..18..

44 37 10
                                    

⭐Happy reading :)
🐧jangan lupa tuk tinggalkan jejak ;)
❤and feel free to share your opinion in the comments ^-^

Banyak kenangan yang ingin ku ukir dalam ingatan ku. Namun terlalu banyak kesedihan yang ku dapat dalam kenangan-kenangan itu.
-

Suara piano mengalun dengan indah. Perlahan-lahan memasuki gendang telinga gadis itu dengan baik. Kedua matanya membuka, sedikit mengernyit karena cahaya yang mengenai kedua retina nya terlalu menyilaukan.

Olen mengedipkan kedua matanya perlahan. Sesaat kemudian ia sudah dapat melihat dengan jelas sekitarnya. Olen sudah berada di dalam mobil. Cukup mengejutkan, karena seingatnya ia masih tidur di atas tempat tidur coklatnya. Di depan, ada seorang laki-laki yang menyetir, namun Olen tak mengenali nya.

Olen menghela napasnya. Pandangannya terarah ke arah jendela, sebuah senyum menghiasinya saat melihat pemandangan di luar sana. Ia dapat melihat padang rumput yang luas, dan di ujungnya nampak perairan biru yang memukau.

Olen tersenyum lebar, ia tak pernah melihat pemandangan indah seperti ini. Ia selalu suka melihat pemandangan hijau saat sedang bepergian dengan mobil, dan menurutnya ini adalah salah satu pemandangan terindah yang ia suka.

Ia menurunkan jendela mobil, merasakan angin dingin yang menerpa wajah dan tubuhnya. Olen tertawa, bahagia. Ia merasa sangat bahagia.

"Bagaimana, sayang?"

Kedua mata Olen membulat terkejut, dan senyumnya yang tadi nampak, perlahan-lahan luntur. Olen perlahan-lahan menoleh, badannya berbalik menghadap ke arah tempat duduk di sampingnya.

Ada seorang wanita di sana, tengah duduk dekat dengannya. Namun wajahnya berpaling ke arah jendela, namun Olen tahu bahwa wanita itu pasti tengah tersenyum, sama sepertinya tadi. Karena ia tahu, wanita itu juga suka melihat pemandangan hijau, yang juga sama sepertinya.

"Cantik kan, pemandangan nya?" tanya wanita itu, "Bunda selalu suka bepergian ke sini, semoga kamu juga suka." Bunda menoleh kearah Olen. Ia tersenyum bahagia.

Olen hanya diam memandangi wanita di depannya. Matanya berkaca-kaca, dan tangannya gemetar pelan. Ia sangat rindu melihat senyuman bahagia itu. Bibirnya bergetar ingin berucap, namun tak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan. Ia hanya bisa tersenyum kecil.

Bunda menatap Olen dengan lembut, sebelah tangannya menyentuh pipi gadis itu perlahan, dan Olen dapat merasakan kelembutan tangan Bunda. Ia menutup matanya perlahan, membiarkan air matanya luruh dan jatuh.

"Jangan menangis, sayang. Buka mata kamu," bisik Bunda.

Olen menggigit pelan bibirnya, lantas mulai membuka kedua matanya perlahan. Ia terdiam membeku. Bunda nya, tak ada di hadapannya.

Olen menoleh ke sekelilingnya, namun ia tak mendapati siapapun di sana. Tempat duduk yang tadinya terasa empuk, sekarang berubah keras. Bahkan sopir mobil yang tadi ia lihat pun, sudah menghilang. Ia sudah tak berada di dalam mobil lagi. Olen mendadak tegang dan takut.

Ia menatap sekitarnya, mencoba untuk mencari jawaban. Dan yang ia dapati adalah, ia berada di dalam keranjang besi yang berjalan pelan ke atas. Olen dapat melihat gedung-gedung tinggi di balik pepohonan rindang yang berada tak jauh darinya.

ViolenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang