'L' is for the way you look at me
'O' is for the only one i see
'V' is verry, verry extraordinary
'E' is even more than anyone that you adore canArdan duduk di kursi yang berada di balkon sambil memegang gitar, di sebelahnya ada Adel yang sedang bernyanyi mengikuti petikan gitarnya. Sementara Jean duduk di depan keduanya dengan mengarahkan kamera—sibuk merekam.
Hari ini adalah hari terakhir ujian nasional, setelah berminggu-minggu terlewati dengan sibuk belajar-bimbel-latihan soal sampai pusing tujuh keliling, sekarang mereka bisa santai-santai ria.
Ardan mengakhiri petikan gitarnya dibarengi dengan Jean yang mematikan kamera.
"Bagus banget, Kak suaranya! Gue bisa nebak sih, seandainya aja lo bisa milih mimpi selain jadi balerina, pasti yang lo pilih jadi penyanyi," puji Jean. "Seperti kata pepatah, music is our life, memory, and history."
"Wkwkwkwk, kayak anak kesenian, ya. Lewat musik kita bisa mengekspresikan perasaan, saat kita senang, marah, sedih ataupun kecewa," sahut Ardan.
"Sayangnya gue nggak minat dan gue benci punya bakat ini," ucap Adel membuat keduanya menoleh. "Nggak ada gunanya."
"Maksudnya?" tanya Jean tak paham.
"Ahhh, nggak, gue cuma ngelantur tadi." Adel tersenyum meyakinkan. "Ohh iya, kemarin Galang ngajak ketemuan malam ini. Nanti kalau Galang kesini, gue ketiduran apa gimana, gue bangunin, ya?"
"Loh, bukannya lo dari kemarin-kemarin sama Orion? Kok sekarang sama Galang lagi?" tanya Ardan heran.
"Gue sama Kak Orion cuma temennn," ujar Adel dengan menekankan kata 'temen'.
"Belum ditembak, ya? Gue kira udah, perasaan kalian kemana-mana bareng mulu, dan gue liat dari tatapan kalian berdua aja penuh cinta. Mana ada kata temen," ceplos Jean.
"Ditembak si udah, Jen tapi Adelnya aja yang jual mahal," ketus Ardan. "Kita tunggu aja, kalau Orion oleng ke cewek lain, nyesel-nyesel dah tuh!"
"Gue bukannya jual mahal!! Waktu itu lo pernah bilang 'kan sama gue waktu di Bandara kalau Kak Orion ditembak cewek???" tanya Adel. "Gue cuma takut, Kak Orion nggak bener-bener mencintai gue. Dia juga udah punya cewek pasti."
Mendengar itu Ardan menipiskan bibirnya. Padahal, waktu itu dia cuma menyeritakan kejadian saat SMA. Saat itu Orion memang ditembak seorang perempuan, tapi laki-laki itu menolaknya dengan alasan mau fokus ujian. Dann kejadian itu sudah lama sekali. Dia juga iseng-iseng bilang gitu, tidak tau sama sekali efeknya sampai kayak gini.
"Ohh yang waktu itu, ya??? Sorry sih, gue cuma pengin manas-manasin lo aja," kekeh Ardan.
"Tapi, ada baiknya loh Bang Ardan bilang gitu. Menurut gue, perasaan Kak Adel itu masih ngambang, belum bisa memihak salah satu, antara Bang Orion atau Bang Galang," ucap Jean. "Nih, ya kalau Kak Adel bener-bener 'suka' sama Bang Orion, Kak Adel nggak bakalan mau diajak keluar sama Bang Galang. Minimal Kak Adel pasti mikir-mikir takut nyakitin perasaan Bang Orion kalau dia tau nanti."
"Widihhh, tumben lo bijak, habis makan apaan?" ujar Ardan sambil mengacak rambut Jean.
"ANJING! NGGAK USAH GANGGU NAPA!" bentak Jean kesal, dia memperbaiki rambutnya dan kembali menatap ke arah Adel. "Lo harus bisa tegasin perasaan lo dulu, Kak. Jangan pernah, main-main sama perasaan dan nyakitin hati orang lain."
"Nah 'kan! Waktu itu gue juga pernah bilang sama lo. Jangan pernah terima perasaan Orion kalau lo masih ladenin perasaan Galang," tambah Ardan.
"Gue tau lo udah suka sama Orion dari lama. Iyalah, selama ini, Orion menjaga lo banget, menyembuhkan luka dan menemani saat lo terpuruk. Jarang-jarang nemuin cowok kayak dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lots Öf love (COMPLETED)
Teen FictionAdel sangat percaya akan harapan. Saking percaya dia sampai membuat harapan dia ingin dianggap ada oleh neneknya dan tidak menjadi bayang-bayang seorang Ardana Gabriel-saudara kembarnya. Setinggi itu harapan seorang Adelian Gabriella hingga hari it...