti di depan halte dan Rere juga Fanda langsung bergegas masuk. Olen mengenali mobil merah itu, mobil itu milik tante Lena, mama Rere. Itulah sebabnya Rere memilih duduk di depan, padahal ia lebih suka duduk di kursi bagian tengah. Olen sendiri masih tak mengerti mengapa gadis itu tak terlalu suka untuk duduk di kursi penumpang bagian depan. Sedangkan Fanda juga ikut karena arah rumahnya sama dengan Rere, meskipun memang jarak rumah keduanya masih tergolong jauh.
Mikrolet itu masih berhenti sambil menunggu mungkin saja ada penumpang lain yang akan masuk. Si supir masih berseru dari tempat duduknya kearah jendela di sebelah kirinya, memperhatikan beberapa pelajar yang berdiri ataupun lewat di trotoar jalan depan sekolah itu.
Suara telepon bergema, membuat perhatian gadis bernama Olen itu teralih ke saku roknya. Ia langsung mengeluarkan handphonenya yang masih berteriak dan menarik perhatian anak laki-laki yang duduk bersama ibunya. Olen tersenyum saat melihat siapa yang menelfon dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violen
Teen FictionMencintai seseorang itu hal terindah dan ajaib yang pernah ia rasakan. Rasa aneh yang tak pernah ia rasakan, disaat orang yang sangat ia sayangi membencinya. Rasa aneh yang entah mengapa selalu bisa membuat ia tersenyum dan berdebar-debar tak karuan...