⭐Happy reading :)
🐧jangan lupa tinggalkan jejak ;)Aku terkadang iri dengan gadis yang langsung bisa membuat mu jatuh hati. Dia bahkan tak perlu melakukan banyak hal hanya untuk mendapatkan perhatian mu, karena kamu selalu memperhatikannya.
—Deringan lonceng bergema di sepanjang koridor melalui pengeras suara. Guru bahasa Belanda yang mengajar di kelas Olen keluar setelah seluruh siswa memberi salam penutup.
Olen cepat-cepat mengemas barang-barangnya ke dalam tas. Ia terus bersenandung pelan dan senyumnya tak bisa luntur. Gadis itu sangat terlihat bersemangat, dan itu mengundang tanya Fanda.
"Lo kenapa?"
"Gue? Gak pa-pa," ujar Olen santai, "emang gue kenapa?" Ia menatap Fanda dengan pandangan bingung namun senyum lebarnya tetap terlihat jelas.
Fanda sedikit mengernyit. "Lo terlihat... terlalu bersemangat, dan tidak seperti Olen yang biasanya," ungkap Fanda dengan hati-hati. Pandangannya terus tertuju pada Olen yang sudah selesai memasukan semua buku dan perlengkapan lain ke dalam tasnya.
Olen menoleh kearah Fanda."Well, setiap orang pasti akan berubah kan. Lagipula, bersemangat itu bagus tahu. Pikiran gue jadi lebih lurus dan positif," tutur Olen dengan pandangan yang menerawang, sedetik kemudian ia kembali tersenyum lebar lalu terkekeh pelan. Dahi Fanda berlipat melihat sikap aneh Olen.
"Berarti selama ini pikiran lo gak lurus nih?"
"Hahah! Ya, enggak dong, Fanda ku sayang." Olen mencolek dagu Fanda. Sahabatnya itu langsung menepis tangan Olen yang sudah menjauh, wajahnya mengernyit geli dan jijik. "Lo kenapa sih, Len?"
Olen hanya tertawa mendengar nada khawatir dan pertanyaan Fanda. "Gue pergi duluan ya," ujar Olen cepat dan langsung berjalan menjauh.
"Eh, mau ke mana?" seru Fanda cepat, ia juga sudah ikut berdiri.
"Pertemuan ekskul." Olen melambaikan tangannya pada Fanda, lalu mengangat kedua alisnya pada Ando yang tersenyum kearahnya. Ia juga menyapa santai pada seorang gadis yang juga akan keluar dari kelas.
Fanda masih berdiri dengan dahi yang mengernyit bingung. Ia tak pernah melihat Olen terus-terusan tersenyum dan bersenandung sampai sejam lebih. Olen bahkan sangat bersemangat saat bunyi lonceng keluar berdering, terlalu bersemangat sampai guru bahasa Belanda mereka menegur gadis itu karena tiba-tiba saja berseru dengan bahagia.
"Dia kenapa sih?" bisik Fanda dengan bingung dan wajah yang khawatir. Pandangannya tak sengaja terarah pada Ando yang berdiri dengan tas coklat yang ada di bahunya. Laki-laki itu juga tengah menatapnya, Fanda melemparkan senyum bersahabat dan Ando membalasnya.
Namun laki-laki itu juga membalasnya dengan peragaan tangan yang membuat Fanda makin bingung dan tak bisa berpikir. Laki-laki itu menunjuk ke arah pintu dengan mulut yang berucap 'dia' tanpa suara. Lalu ia memperagakan dengan telunjuknya seolah ada sesuatu yang jatuh dari tempat yang tinggi, kemudian saat telunjuknya setara dengan dadanya ia tiba-tiba saja membuat bentuk cinta. Dan selama memperagakan dua hal terakhir itu, Ando tetap berucap tanpa suara, 'jatuh cinta'.
Kernyitan Fanda makin dalam dan wajahnya jadi bingung dan cengo. Ando sendiri kembali melemparkan senyum miringnya dan melambaikan pelan tangannya kearah Fanda yang masih bengong.
"Jatuh cinta?" gumam Fanda, "Kenapa dia selalu ngomong jatuh cinta sih?!" Fanda terdiam saat tak menemukan Ando di tempat laki-laki itu tadi berdiri. Gadis itu jadi berdecak kesal.
"Semua orang pada kenapa sih hari ini?"
Di lain tempat, Olen sekarang tengah berada di depan ruang koperasi masih berjalan menuju ke arah lapangan bulu tangkis atau voli yang berada di dekat gedung merah. Ia tersenyum riang dengan sesekali bersenandung kecil mendengar alunan lagu yang mengalun di gendang telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violen
Teen FictionMencintai seseorang itu hal terindah dan ajaib yang pernah ia rasakan. Rasa aneh yang tak pernah ia rasakan, disaat orang yang sangat ia sayangi membencinya. Rasa aneh yang entah mengapa selalu bisa membuat ia tersenyum dan berdebar-debar tak karuan...