..9..

59 40 31
                                    

⭐Happy reading
Dan mungkin di bagian akhir akan ada kata kasar, jadi maaf yah.
But, hope you guys enjoy my story. Feel free to share your opinion in comment.⭐


Sinar matahari masuk melalui jendela yang masih tertutup tirai putih. Olen sudah selesai mengikat rambutnya menjadi satu. Gadis itu kemudian mengambil tas hitam dari bangku, lalu handphonenya dan sebuah buku tebal yang berada di atas meja belajar.

Ia keluar setelah sekali lagi memperhatikan tampilannya di cermin. Kemeja putih, dasi hitam, jas putih berlogo sekolahnya di atas dada. Olen mengangguk menatap pantulan dirinya.

Tepat saat ia membuka pintu, Vano sudah berdiri di luar. Olen menatap sang kakak sekaligus menilai. Wajahnya terlihat segar, menandakan bahwa kakaknya memang sudah mandi, rambutnya juga di sisir rapi ke belakang. Kemeja flanel biru dengan celana kain, dan sepatu sneakers.

"Pasti ada kelas."

Vano menaikkan alisnya sebagai jawaban. Ia tersenyum. "Udah siap?" tanyanya, melirik tas Olen yang sudah di sandang dan buku tebal yang Olen pegang. Gadis itu mengangguk. Keduanya pun berjalan turun menuju tangga.

"Kita makan dulu, bibi udah nyiapin makanan tadi."

"Oke."

Setelah mereka selesai makan, Olen dan Vano langsung berangkat. Saat jam sudah menunjukan pukul 06.39 Olen akhirnya sampai di sekolahnya. Ia mengangguk saat kakaknya kembali mengingatkan agar dirinya hati-hati saat pulang nanti.

"Dah kak, hati-hati," ujar Olen. Ia melambaikan tangannya pelan sambil tersenyum.

Vano mengangguk, "Iya, kamu belajar yang baik ya, dek. Daa." Vano melambaikan tangannya, kemudian mulai menginjak pelan gas mobil dan kendaraannya pun mulai berjalan.

Olen memperhatikan mobil kakaknya sampai sudah agak jauh dan tertutup oleh mobil lain yang juga tengah melaju di jalan. Ia berbalik dan akhirnya masuk ke dalam lingkungan sekolah.

Jam pelajaran pertama di kelas X MIPA 2 merupakan Biologi. Guru pelajaran itu merupakan wali kelas mereka. Namanya Mr. Smith. Berumur 48 tahun, dan memiliki seorang istri dengan dua anak gadis yang sudah kuliah.

Mr. Smith mengenakan kemeja batik dengan celana kain hitam, kacamata bulat bertengger di atas hidungnya yang mancung. Tingginya hanya beberapa senti lebih pendek dari papan tulis putih yang ada di sampingnya.

"Fanda Evelin Stewart."

Nama Fanda di panggil dan gadis itu langsung mengangkat tangannya. Ia melemparkan senyum sopan pada sang guru yang mengangguk. Murid-murid lain juga memperhatikan Fanda, sama seperti Olen. Olen dan Fanda memutuskan untuk duduk bersama sejak mereka mengobrol bernama kemarin. Mr. Smith mulai memanggil nama-nama murid yang lain.

"Fernando Vero Mahesa," panggil Mr. Smith. Ando duduk di barisan pertama dari pintu masuk kelas yang terdapat di sebelah kanan, tempat laki-laki itu bersebelahan dengan jendela kelas. Olen duduk sederet dengan Ando, deret ke tiga dari depan. Laki-laki berambut biru abu-abu itu sudah mengangkat tangannya, dan Olen dapat mendengar bisikan-bisikan memuja dari beberapa gadis yang duduk di dekatnya.

"Dia yang waktu itu ngobrol sama lo kan?" Fanda menyikut Olen yang masih memperhatikan dan mencuri-curi dengar bisikan pelan dari gadis yang duduk di barisan meja di sebelahnya.

"Jangan ngomong keras-keras, banyak fans nya si Ando di kelas kita," bisik Olen dekat Fanda. Sahabatnya itu tertawa pelan dan juga ikut memperhatikan beberapa gadis yang duduk di dekat tempat mereka masih saja menatap kearah Ando yang sudah bersandar pada dinding di bawah jendela.

"Well, namanya juga wajah pangeran, mana ada yang gak suka."

Olen setuju dengan ucapan Fanda. Ando memang tampan. Wajahnya entah mengapa membuat Olen mengingat beberapa visual laki-laki tampan yang sering ia lihat di wattpad, ya meskipun wajahnya tak sangat mirip mereka namun Ando memiliki beberapa kesamaan. Bentuk wajah segi empat, mata tajam, alis mata tebal, dan hidung mancung beserta bibir seksi.

ViolenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang