Olen sudah berjalan keluar dari mini market itu bersama dengan Om Geri. Ia beberapa kali terlihat celingak-celinguk mencari seseorang, namun akhirnya berpendapat bahwa mungkin saja orang yang ia cari itu sudah pergi. Ia agak sedikit kecewa, terlihat dari kedua manik matanya. Namun rasa kecewa itu langsung hilang saat ia sudah bertemu kembali dengan kedua sahabatnya.
Mereka akhirnya mulai pergi meninggalkan area mini market. Fanda Dan Rere mulai memakan es krim yang mereka beli. Saat Olen memberitahu mereka bahwa ia mencari kedua sahabatnya itu sejak tadi, Fanda dan Rere juga menjawab bahwa keduanya juga mencarinya.
"Tapi kok kita gak papasan ya?"
Fanda menoleh, kemudian terlihat berpikir sebentar. "Entah, kita berdua juga bingung waktu nyariin lo," ujar Rere. Fanda mengangguk.
"Eh, tapi tadi gue ketemu sama kak Raya loh," ucap Fanda dengan semangat. Rere yang sudah akan memasangkan headset di telinganya langsung berhenti dan menatap penuh minat kearah Fanda. Om Geri juga terlihat ingin tahu tentang seseorang yang baru saja disebutkan oleh anaknya, ia menoleh sesaat dengan tatapan penuh selidik dan sedikit curiga. Sedangkan Olen sendiri langsung terdiam saat mendengar ucapan Fanda.
"Serius Fan? Lo ketemu di ma-"
"Raya ini siapa?" Om Geri tiba-tiba saja bertanya, memotong ucapan Rere yang langsung terdiam dan membeku. Ketiga gadis berseragam sma itu sama-sama terdiam dan saling berpandangan, ketiganya sama-sama terkejut. Namun Rere dan Olen sama-sama langsung memalingkan wajah mereka kearah jendela saat menatap Fanda yang terlihat gugup dan bingung mau menjawab apa. Gadis itu sudah kembali duduk manis di tempatnya dan diam, mungkin sambil memikirkan jawaban yang tepat agar Papa nya tak penasaran dan ragu.
Rere sudah menahan tawanya sambil menutup mulut dengan sebelah tangannya. Olen sendiri sebenarnya sudah menerka dari awal, saat Fanda mengucapkan nama kakak kelas mereka itu, bahwa hasilnya akan seperti ini. Karena di kendaraan beroda empat itu bukan hanya ada mereka bertiga saja, namun ada Om Geri juga, dan mereka sudah melupakannya saking semangatnya.
"Raya ini siapa dek?" Om Geri kembali bertanya. Kali ini melirik ke arah anak gadisnya yang masih diam sambil sesekali menoleh kearah Rere yang tak mau menatapnya. "Pacar salah satu dari kalian ya?" tanya Om Geri lagi dengan santai sambil melirik kearah Rere dan Olen melalui kaca kecil di dekatnya
Olen langsung menggeleng kuat. "No. Big no, sir!" Gadis itu dengan tegas mengucapkan semua kata-kata itu. Membuat Om Geri menatapnya dengan tatapan geli dan tertawa pelan. Olen memang terlihat kesal dan tak setuju, lain halnya dengan kedua sahabatnya yang masih diam dan terlihat seperti memikirkan sesuatu. Ah, Olen tahu apa yang mereka tengah pikirkan sekarang, dan itu membuat pikiran jahilnya keluar.
"Fanda pacarnya si kakak itu Om Geri," ungkap Olen dengan wajah serius. Ia melirik Fanda yang sepertinya sudah terbangun dari angan-angan nya dan menoleh kearah Olen dengan pandangan terkejut dan sedikit bingung.
"Hah? Ko-"
"Kamu udah punya pacar, Fanda?" tanya Om Geri tak percaya. Laki-laki itu bahkan beberapa kali menoleh kearah Fanda dengan pandangan terkejut dan tak percaya. Olen tersenyum geli melihatnya, sedangkan Fanda sendiri hanya dapat mendengus dan menghela napasnya.
"Waduh, anak Papa udah mulai berani ya," ujar Om Geri dengan senyuman jahilnya. Rere sudah tertawa tanpa suara di belakang, sedangkan Olen masih tersenyum geli. Ia tahu Fanda kesal jika sudah mulai di goda oleh Papanya.
"Pa.." Fanda berucap tertahan, gadis itu kembali menghela napasnya. Tak berniat lagi untuk meminta agar Papanya berhenti menggodanya. Om Geri sendiri sudah tertawa, sebelah tangannya sudah menepuk pelan puncak kepala anak gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violen
Teen FictionMencintai seseorang itu hal terindah dan ajaib yang pernah ia rasakan. Rasa aneh yang tak pernah ia rasakan, disaat orang yang sangat ia sayangi membencinya. Rasa aneh yang entah mengapa selalu bisa membuat ia tersenyum dan berdebar-debar tak karuan...