⭐Happy reading :)
🐧jangan lupa tuk tinggalkan jejak ;)
❤and feel free to share your opinion in the comments ^-^Bisa tidak, sehari saja kamu tidak membuatku bertanya-tanya tentang keberadaanmu. Aku khawatir.
—Olen memperhatikan lamat-lamat pintu kantin. Siswa-siswi berlalu-lalang tak kenal henti. Namun seseorang orang Olen cari tak kunjung muncul. Gadis itu kembali menghela napasnya pelan.
"Mikirin kak Raya lagi ya?" bisik Rere tepat di telinga kanan Olen. Gadis itu tersentak, lantas mendelik kesal. "Kenapa lo selalu ngomongin tentang dia sih?"
Rere tersenyum geli mendapatkan pertanyaan kesal dari Olen. "Karena, sahabat gue selalu mikirin dia."
Olen menghela napasnya. "Terserah," jawabannya tak peduli. Jantungnya malah jadi deg-degan ketika Rere mengatakan hal terakhir tadi. Entah mengapa terasa seolah ia sudah ketahuan bahwa dirinya selalu memikirkan Raya, padahalkan tidak! Iyakan?
Tatapan Olen kembali melirik ragu ke tempat yang sedari tadi ia amati. Namun sekali lagi, laki-laki yang terus ia cari masih tak nampak. Tapi, ia malah melihat Tyan datang ke meja mereka. Ia tersenyum kecil saat laki-laki itu berdiri di samping meja mereka. Namun tak seperti biasanya, tak ada rasa deg-degan yang dapat membuatnya gugup.
"Halo semuanya," sapa Tyan dengan sopan. Olen melirik kearah Fanda. Sahabatnya itu tengah memperhatikan Tyan dengan senyuman manisnya. Olen tak pernah melihat Fanda dengan tatapan malu-malu dan senang seperti sekarang.
"Hai kak Tyan." Rere yang menyapa saat yang lainnya hanya diam. Syakila yang duduk di depan Olen memperhatikan gadis itu.
"Gue boleh gabung?"
Rere langsung mengangguk dengan semangat. Olen sendiri agak terkejut, namun ia tetap berusaha untuk tenang. Ia berusaha untuk menggeser tempat duduknya, namun Tyan malah berjalan dan duduk di samping Fanda. Keduanya terlihat saling melirik sesaat, dan tersenyum.
Olen melihat semua interaksi keduanya. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya. Rasa aneh itu makin kian membuncah. Namun otaknya malah mulai memikirkan jika saja Raya duduk di sampingnya, laki-laki itu pasti akan membuat Olen dapat melupakan hal-hal ini.
Jika saja.
-÷-
"Yaudah, yuk."
Besoknya saat pulang sekolah, Olen dan sahabat-sahabatnya sudah berdiri di parkiran. Olen mengangguk singkat pada Rere dan juga Fanda yang akhirnya memasuki mobil Fanda. Olen sendiri berjalan ke arah mobil merah di samping Fanda yang merupakan kepunyaan Ando, laki-laki itu masih berdiri di dekat pintu kemudi sambil memperhatikan Olen hingga masuk, barulah ia juga ikut masuk.
Mobil Ando pun mulai ikut melaju, mengikuti mobil putih di depannya. Mereka memang sedang berencana pergi menuju rumah Fanda. Katanya untuk main-main, toh hari ini hari Jumat, jadi mereka pulang lebih cepat. Juga, Syakila memang ingin berkunjung ke rumah Fanda. Ando sendiri hanya ingin mengantarkan kembarannya itu.
"Olen, kita singgah bentar di supermarket ya," ujar Ando, ia melirik Olen melalui kaca tengah. Olen mengangguk sebagai jawaban. "Oke."
Gadis itu memberitahu pada Rere melalui whatsapp. Ia tak sengaja melihat chat antara dirinya dan Raya, gadis itu membuka room chat tersebut. Chat terakhir mereka sudah dua hari yang lalu, hari Rabu. Saat Olen kembali membicarakan mengenai kue bolu coklat yang Raya bawa, dan mengirimkan salam pada tante Raya yang merupakan pembuatnya.
Ia tersenyum kecil mengingat rasa bolu coklat yang enak. Iris matanya menatap jawaban Raya yang hanya 'hm', gadis itu tersenyum kecut. Raya memang manusia aneh dan ajaib, sama seperti kata Kean. Kadang menyebalkan, kadang manis. Kadang dingin, kadang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violen
Teen FictionMencintai seseorang itu hal terindah dan ajaib yang pernah ia rasakan. Rasa aneh yang tak pernah ia rasakan, disaat orang yang sangat ia sayangi membencinya. Rasa aneh yang entah mengapa selalu bisa membuat ia tersenyum dan berdebar-debar tak karuan...