..25..

25 15 11
                                    

⭐Happy reading :)
🐧jangan lupa tuk tinggalkan jejak ;)
❤and feel free to share your opinion in the comments ^-^

Mencari kamu cukup mudah.
Tinggal menutup mata dan tersenyum, sedetik kemudian kamu pasti sudah langsung menggenggam tanganku.

Kedua matanya terbuka perlahan. Violen mengerjapkan matanya sesaat. Menatap sayu pada nakas yang berada di hadapannya, posisi tubuhnya sekarang tengah menyamping. Ia masih diam sambil menarik selimutnya agak ke atas, lalu menguap sesaat.

Beberapa saat kemudian ia baru membalikkan tubuhnya sehingga wajahnya dapat menghadap ke langit-langit kamarnya. Cahaya dari arah jendela samar-samar mulai masuk ke dalam ruangan gadis itu. Pandangan Violen yang tadi menatap kosong langit-langit kamarnya akhirnya beralih ke jam yang tergantung.

Jam di kamarnya menunjukan pukul setengah tujuh. Violen tak terlihat gelisah ataupun terkejut dan ingin bergegas untik segera turun dari kasurnya yang empuk lalu menghadapi kehidupan sekolahnya. Tentu saja, itu karena Ayah dan kakaknya yang bersama-sama menyuruhnya untuk beristirahat dulu, agar kondisinya lebih baik lagi.

Namun, bukan berarti Violen akan berleha-leha saja di kamarnya. Pikirannya masih tertuju pada Rere yang mungkin hari ini juga tak pergi ke sekolah, sama sepertinya. Namun, sahabatnya itu tak bisa karena ada suatu alasan genting yang harus di lakukan, dan Violen tahu itu. Agi akan disemayamkan siang ini.

Violen mendapatkan kabar itu dari Fanda saat malam tadi. Ia terdiam, Violen baru tersadar bahwa dirinya dan Fanda sudah mulai berbicara seperti biasa. Dan, Violen bersyukur jika dirinya dan Fanda dapat kembali dekat lagi seperti sebelumnya. Lagipula, dirinya juga sudah tak terlalu memikirkan tentang Tyan. Namun Violen tetap harus meminta maaf akan kelakuan dinginnya.

Violen mengambil handphonenya di atas nakas. Masih tak ada berita apapun dari Syakila ataupun Ando, atau kak Kean mengenai Raya. Violen sama sekali tak mengetahui di mana laki-laki itu berada sekarang, ataupun apa yang akan terjadi dengan laki-laki itu.

Handphonenya berdering, dan tertera nama Fanda di sana.

"Halo Fan."

"Halo, Len. Lo udah bangun? Hari ini ke sekolah gak?"

"Enggak, hari ini gue di suruh istirahat dulu."

"Ah, oke. Lo memang harus istirahat dulu, supaya keadaan lo jadi membaik lagi. Lo udah makan?"

"Gue baru aja bangun," jawab Violen. Ia seolah teringat akan sesuatu. "Fan."

"Ya."

"Rere..."

Terdengar helaan napas dari seberang. Violen mulai jadi khawatir akan keadaan sahabatnya.

"Rere udah mulai agak baikan, meskipun dia masih tetap menangis dan ketakutan kalo ditinggal sendiri. Tapi, untungnya dia masih bisa tetep kuat."

Violen bernapas lega saat mendengarnya. "Syukurlah," balas gadis itu. Ia tahu, Rere memang gadis yang berani dan kuat. Dan Violen bersyukur gadis itu baik-baik saja sekarang.

"Iya. Ngomong-ngomong, lo... udah dapat informasi tentang Raya?"

Mendengar nama laki-laki itu di sebutkan, Violen jadi terdiam membisu. Ia, bingung harus menjawab apa. Karena memang, ia tak memiliki informasi apapun lagi tentang Raya. Violen menghela napasnya pelan, wajahnya jadi kembali lusuh lagi.

"Belum, Fan. Gue... juga khawatir sama dia."

Violen kembali dapat mendengar helaan napas dari Fanda. Mungkin sahabatnya itu juga sedang berpikir keras dan bingung mengenai perkembangan permasalahan ini.

ViolenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang